Ch. 29

1.6K 204 55
                                    

Dunia sihir beserta isinya
milik J.K Rowling
.
.
.
.
Selamat membaca :)

Snape memungut tongkatnya, memilin itu di tangan sementara pikirannya kembali ke beberapa menit yang lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Snape memungut tongkatnya, memilin itu di tangan sementara pikirannya kembali ke beberapa menit yang lalu. Apa yang telah dia lakukan menggunakan tongkat itu?. Dia tidak bermaksud, tentu saja. Sama sekali tidak menyangka akan seperti ini akhirnya.

Seharusnya dia tidak mendengarkan Sirius, atau seharusnya Sirius tidak memintanya untuk serius. Sebuah pepatah melintas di benaknya, -nasi telah menjadi bubur. Apa yang bisa dia lakukan sekarang?.

"Er- Severus-".

Snape mendongak mendengar suara Sirius, Lord Black itu berada didepannya, disampingnya berdiri Harry.

"Untuk masalah dengan Kementerian biar aku dan Harry yang mengurusnya-, dan-", Sirius melanjutkan dengan ragu, "Untuk masalah yang lain-".

Snape mengangkat tangan kirinya untuk menghentikan perkataan Sirius, tidak perlu diperjelas, masalah lain yang dimaksud Sirius memang jauh lebih sulit untuk dipecahkan dari masalah apapun dengan Kementerian.

Kepala Sekolah Hogwarts itu berjalan melewati Sirius dan Harry tanpa mengatakan apapun, dia berniat ber-apparate dari sana -namun mata hitamnya menemukan sosok peri rumah Keluarga Prince.

Snape melihat Diggy menangis, tapi tidak tau sebenarnya apa yang ditangisi olehnya. Apa peri rumah itu juga menyalahkannya atas kematian Andle?, apa peduli Snape?, makhluk itu hanya peri rumah. Tapi mata biru lebar itu menatapnya sekarang, menambah rasa bersalah dalam hati Snape. Kemudian dengan anggukan kecil, Diggy ber-dissaparate dari sana.

Dada Snape terasa sesak ketika dia memejamkan mata dan menarik nafas, kemudian dia berputar ditempat dan menghilang.
...

Langit diatas kastil Hogwarts nampak suram, guntur-guntur kecil bersautan dibalik awan hitam. Angin yang berhembus menerbangkan dedaunan yang telah gugur di tanah.

Begitupula jubah hitam Severus Snape, berkibar diterpa angin ketika dia hanya berdiri di halaman kastil. Pandangannya menghadap tanah, tapi dia tidak benar-benar melihat apapun.

'Tidak akan ada yang membunuh ataupun terbunuh'

Dia mendengar suaranya sendiri, dan dia sadar dia telah gagal- gagal memenuhi janjinya kepada Lexie. Sekarang gadis itu membencinya, dan Snape tidak bisa menyalahkan Lexie untuk itu, karena Lexie pantas untuk murka kepada orang yang sudah membunuh ibunya.

Jangankan Lexie, Snape saja marah kepada dirinya sendiri. Lagi-lagi dia membuat kesalahan, dia tidak mengerti kenapa semesta tidak pernah memberinya takdir yang baik?.

Gerimis mulai turun dan Snape masih bergeming ditempatnya, cih, dinginnya air hujan tidak ada apa-apanya dibanding kebekuan yang ia rasakan dalam hatinya ketika Lexie menyebutnya- pembunuh.

THE PRINCE | SEVERUS SNAPE ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang