"Thankyou", Kikan menerima es krim yang diberikan Yohan dengan kedua tangannya. Yohan sendiri, setelah memberikan es krim milik Kikan, langsung mengambil tempat duduk di seberang Kikan.
Kebetulan di ujung komplek ini ada sebuah convenience store yang di terasnya ada beberapa tempat duduk dan meja. Ketika melewati tempat itu tiba-tiba Kikan ingin makan es krim. Awalnya Yohan menolak untuk membelikan dan menawarkan pilihan makanan atau minuman yang lain saja, tapi Kikan bersikeras mau makan es krim. Dan tentu saja pilihan terbaik untuk mengakhiri perdebatan ini adalah dengan mengalah dan membelikan apa yang Kikan inginkan.
"Eh kok hujan? Tadi cerah-cerah aja perasaan," kata Kikan sambil melihat ke langit. Gak begitu deras memang tapi kalau jalan balik sampai rumah pasti basah semuanya.
Yohan pun turut mendongak ke langit. "Ya udah. Kita tunggu sampai hujannya reda," Yohan lalu melepas bomber jacket-nya. "Pake jaket gue. Ntar kedinginan."
Kikan menerima jaket Yohan. Sebenarnya dia pake sweater panjang dan agak lebar juga karena tadi memang anginnya lumayan tapi kalau udah hujan begini, gak ada salahnya dilapisi lagi sama jaket Yohan. Lagipula Kikan suka sama baunya, bau parfum Yohan favoritnya.
"Yang tadi itu, memang itu sih alasannya," kata Yohan memecah kesunyian.
Kikan bingung. "Apanya?"
"Yang jalan-jalan biar lo lancar lahirannya."
Kikan manyun. "Terus kenapa gak bilang langsung aja?"
"Ya keliatan banget donk gue searching-searching-nya."
"Ya kan biasanya lo memang gitu, Yohan."
"Lo beneran gak tahu yang tentang jalan-jalan ini?"
Kikan menggeleng. "Mana gue tahu? Gue belom pernah hamil juga."
"Makanya cari tahu donk. Masa gue doank yang cari tahu? Emang bakal sama gue terus?"
Kikan yang dari tadi sibuk menyendok es krimnya tiba-tiba terdiam. Dia mengulum bibirnya lalu menatap Yohan.
"Sorry, gue.."
"Bener," potong Kikan. "Lo bener. Gue memang harus belajar mandiri."
"Bukan gitu.."
Kikan mengangkat kedua bahunya. "Santai aja. Lo bener kok," Kikan tersenyum lalu mulai menyendok es krimnya lagi.
Yohan menghela nafas. Dia jadi bingung. Kok dia malah minta maaf?
"Lagipula, jujur, gue kadang bingung," lanjut Yohan. "Kadang lo canggung dengan topik kehamilan, apalagi kalo yang ngajak bicara adalah para Mama. Terus besoknya lo exited banget dengan topik itu. Exited disini maksud gue lo yang kayak santai gitu sama topik ini. Kayak kemaren waktu nginap di rumah gue, lo pake segala bercanda punya anak banyak, punya anak cewek, sama Mama gue. Tapi setelah itu, lo down lagi waktu Mama gue datang dengan segala barang yang dia beli pagi tadi. Kepanjangan ya gue ngomongnya?"
Kikan tersenyum, lalu menggeleng. "Gak kok. Gak kepanjangan. Gue ngerti maksud lo." Kikan merendahkan sendok es krimnya. "Karena gue juga bingung, kenapa gue ngelakuin semua itu."
Yohan terdiam.
"Gue juga baru sadar. Kayaknya gue terlalu egois. Gue cuma ngelakuin apa yang buat gue nyaman. Di sisi lain, lo menderita karena itu. Dan gue gak sadar."
"Gue gak menderita.."
"OK bukan menderita," potong Kikan. "Tapi berkorban lebih banyak daripada gue. Padahal yang bikin ulah kan gue."
Yohan masih diam, kali ini karena menyadari kesalahannya mengangkat topik pembicaraan.
"Tapi kan memang gue yang mau bantuin lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
To Reach You
Fanfiction[‼️] Membaca = memberi vote. Terima kasih 😊 Main Cast - Kikan (imaginary female cast) Dijodohin sama Yohan padahal udah pacaran sama Donghan. Dia curhat sama Donghan tentang perjodohan itu but ended up hs with Donghan and she getting pregnant - Kim...