52

2K 217 36
                                    

Hallo sahabat Raina
Sebelum membaca sempatkan menekan ⭐️ lalu 💬 tiap inline guna meninggalkan saran agar saya lebih bersemangat membuat cerita
.

.

Selamat membaca🌊

Setiap ngeliat kamu seperti ini, aku merasa ada sesuatu yang menghunus jantung ku -Raina Edeline-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setiap ngeliat kamu seperti ini, aku merasa ada sesuatu yang menghunus jantung ku
-Raina Edeline-

_________________________

"Adek kok gak siap-siap? Gak kuliah?"

Pagi ini Raina memang sudah ijin kepada teman kelasnya tidak dapat mengikuti perkuliahan dikarenakan ada yang harus ia selesaikan.

"Engga oma. Eum anu...," Raina ragu untuk menceritakan alasannya tidak ngampus pagi ini.

Stela tertawa renyah, "Oma tau kok alasan kamu," goda Stela membuat pipi Raina memerah.

Cup!

Raina yang sedang kelewat malu pun dibuat kaget saat benda kenyal menyentuh pipi bulatnya. Saat menoleh, ia mendapati wajah Clinton sangat dekat dengan wajahnya.

"Ih kakak! Masih bau jigong jangan cium-cium!" ketus Raina mendorong pelan Clinton agar sedikit menjauh.

Mata Clinton melotot mendengar hinaan dari adiknya, "Sembarangan! Gue ganteng gini dibilang bau jigong!" damprat Clinton tak terima.

"Kalian ini berantem terus sih. Kakak adek loh padahal," cecar Jimmy menggeleng.

"Yah meskipun dia adikku, kita tetep seumuran opa," sahut Clinton tak terima.

Memang Raina dan Clinton seumuran. Hanya saja di bulan April lalu, Clinton sudah berusia 20 tahun.

"No opa! Raina masih 19 tahun!" tolak Raina mengibaskan rambutnya hingga mengenai wajah Clinton.

"Heleh. Selisih 5 bulan doang," dengus Clinton jengkel.

Raina makan dengan buru-buru karena dia harus menyelesaikan tujuannya, "Raina ke kamar dulu ya."

Alena dan Daison yang baru saja turun pun bingung, "Mana buntutku?" tanya Daison entah kepada siapa.

"Bucin om," balas Clinton malas.

Di kamar, Raina meletakkan baskom yang tadi sempat diisinya dengan air es. Raina mengelus rambut Roy membuat sang empu menggeliat dan matanya mengerjap pelan.

"Raina," lirih Roy tak yakin.

Raina tersenyum lembut dan meletakkan kain kompresan di dahi Roy, "Kenapa kak?"

"Beneran kamu ini?" tanya Roy dengan suara lemah.

Raina mengangguk singkat, "Aku suapin kakak ya. Jangan sakit lagi," lirih Raina meneteskan air matanya.

Raina StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang