Dua

49 3 1
                                    

Yohan dan Mamanya setengah berlari di lorong rumah sakit, mencari-cari dimana Kikan di rawat. Pagi tadi mereka berdua sedang sarapan ketika Mama Kikan menelpon Yohan dan memberitahu bahwa Kikan pingsan di kamar mandi setelah menelan pil obat tidur yang cukup banyak. Ya, Kikan overdosis.

"Tante," sapa Yohan ketika sudah menemukan kamar rawat inap Kikan. Dia setengah berlari mendekati tempat tidur Kikan. Wanita itu tampak tertidur lemah. Wajahnya juga pucat.

"Maaf ya Yohan jadi nelponin kamu. Tapi Tante lihat di hp nya Kikan, dia sebelum pingsan kayaknya mau coba telpon kamu tapi gak jadi. Makanya yang Tante hubungi duluan itu kamu. Terus juga malam tadi dia pergi sama kamu kan?"

Yohan mengangguk. "Iya."

"Memangnya Kikan kenapa sih Rin? Kok tiba-tiba pingsan di kamar mandi?" Giliran Mama Yohan yang bersuara.

"Gak tau juga sih Mbak. Tapi seminggu ini dia tu kayak yang banyak pikiran gitu. Setiap aku tanya, gak mau jawab. Ngeles mulu. Aku kan jadi bingung juga."

"Terus sekarang keadaan Kikan gimana? Ini dia belum bangun dari tadi?" tanya Yohan.

Mama Kikan menggeleng. "Belum. Tapi perutnya udah dibersihin kok. Udah coba dikeluarin obat-obat yang dia telan. Tinggal tunggu penjelasan lebih lanjut dari dokter. Siapa tau ada penyebab lain."

Mata Yohan membulat. Bahaya kalau dokter memberitahu bahwa Kikan sedang hamil muda. Yohan harus segera menemui dokter itu sebelum dia menyampaikan keadaan Kikan yang sebenarnya kepada Mamanya. "Aku permisi dulu. Sebentar."

"Mau kemana, Han?" tanya Mamanya.

"Bentar aja Ma. Ada yang ketinggalan di mobil. Tante, saya permisi dulu."

Untunglah Yohan tidak perlu bersusah payah mencari dokter itu kesana kemari karena dia tidak sengaja berpapasan dengan sang dokter di lorong rumah sakit. Sebenarnya Yohan tidak tau apa dokter ini yang mengurus Kikan tapi karena sepertinya dokter ini akan pergi ke arah ruangan Kikan jadi tidak ada salahnya bertanya.

"Maaf dok boleh saya minta waktu sebentar? Sebentar saja," kata Yohan, seramah mungkin.

"Ya silahkan. Ada apa ya?"

"Apa dokter yang memeriksa pasien bernama Kikan? Dia masuk rumah sakit pagi ini karena overdosis obat tidur."

"Ya ini saya mau ke ruangannya lagi. Mau menjelaskan keadaan Kikan pada keluarganya."

"Kebetulan saya juga keluarganya. Saya... calon suaminya," terpaksa Yohan berkata seperti itu agar si dokter yakin padanya.

"Ya, kenapa ya Mas?"

"Saya tau, Kikan hamil kan dok?"

Dokter itu terdiam. "Itu yang mau saya sampaikan ke keluarganya."

Yohan merapatkan bibirnya. "Bisa bicara sambil duduk aja dok? Ada yang mau saya sampaikan."

"Jadi, anak saya kenapa dok?" tanya Mama Kikan ketika dokter datang ke ruangannya.

"Anak Ibu tidak apa-apa. Ini cuma masalah kelebihan dosis obat saja. Kalau hari ini Kikan sudah siuman, dia bisa pulang lusa. Paling cepat besok. Perutnya juga sudah kami bersihkan jadi tinggal menunggu dia sadar dan setelah itu dia hanya perlu istirahat yang cukup."

"Gak ada masalah lain kan dok?"

"Hm.." Yohan tiba-tiba berdehem. Sadar sekarang semua mata tertuju padanya, sesegera mungkin Yohan berusaha mencairkan suasana. "Maaf, silahkan dijawab dok."

"Tidak ada Bu. Dia baik-baik saja."

Mama Kikan tampak lega. "Syukurlah kalau begitu. Soalnya sebelum ini saya perhatiin anak saya lemes banget bawaannya. Takutnya ada apa-apa."

To Reach YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang