Ch. 27

1.5K 191 54
                                    

Dunia sihir beserta isinya
milik J.K Rowling
.
.
.
.
Selamat membaca :)

Lexie menengok kearah pintu ketika Snape masuk ke kamarnya, pria itu membawa nampan berisi makan siang dan meletakkannya di meja. Kemudian saat Snape berjalan mendekat, Lexie memalingkan wajahnya, sedangkan pria itu duduk di sisi tempat tidur, di sampingnya.

Snape tidak mengatakan apapun, membiarkan kamar itu dipenuhi bunyi gemeretak jendela yang diterpa air hujan, petir yang menyambar dengan tempo teratur bersautan dengan deru angin, seolah di luar sana badai tengah mengadakan pertunjukan orkestra.

Secara visual, gulungan awan hitam menutupi langit yang sudah suram, menghalangi sinar matahari yang memang tidak ada, membuat tengah hari menjadi sama gelapnya dengan senja.

Sebagian orang menikmati hujan dan udara dingin, menurut mereka tetes air hujan dan aroma tanah lembab membawa mereka kedalam ketenangan, serta angin yang berhembus itu seolah sedang menyeret kenangan masa lalu yang indah dan sulit untuk dilupakan.

Sebagian orang yang lain membencinya, hujan membawa mereka untuk mengingat kepedihan yang terjadi di masa lalu. Luka di hati mereka yang belum sepenuhnya sembuh dapat terasa nyeri seketika ketika deru hujan tertangkap indera pendengaran mereka.

Dan Lexie, termasuk orang yang menyukai hujan, dulu yang sering dia lakukan ketika hujan turun adalah; membuat secangkir kopi, duduk dan menyesapnya sambil menatap jendela yang berembun. Memutar kenangan-kenangan indahnya, bersama orang-orang yang disayanginya.

Sedangkan Snape, perasaan yang dia rasakan ketika turun hujan tidak tentu. Terkadang itu membuatnya mengingat kegelapan yang pekat dan sesat ketika dia sedang mengenakan topeng nya, namun di waktu yang lain, ketika dia menatap hujan dari sofa di samping perapian di Spinner's End, dia bisa merasakan seseorang yang dulu ia cintai berada di dekatnya, seolah memberinya kehangatan, meskipun pada akhirnya dia menyadari bahwa itu bukan Lily.. melainkan hanya api dari kayu yang terbakar.

Udara yang dingin itu sekarang berhasil masuk ke menara Kepala Sekolah, tak seorangpun dari dua penyihir yang berada di salah satu kamar itu memiliki inisiatif untuk memberi mantra penghangat pada ruangan, atau setidaknya pada diri mereka sendiri.

Sebuah petir yang menyambar mendorong Snape untuk mengingat hal lain yang Lexie ceritakan, dan dia merasa menyesal, gadisnya hampir tenggelam, dia tidak melakukan apapun untuk menyelamatkannya dan dia malah bertengkar dengannya.

Snape bergerak dari duduknya, kemudian berlutut didepan Lexie -yang memandangnya dengan terkejut. Kepala sekolah Hogwarts itu mendongak sejenak memandang wajah gadis didepannya, kemudian menunduk.

"Dimana Grindylow itu melukaimu?-", tanya Snape bernada datar.
Sementara Lexie mengerjap, dia kira pria ini marah kepadanya.

Karena Lexie tidak menjawab, Snape pun mendongak, "Aku bertanya", ucapnya.

"Er-, pergelangan kaki", jawab Lexie akhirnya.

Snape kembali menunduk, menyibakkan jubah Lexie yang sobek di beberapa tempat. Lantas melepas sepatu Lexie, berhenti beberapa kali saat dia mendengar Lexie meringis.

Setelah berhasil melepaskan kedua alas kaki Lexie, Snape bisa melihat bekas kemerahan yang membentuk jari di pergelangan kaki gadis itu. Kemudian dia mengayunkan tongkatnya, dan detik berikutnya dua tabung kecil melayang dari luar kamar dan mendarat di tangkapan Snape.

Snape mengoleskan ramuan kental itu ke luka Lexie, membuat Lexie meringis lagi. Namun Guru Telaah Muggle itu terkejut karena rasa sakit di pergelangan kakinya hilang, bersamaan dengan Snape yang baru saja menutup tabung ramuan yang isinya tinggal setengah. Dia mengawasi Snape berdiri dan mengembalikan dua tabung ramuan itu dengan mantra usir non-verbal.

THE PRINCE | SEVERUS SNAPE ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang