Satu

112 3 0
                                    

"Nah Yohan, kenalin. Ini namanya Kikan."

Yohan memperhatikan wanita yang duduk di seberangnya ini dengan tatapan tidak tertarik. Benar-benar tidak tertarik malah. Bukan karena Kikan tidak cantik. Well Yohan akui perempuan yang duduk di seberangnya ini wajahnya lumayan. Tapi tetap saja Yohan tidak tertarik. Lagipula ini kenapa sih? Mama Yohan serta Mama Kikan harus makan malam di restoran mahal seperti ini. Ada acara apa? Siapa yang ulang tahun? Terus Kikan ini siapa?

"Dan Kikan, ini namanya Yohan. Anak laki-laki tante satu-satunya. Dulu waktu masih SMA dia ini atlet taekwondo loh," giliran Mama Yohan yang mengenalkan Yohan pada Kikan. Sama seperti Yohan, Kikan juga menatapnya biasa saja. Bahkan sepertinya kalau bisa dia ingin segera pergi dari tempat ini.

Kikan mendekat pada Mamanya lalu berbisik. "Ma, ini kapan kelarnya? Aku mau pulang."

"Kikan, kamu jangan bikin Mama malu ya. Kamu udah janji untuk nurut sama Mama malam ini. Kamu gak boleh ingkar janji."

"Ya tapi ini acara apa? Katanya kondangan? Mana? Masa cuma berempat gini doank?"

Walaupun berbisik-bisik tapi tentu saja pemandangan itu sedikit membuat Mama Yohan sedikit kepo. "Kenapa Rin?"

Mama Kikan yang namanya Tante Karin ini tersenyum tidak enak pada Hana, Mama Yohan. "Biasalah ini Kikan. Anaknya memang gini. Agak tomboy jadi dia risih kalo harus dandan kayak gini. Mau pulang katanya. Haha," Mama Kikan tertawa kaku.

"Loh udah mau pulang aja. Sampe acara intinya aja belum."

Bahu Kikan turun lalu sebisa mungkin dia menahan dirinya untuk tidak terdengar kurang sopan sebelum berbicara pada Mama Yohan. "Maaf tante tapi ini ada apa ya? Tadinya Mama saya bilang katanya mau ke kondangan tapi..." Kikan mengedarkan pandangannya. "Gak ada apa-apa disini. Cuma restoran yang buka seperti biasa beserta tamu-tamunya. Apa ada yang gak saya tahu?"

Mama Yohan tak langsung menjawab. Dia malah melirik Mama Kikan terlebih dulu sebelum akhirnya menjawab. "Sama Yohan juga tante bilangnya gitu."

Kikan melirik Yohan yang sedang menatap Mamanya heran. Pria ini dari tadi diam saja. Sedikitpun tidak mengeluarkan suara. Kikan jadi kesal karena harus berusaha mencari tahu sendiri seperti ini.

"Kalo gitu, kenapa dong? Ada apa? Maaf kalo saya kasar tapi ini saya udah dandan lama kayak gini dan ternyata cuma ke acara makan malam?" Kikan menoleh pada Mamanya. "Kenapa sih Ma? Ada apa?"

Di sisi lain, Yohan bukannya tidak peduli. Dia hanya malas ikut campur urusan perempuan. Lagipula sepertinya dia sudah tahu jawaban semua pertanyaan Kikan walaupun tadinya memang Mamanya bilang kalau malam ini ada acara pesta pernikahan dan meminta Yohan untuk bersiap serapi mungkin. Tadinya Yohan kira juga cuma kondangan tapi semuanya buyar ketika Kikan dan Mamanya datang. Walaupun dia sudah tahu jawabannya tapi gak lucu donk kalau semuanya harus keluar dari mulut Yohan? Jadi Yohan memutuskan untuk sabar menunggu Mamanya atau Mama Kikan bicara duluan.

"Kikan.." Mama Kikan mencoba menenangkan anaknya.

"Kalau gak ada yang penting, aku pulang," Kikan lalu berdiri.

"Ok ok, kamu sabar dulu," Mama Kikan ikut berdiri lalu memegang kedua bahu anak perempuannya perlahan, memintanya duduk kembali. Mama Kikan tampak menghela nafas. "Jadi kamu, sama Yohan, mau kami jodohin."

Mulut Kikan refleks terbuka lebar. Matanya segera berlari pada Yohan yang entah mengapa santai sekali bahkan sepertinya dia baru saja tersenyum. Tersenyum meremehkan. Kikan benci sekali melihatnya entah mengapa. Dia lalu secepat kilat menoleh pada Mamanya. "Gak mau!" dan tanpa basa-basi lagi Kikan segera berdiri lagi dan pergi dari hadapan mereka bertiga. Dia bahkan tidak menghiraukan panggilan Mamanya.

To Reach YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang