"Anak pertama ya Mbak?" tanya seorang perempuan muda yang sedang mendandani Kikan.
Kikan tersenyum. "Iya Mbak."
"Papanya ganteng banget loh tadi saya ngintip ke sebelah," kali ini suara perempuan muda yang lainnya, dia cekikikan heboh dengan temannya yang lain setelah mengatakan itu.
Perempuan yang sedang mendandani Kikan memukul pelan temannya. "Heh, ada istrinya loh disini."
"Maaf ya Mbak. Bercanda kok. Tapi ganteng banget beneran. Ketemu dimana Mbak? Saya juga mau donk satu yang kayak gitu."
Kikan hanya bisa ikut tertawa. Mau ikut menimpali, tapi dia tidak tahu harus menimpali yang bagaimana. Ketiga perempuan yang bertanggung jawab di ruangan ini, termasuk yang sedang merias Kikan, masih terus tertawa-tawa kegirangan. Persis seperti mahasiswa baru melihat kakak tingkat ganteng yang lewat di depan mereka.
Kikan lalu menghela nafas, dia memutuskan untuk tidak ikut campur dengan kebahagiaan para penata rias ini. Toh mereka hanya bisa sekedar halu doank, yang memiliki Yohan seutuhnya adalah Kikan. Kikan kemudian seperti tersadar, memiliki seutuhnya?
"Ok Mbak, selesai. Silahkan ikut teman-teman saya ini untuk ganti baju."
Kikan tersenyum. "Makasih ya."
***
"Gimana Mbak, sumpek gak? Apa udah cukup?" tanya seorang penata baju sambil merapikan gaun yang Kikan pakai.
Kikan berdiri di depan sebuah cermin besar, memperhatikan penampilannya dengan seksama. Sesekali dia menghadap ke kiri, lalu kanan, lalu fokus ke depan. Sesekali dia mengelus perutnya, lalu terpaku lagi pada wajahnya. Kikan menghela nafas perlahan, apa dia memang pantas mendapatkan semua perlakuan spesial ini? Kenapa rasanya sesak sekali? Bukan bajunya yang bikin sesak, tapi perasaan bersalahnya.
Kikan mengangguk. "Udah cukup kok Mbak. Saya memang gak mau yang ribet."
"Ok, kalo gitu Mbaknya udah boleh keluar. Beneran gak mau pake alas kaki Mbak?"
Kikan menggeleng. "Gak usah, gini aja biar mudah melangkahnya."
Kikan lalu menghadap cermin sekali lagi, dia lalu menghela nafas, dan mengelus perutnya. "Ayo ketemu Papa-mu."
***
Baru satu langkah Kikan keluar dari ruang rias, belum juga hilang perasaan dagdigdug nya karena harus bertemu Yohan dengan full make up seperti ini, padahal seharusnya dia tidak perlu lagi merasakan dagdigdug karena dulu waktu nikah juga Kikan udah pernah full make up kayak gini, tapi kali ini dia merasa ada yang lain. Bukan cuma perut yang membesar, tapi yang lain. Entah apa.
Tapi! Dia malah disambut dengan pemandangan seperti ini: Yeji dan Yohan sedang duduk berdua di pojok sana, dan bukan cuma duduk, dari tempatnya berdiri Kikan bisa melihat Yeji sedang memegang tangan Yohan. Kikan menggeleng-geleng lalu menyipitkan matanya, bukan cuma megang sih itu, kayak sedang melakukan sesuatu. Kikan menghela nafas, mencoba menenangkan dirinya. Tidak boleh cemburu, tidak ada yang perlu dicemburui disini. Mari kita mendekat kesana.
***
"Yohan, gue udah siap."
Yohan menoleh, begitu pula dengan Yeji. Yohan auto berdiri melihat kedatangan Kikan, begitu pun dengan Yeji. Yohan bisa melihat sekarang Kikan menatap Yeji dengan, gak yakin sih sebenarnya tapi kayaknya dia memendam sesuatu. Gak mungkin marah kan ya?
"Udah siap lo? Padahal tadinya mau gue jemput ke ruang rias," Yohan terdengar canggung.
Pandangan Kikan lalu beralih pada Yohan. "Bisa batal photoshoot hari ini kalo nungguin lo jemput gue ke ruang rias."

KAMU SEDANG MEMBACA
To Reach You
Fanfiction[‼️] Membaca = memberi vote. Terima kasih 😊 Main Cast - Kikan (imaginary female cast) Dijodohin sama Yohan padahal udah pacaran sama Donghan. Dia curhat sama Donghan tentang perjodohan itu but ended up hs with Donghan and she getting pregnant - Kim...