28 (End)

60 1 0
                                    

Kikan menoleh pada Yohan yang baru keluar dari kamar mandi. Ternyata yang satu ini juga gak pernah berubah, topless setelah keluar dari kamar mandi. Tapi ya berhubung di masa lalu Kikan sudah sering melihat pemandangan kayak gini, jadinya ya biasa aja.

"Mama kamu kapan terapi lagi?" tanya Kikan.

"Besok pagi sih jadwalnya," jawab Yohan sambil sibuk mengambil baju di lemari.

"Ini Mama aku barusan nelpon, dia nanyain kapan aku pulang."

Yohan yang baru saja memakai kaosnya, terdiam sebentar, seperti teringat sesuatu. "Iya juga ya."

"Apanya?"

Yohan berjalan mendekati Kikan dan duduk di sampingnya. "Aku lupa loh kalo kamu itu sedang tidak menjadi istri aku sekarang."

Kikan bingung. "Apaan sih."

"Tadi pas aku keluar dari kamar mandi, terus ngeliat kamu duduk di tempat tidur, aku gak kaget sama sekali. Malah kayak well Kikan memang seharusnya ada di tempat tidur gue."

Kikan bergidik. "Dih apaan sih Yohan."

Yohan malah ketawa. "Terus kamu bilang apa sama Mama kamu?"

"Ya aku bilang aja aku ada urusan mendadak disini. Dan seperti biasa, Mama tebakannya selalu tepat."

Yohan kaget. "Mama langsung nebak aku?"

Kikan mengangguk. "Tapi ya gitu deh, karena Mama belum tahu apa-apa, jadinya aku diceramahin. Sadar ya Kikan, jangan ambil suami orang," kata Kikan sambil meniru cara Mamanya berbicara.

Yohan tertawa pelan. Dia lalu mendekatkan wajahnya pada Kikan. "Ya kalo gitu, ayo."

Kikan auto memundurkan wajahnya. "Ayo apaan?"

"Nikah lagi."

Kikan mendorong pundak Yohan dengan kedua tangannya. "Gak segampang itu ya ferguso."

Yohan malah ketawa. "Ya terus gimana biar jadi gampang?"

"Ayo ketemu Mama aku."

Yohan tiba-tiba membeku. Ekspresi wajahnya berubah.

"Loh, kamu kenapa?" Kikan panik.

"Jadi ini rasanya.."

Kikan bingung. "Rasa apa?"

"Yang kamu rasain tadi pas sebelum ketemu sama Mama aku."

"Kenapa? Kamu takut juga?" Kikan tertawa.

"Bukan takut sih, tapi deg-degan aja tiba-tiba."

"Tapi itu syaratnya, kalo mau nikah lagi, ya harus ketemu sama Mama aku dulu donk. Aku aja udah ketemu sama Mama kamu."

Yohan mengangguk-angguk.

"Satu lagi," kata Kikan kemudian.

"Apa?"

"Ketemu Sean juga."

Ekspresi wajah Yohan berubah lagi, kali ini jadi lebih teduh. "Iya ya, Sean. Udah gede pasti ya sekarang. Terakhir aku ketemu dia, baru keluar banget dari perut kamu."

Kikan hanya tersenyum. "Ya udah kalo gitu, besok setelah urusan terapi Mama kamu selesai, kita berangkat."

"Eh bentar deh," kata Yohan.

"Apa?"

"Kalo nikah lagi berarti..." Yohan menoleh pada Kikan lalu mendekatkan wajahnya lagi. "Program kita jadi donk."

Dahi Kikan berkerut. "Program apaan?"

"Ngasih adek perempuan buat Sean."

"Pikiran kamu tu kenapa kesitu terus sih," kali ini Kikan mendorong jidat Yohan pelan sampai agak menjauh.

To Reach YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang