Q-5

63K 4.8K 149
                                    

Author Pov.

Mereka sudah kembali bekerja seperti biasa, kesibukan yang melanda mereka di hari senin.

Membuat Damian pusing, apalagi dia belum mendapat asupan nutrisi alaminya.

Makannya sedari tadi dia marah-marah aja.

"Aku heran, Pak Damian ganas banget hari ini"

Telinga tajam Queenze tak sengaja mendengarnya, baru saja Queenze hendak keluar dari toilet, tapi dia malah mendengar gosip dari karyawan lain.

Jadi Queenze memilih untuk diam dan mendengarkan. "Iya tuh, mungkin karena hari ini hari senin kali ya" Celetuk yang lain.

Queenze tanpa sadar mengangguk, Damian sangat benci hari senin. Karena hanya dihari senin Damian tak akan mendapat jatah nenenya.

Itu sudah perjanjian.

"Eh tau gak, ada 1 karyawan baru yang agak gila" Oke, Queenze penasaran karyawan seperti apa yang mereka bilang gila. Apa perempuan kegatelan kurang belaian?.

Gosip semakin memanas. "Oh ya? Gila gimana?" Tanya yang lainnya. Wanita tadi bersiap untuk memberikan beritanya.

"Dia karyawan laki-laki, tau kenapa aku bilang dia agak gila, itu karena dia sering berteriak tiba-tiba lalu jatuh" Queenze kira karyawan perempuan.

Tak lama para penggosip itu keluar, dan Queenze juga ikut keluar "Kalau seperti itu, bukan gila. Bisa jadi kan dia indigo" Gumam Queenze.

Kalau anak indihome itu kan memang begitu, suka teriak tiba-tiba karena kaget. Atau jatuh karena menghindari hantu atau setan, bisa jadi kan.

Queenze berjalan keluar dari kamar mandi, dan menuju lift pribadi milik Damian.

Tangannya mengetikan pesan pada Damian agar jangan marah-marah, nanti cepat keriputan.

Tak melihat jalan, membuat Queenze menabrak sesuatu. Seketika dia mendongak.

"Maaf" Ucapnya seketika dan mengambil jarak.

Pemuda lugu, yang berwajah teduh itu hanya tersenyum ramah dan mengangguk "Gapapa buk, ini juga salah saya" Ucapnya pelan.

Queenze memandang lekat wajah pemuda itu, terlihat asing. "Kamu karyawan baru ya" Ujar Queenze, pemuda itu mengangguk sekali.

"Berarti kamu itu yang tadi digosipkan. Katanya kamu suka teriak tiba-tiba ya" Ujar Queenze lagi, lebih baik dia tanyakan langsung sama orangnya.

Pemuda itu menunduk, wajahnya terlihat gugup. "M-maaf kalau itu mengganggu.." Cicitnya, Queenze langsung mengibaskan tangan kanannya.

"Ah bukan buat saya, tapi karyawan lain terganggu. Nanti saya ajukan pada Pak Damian untuk memindah tugaskan anda, agar karyawan lain tidak terusik" Ini solusi yang baik.

Queenze bisa melatih pemuda ini untuk menjadi asisten Sekretarisnya.

Jaga-jaga agar suatu saat Pemuda ini bisa menggantikan Queenze.

"Tapi...sa...ya..gak dipecatkan?" Tanya Pemuda itu dengan suaranya yang bergetar dan napas yang memberat. Ho...dia menahan tangisnya.

Mirip sama Damian ya, cengeng.

Queenze menggeleng sekali "Enggak kok, nanti kamu saya panggil lagi ya. Bereskan barang kamu dan saat istirahat nanti datang ke ruang Pak Damian. Siapa nama kamu?"

"Jerome Gewildan" Ucapnya pelan. Queenze mengangguk dan menepuk bahu Jerome 2 kali.

"Semangat Rom, mungkin nantinya hantu-hantu itu gak bakal ganggu kamu"

Jerome mendongak dan menatap Queenze tak percaya "Ibuk tau soal saya?" Tanya Jerome sedikit senang.

Queenze menggeleng "Saya hanya menebak saja."

Jerome sedikit kecewa, tapi dia bahagia karena ada yang berbaik hati padanya dan tak takut dengan kelebihannya.

"Makasih Buk" Ucapnya lembut diselingi senyum manisnya.

Queenze terpaku, dia benar-benar mirip Damian. Lucu ih, gemes Queenze jadinya "Yasudah, saya dulu ya" Ujarnya kemudian berjalan kembali.

Jerome mengangguk dan berbalik, memandang lekat punggung Queenze disertai senyum rahasianya.

Sedangkan Damian saat ini tengah bingung, dia harus membawa Queenze pergi berobat. Penyakit Queenze bukan main-main bahayanya.

"Queen...kenapa kamu gak bilang sama aku.." Lirih Damian seraya menelusupkan wajahnya di lipatan tangan di meja.

Bahunya bergetar, dan isakan tertahan terdengar. Dia tak mau kehilangan Queenze, hidupnya akan hancur jika itu terjadi.

Dan cara yang bisa dia tempuh tak lain adalah menyusul Queenze. Mau bagaimanapun caranya.




















Tbc..

Syalalallaa.

Mawkish Damian [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang