Mata Kikan membulat. Bukan terkejut sih, dalam pikirannya pun dia sudah tau kalau Yohan itu sangat mapan secara finansial. Mamanya juga pernah cerita sekilas tentang keluarga Yohan tapi ya itu, waktu itu Kikan gak peduli. Cuma terpaksa dengerin cerita Mama aja. Daripada ribet urusannya kan mending menjadi anak yang baik dan mendengarkan apa yang Mama ceritakan. Jadi mungkin karena hal itu, karena waktu itu cuma mendengarkan setengah hati, kali ini Kikan malah mendapatkan cerita versi asli dari orangnya langsung.
"Jadi maksud lo orang-orang yang make gedung ini yang menyumbang sebagian besar penghasilan keluarga lo?"
Yohan mengangguk. "Awalnya gue gak ngerti kenapa Papa gue dulu pas dikasih warisan bukannya buka usaha apa gitu, malah cari lahan buat bangun gedung. Tapi ya emang dasarnya Papa gue lebih pintar daripada gue."
"Kelihatan sih.." Kikan bergumam.
"Apa?"
"Ah enggak. Haha. Ngomong-ngomong lo belom jawab pertanyaan gue. Kenapa, well, ngelamar gue disini? Maksud gue kalo cuma mau kasih cincin kan bisa dimana aja tempat yang mudah. Di rumah gue kek, di cafe mana kek yang gak harus naik tangga. Capek tau Han."
"Karena gue suka tempat ini. Kalo gue lagi mumet, gue suka kabur kesini. Terus rebahan sampe malam. Kadang sampe gak pulang."
"Segitunya?"
Yohan mengangguk. "Ya."
"Jadi lo ngelamar gue di tempat yang lo suka?"
"Bisa dibilang gitu."
Kikan mengangkat tangan kanannya lagi lalu mendorong pelan pipi Yohan. "Romantis banget." Dia lalu berdiri, "Udah kan lamar-lamarannya? Makan yuk. Lapar gue."
***
Kikan dan Yohan sekarang sudah berada di sebuah restoran, duduk menunggu pesanan mereka datang. Hp Yohan kemudian berbunyi. Yohan melirik ke layar hp-nya lalu kemudian ekspresi wajahnya berubah bingung.
"Siapa?" tanya Kikan.
"Yuvin. Tumben nelpon jam segini," Yohan lalu mengangkat teleponnya. "Halo?"
"Bener-bener lo ya," Yuvin bahkan tidak menjawab Yohan.
"Apaan sih. Apanya yang bener-bener?"
"Tukeran cincin gak ngabarin gue ama Hangyul lagi."
Buset, darimana ini orang tahu?
"Kok lo tahu yang beginian?"
"Bini lo tu ngubah foto profil wa-nya."
Yohan langsung menatap Kikan yang sedang sibuk memperhatikan makanan yang mulai berdatangan dan diletakkan oleh pelayan restoran satu-satu ke atas meja. "Emang sekarang berubah jadi foto apaan?" asli Yohan bertanya karena dia memang tidak tahu apa-apa. Bukannya menjawab, Yuvin malah mematikan sambungan teleponnya. Yohan pun bingung karena sambungan telepon yang terputus tiba-tiba tapi kemudian jarinya segera menyentuh layar hp-nya karena Yuvin mengirimkan sesuatu. Gerakan jari Yohan sangat cepat dan kemudian dia terdiam setelah melihat apa yang dikirim Yuvin. Yohan menatap Kikan lagi lalu membalas pesan Yuvin dan meletakkan hp-nya lagi.
"Yuvin kenapa? Kok cepet banget ngobrolnya?" tanya Kikan sambil membuka sumpit.
"Foto profil wa lo ganti ya?"
Kikan mengangguk sambil mengunyah. "Iya."
"Pake foto apa?"
"Oh, itu yang Yuvin tanyain?" Kikan bertanya setelah meminum air putihnya.
"Dia nanya kenapa tukar cincin gak ngasih tau dia sama Hangyul."
"Mau ngasih tahu apa coba? Kan memang gak ada apa-apa. Lo nya aja tiba-tiba bawa gue ke rooftop."

KAMU SEDANG MEMBACA
To Reach You
Fanfiction[‼️] Membaca = memberi vote. Terima kasih 😊 Main Cast - Kikan (imaginary female cast) Dijodohin sama Yohan padahal udah pacaran sama Donghan. Dia curhat sama Donghan tentang perjodohan itu but ended up hs with Donghan and she getting pregnant - Kim...