6 tahun kemudian...
Seorang anak laki-laki berumur tiga tahun berambut hitam pendek tengah melayang setinggi dua kaki dari tanah menggunakan sapu terbang mini nya yang baru. Pada awalnya dia tampak tenang di atas sapunya sampai seekor kumbang menggodanya dengan hinggap di hidung kecil anak itu, karena melepas salah satu pegangannya untuk mengusir kumbang, dia pun terpelanting dan jatuh ke rerumputan.
Dua orang dewasa berlari menghampirinya, yang pria diantara mereka berlutut disamping anak laki-laki itu, yang sekarang duduk memegangi lutut kanannya yang terluka.
"Kau tidak apa-apa?-", tanya si pria dewasa.
Anak kecil itu nampak ingin menangis, tetapi dia telah mengusap air matanya sebelum air matanya itu berhasil dilihat oleh pria dewasa yang ada di sebelahnya, lantas dia menggeleng.
Si pria tersenyum, "Mana coba kulihat-", dia mengurai tangan anak kecil itu dari lututnya, lantas menciptakan sehelai pelster dari udara menggunakan tongkatnya, kemudian ia gunakan itu untuk menutupi luka si anak kecil, "Nah-, sudah lebih baik?-".
Anak kecil itu mengangguk dengan polosnya, mengundang si pria dewasa untuk terkekeh dan mengacak rambut anak kecil itu, "Kau ini hebat-, kau terjatuh dari sapu tapi kau tidak menangis-".
Si anak memalingkan perhatian dari lututnya kepada pria dewasa itu, "Dad bilang.. laki-laki jangan menangis-", katanya, dengan jeda antar kata khas anak usia tiga tahun.
Si pria dewasa itu menyisir rambut yang jatuh ke matanya, "Ya- ayah mu benar, tapi jangan terlalu mendengarkannya, apalagi sampai meniru nya-".
Mendengar si pria berkata seperti itu, orang dewasa yang lain -dia wanita- bergerak menjewer telinga nya, "Uh! Aw!-, Valen!-", pekik si pria memegangi tangan wanita itu, "Lepaskan!-, jangan jatuhkan image ku di depan anak kecil dong!-".
Tangan Valen yang bebas menempel di pinggangnya, "Kau mengejek seseorang didepan putranya sendiri, Sirius!-".
Si anak kecil hanya tertawa tanpa memahami apa alasan pemandangan didepannya itu bisa terjadi.
"Iya iya-, tidak akan ku ulangi!-", pekik Sirius, dapat berhenti berjingkat setelah Valen melepaskan telinganya.
"Maksudku, ayah mu itu orang yang hebat, meskipun begitu, aku lebih ingin kau masuk ke Gryffindor nanti, kau anak pemberani kan?-", ucap Sirius, berlutut didepan anak kecil itu lagi
"Berani?-", anak itu memandang penasaran ke wajah Sirius.
"Ya!, tapi jangan bilang itu ke ayah mu, atau aku akan dikutuk olehnya nanti-", Sirius kembali menepuk kepala anak laki-laki itu, "Sekarang, tunjukkan sapu yang paman belikan itu kepada ayah dan ibumu!-".
"Ya!-", anak itu berdiri dengan semangat dan memungut sapu kecilnya, "Tlims- uncle- Sius!-".
Sirius maupun Valen tersenyum mendengarnya, "Xius itu namamu-, meskipun aku tau kau tidak bermaksud mengucapkannya, tapi nama ku adalah Si-ri-us".
Anak itu memiringkan kepalanya, mata hitamnya yang polos, berkilau menatap mata biru lawan bicaranya, "Si-li-us?-".
Valen terdengar terkikik di belakang Sirius, sementara Sirius memutar matanya, "Terserah kau, Xius. Kau sama seperti ayahmu, menyebalkan-".
"Sirius!-", bentak Valen.
"Aku bercandaaa-", elak Sirius, "Baiklah. Kau boleh memanggilku Uncle Siri saja-".
"Uncle Silly?-". (Silly artinya bodoh)
"S-Silly?-", Sirius nampak ingin menggigit apapun saat itu, "Kenapa jadi Silly?, ah terserah kau lah!", dia mengabaikan Valen yang terbahak-bahak dibelakangnya, "Ayo, Xius. Uncle akan mengantarmu dan membukakan kata kunci nya-".
KAMU SEDANG MEMBACA
THE PRINCE | SEVERUS SNAPE ✓
FanfictionMengambil latar dua tahun setelah perang besar Hogwarts dan kejatuhan Pangeran Kegelapan Seorang gadis tiba-tiba muncul di tengah dunia sihir yang damai, dan mengejutkan semua orang ketika dia benar-benar tau semuanya Namanya Alexie Severus Prince...