Ch. 26

1.4K 190 16
                                    

Dunia sihir beserta isinya
milik J.K Rowling
.
.
.
.
Selamat membaca :)

Snape merasakan lehernya kaku saat dia bangun keesokan harinya, dengan mata yang masih setengah tertutup dia mengusap lehernya sembari mengernyit karena rasa sakitnya.

"Kau sudah bangun?-".

Mendengar itu sontak Snape terkejut dan membuka matanya lebar-lebar, biasanya dia mendengar suara Lexie di awal paginya, tapi kali ini yang dia dengar adalah suara Dumbledore.

Dan ternyata dia ketiduran di kursi kepala sekolah, menghadap kearah potret Dumbledore. "Oh- tidak", kata Snape, mengusap sisa ketidaksadaran dari benaknya, "Maaf Albus, aku ketiduran-".

Potret Dumbledore tersenyum, matanya berkilat menyenangkan, seolah dengan bergantinya hari masalah yang ada pun pergi, "Tidak apa-apa, anakku, aku mengerti bahwa kau lelah, sudah hampir dua tahun sejak kau benar-benar punya hal untuk dipikirkan".

"Kau benar-", saut Snape, membuat bunyi klek ketika dia membunyikan sendi lehernya dan sedikit meringis ketika dia merasakan sakit disana, "Mengurus sekolah jauh lebih ringan dibanding memikirkan masalah ini-".

Dia mengangkat arlojinya kedepan wajahnya, waktu sudah menunjukkan pukul sembilan. Dia menghela nafas ketika menyadari dia telah melewatkan sarapan di aula, dan kemudian dia teringat sesuatu
"Albus?, Apa Lexie sudah turun mengajar?".

Potret Dumbledore menggeleng, ekspresinya berubah muram, "Aku tidak melihatnya keluar sama sekali".

Snape berpikir sejenak sebelum bangkit dari kursinya dan berjalan menuju kamarnya, dia berhenti didepan pintu Lexie karena itu masih dikunci.

"Lexie!-", panggil Snape, "Buka pintunya!".

Tidak ada jawaban, lantas Snape membuka segel dengan tongkatnya dan begitu dia mendorong pintu terbuka, dia melihat Lexie duduk di kasur, sedang memeluk lututnya.

Tidak ada ekspresi yang terukir diwajah pucat itu, dia memandang kedepan dengan tatapan kosong, dan terdapat lingkaran hitam disekitar matanya yang membengkak. Tidak, dia tidak sedang menangis, sepertinya air matanya telah ia habiskan semalaman.

Snape masuk -sempat mengerling nampan berisi makanan yang telah dingin, Lexie tidak memakan makan malamnya.

"Lexie-", Snape duduk disamping Lexie seraya memeluk pundaknya, "Kau tidak tidur semalam?-".

Lexie tidak menjawab, tidak pula bergerak, bahkan matanya tidak berkedip. Snape mendecak dan bergerak kedepan Lexie, mengurai tangan Lexie dari lututnya sendiri kemudian menggenggamnya.

"Kau tidak boleh seperti ini terus, kuatkan hatimu, kau tidak sendirian, aku disini, Sirius juga, tiga teman Slytherin mu, dan semua orang, semua orang mendukung mu", kata Snape, dia menatap mata Lexie -yang balas menatapnya namun tak ada apapun yang bisa Snape rasakan dari mata itu.

Dia teringat perkataan Lexie, bahwa dia tidak pernah memiliki kenangan buruk, yang berarti keluarga dan kehidupannya berjalan dengan sangat baik. Dia berada di atas awan selama ini, dengan segala kenangan indah dan kebahagiaan nya, lalu sekarang awan yang membuatnya melayang tinggi itu menghilang, membuatnya terjatuh dari ketinggian dan tersungkur dalam kegelapan yang dia rasakan akibat mengetahui fakta yang selama ini orang tuanya sembunyikan.

Snape tidak tahu bagaimana rasanya bahagia bersama orang tua, ayah dan ibunya tidak pernah berhenti bertengkar. Rumahnya di Spinner's End jauh dari kata baik, keluarganya tidak pernah harmonis. Selama sebelas tahun dia rasanya tinggal ditempat yang tidak lebih baik dari potongan neraka.

THE PRINCE | SEVERUS SNAPE ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang