Prolog.

198K 10.1K 746
                                    

Di suatu Kantor ternama di Jakarta dan berpatok dalam ruangan Meeting hari ini.

Atmosfer di dalam sana sangat tegang dan kacau ditambah dengan sang CEO yang sudah mengeluarkan aura-aura jahat yang terpampang jelas di belakangnya.

Membuat siapa saja bergidik ngeri melihatnya. "Maaf Pak" Ucap salah satu karyawannya yang juga berada di dalam ruang meeting tersebut.

"APANYA YANG MAAF!! BERESKAN SEGALA KEKACAUAN INI ATAU KALIAN SEMUA KU PECAT!!" teriaknya emosi.

Lalu beranjak dari kursinya dan pergi berlalu dari ruang Meeting tersebut dengan aura yang menyeramkan.

"Maafkan Pak Damian ya, dia sedang dalam mood yang buruk" Ucap Queenze Agata selaku Sekretaris dari Damian Aelion.

"Ini juga salah kami Buk" Ucap tak enak hati salah satu karyawan.

Queenze tersenyum lembut lalu berujar.

"Bukan salah kalian kok, setiap manusia pasti punya kesalahan. Wajar saja ada kendala dalam meeting, kalau begitu saya permisi ya" Queenze kemudian menyusul langkah Damian.

"Betapa malaikatnya Buk Queenze, beruntung yang jadi sekretaris Pak Damian itu Buk Queenze yakan semua" Ucap salah satu karyawan Divisi keuangan.

"Ya kau benar, Buk Queenze bagaikan malaikat yang berada disebelah Iblis"

Suara langkah kaki yang terasa membunuh selama perjalanan mereka berdua menuju ruang CEO.

Dibukanya kasar pintu itu dan masuk, dengan helaan nafas lelah yang keluar, Damian menghempaskan tubuh tegapnya di kursi lalu menatap sang Sekretaris dihadapannya.

"Queenze..." Panggilnya pelan.

"Ada apa Damian?" Sahut Queenze dengan lembut disertai senyuman manisnya.

"Kemari...Aku..pingin peluk" ucap Damian pelan, takut Queenze menolaknya karena dia ingat.

Jika Queenze selaku kekasih yang sangat dicintainya itu tidak suka pria pemarah dan bersumbu pendek.

Namun sialnya Damian adalah pria dengan tempramen yang buruk dan juga "Hiks..Queen gamau peluk Dami lagi"

Dia pria manja yang cengeng, dibalik wajah dingin dan angkuhnya, Damian tak ayal adalah pria yang manja dan cengeng.

Apalagi jika berhubungan dengan kekasih malaikatnya itu, melihat Damian mulai menitihkan air matanya, membuat Queenze hanya bisa menghela nafas, lalu berjalan ke arahnya.

Memeluk erat seraya mengelus rambut hitam lebatnya.

"Apa yang aku katakan tentang pria pemarah" Ucap Queenze pelan namun Damian tau kalau gadisnya ini sedang menahan emosi untuk tidak memarahinya balik.

"Kamu..hiks..kamu tidak suka pria pemarah.." Isak Damian terbata seraya mengusak wajahnya di daerah perut rata Queenze.

"Dan siapa tadi yang marah-marah" Ucap Queenze lagi membuat volume suara tangisan Damian bertambah.

"Aku sedang bertanya Dami"Ucap Queenze lagi.

"Hiks...Dami...hiks..tadi...Dami..hiks yang marah..marah.." Jawab Damian terbata.

Queenze menghela nafas lalu mengangkat wajah kekasih tampannya dari perutnya, dan melihat jika wajah tampan itu sudah memerah dan dipenuhi air mata.

Queenze mengusap lembut air mata yang turun dari manik hitam Damian.

"Berarti Queenze gak suka sama Dami, karena Dami tadi marah-marah" Ucap Queenze yang bermaksud untuk bercanda.

Namun dianggap serius oleh Damian, dan kini Damian kembali menangis dengan kuatnya, untung pintu sudah dikunci dan ruangan ini kedap suara.

Queenze tertawa pelan melihat wajah yang tadinya dingin datar dan angkuh kini menangis seperti anak kecil yang ditinggal ibunya pergi ke pasar

"Haha, aku bercanda sayang, sudah jangan menangis dan ingat jangan diulangi lagi."

"Tidak semua orang sempurna dan tidak membuat kesalahan, jadi wajar jika tadi ada kendala. Lain kali jangan seperti itu ya" Ucap Queenze memberi pengertian kepada kekasih manjanya ini.

Dan dijawab dengan anggukan.




















Tbc.

Halo, ada book baru. Aku tuh gabisa tenang ya. Karena yang on-going tinggal 2, jadinya aku gas lagi ke cerita baru😌.

Mawkish Damian [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang