Rencananya sih, Dameenze bakalan aku tamatin besok, tapi gatau juga sih. Kayaknya penggemar Dami masih belum rela kalau ini di tamatin segera😌.
Author Pov.
Sepulangnya mereka dari pesta Daniel, Damian hanya merengut dan terus membuang pandangannya ke arah lain. Tak mau menatap Queenze sama sekali, membuat wanita itu terheran sendiri.
Queenze menyentuh pelan tangan Damian, tapi pria itu menarik tangannya dan bersidekap dada. Dengusan sebal terdengar dari hidungnya itu. "Huh! Gausah pegang-pegang!" Ketusnya.
Pak Dalang tertawa pelan di depan sana, Tuan Mudanya walau sudah 24 tahun masih saja kekanakan. Untung Nona muda Queenze sabar menghadapi Damian.
Queenze menggeleng pelan "Yaudah, aku gabakal sentuh kamu lagi" Ucapnya datar dan menggeser agar duduknya berjauhan dari Damian.
Dia bersender di kursinya dan mengamati pemandangan diluar, bangunan tinggi menjulang yang berhiaskan lampu-lampu indah.
Orang yang berlalu-lalang baik anak-amak maupun orang dewasa, jomblo/seperti author/ ataupun yang sudah memiliki jodoh.
Queenze tak mau membujuk ataupun memaksa Damian, sudah cukup lelah dia hari ini. Dan biar saja Damian merajuk tanpa sebab, nanti juga dia baik sendiri.
Damian memandang sendu Queenze yang menjaga jarak darinya, bukan maksud Damian merajuk atau marah. Dia hanya kesal karena tadi Queenze tersenyum pada Leo si Sinjang sialan itu.
Bibirnya melengkung kebawah, dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Hilang sudah image gentle dan cool yang Damian bangun sedari tadi.
Pak Dalang, btw namanya Dalang Ranggih, tapi usianya masih 27 tahun dan sudah punya istri yang bernama Auty Ranggih. Yang sering dia panggil Opahku sayang.
"Otw nangis dah tuh" Gumam Dalang geli, dia sudah biasa melihat Tuan Mudanya yang menangis, merengek dan berteriak layaknya anak kecil jika bersama Nona Muda.
Tangannya bergerak pelan untuk memegang sedikit gaun Queenze, dan menariknya. Berusaha mencari perhatian "Queen..." Cicitnya.
Masih bersisa jarak di tengah mereka, Damian semakin sedih. Matanya sudah mengeluarkan air mata yang mengalir tenang di kedua pipinya. Bibirnya bergetar tak mendapat respon dari Queenze.
"Hiks..Queen.." Cicitnya lagi, dia kembali menarik-narik gaun Queenze. Seperti anak kecil yang menarik pakaian ibunya karena merasa bersalah dan tak ingin ditinggal.
Queenze menulikan telinganya, tak mau menggubris bujukan Damian. Biar saja, rasakan hukumannya, lagian siapa suruh merajuk tanpa alasan jelas.
"Hiks..Queen maaf..huhuuu..maafin Dami...hiks..Dami salah udah marah-marah gajelas...hiks..maafin Dami.." Isaknya pelan. Dia melepas genggamannya pada gaun Queenze.
Dan mengusap berulang air matanya, dengan isakan yang terus terdengar.
"Hiks..maaf..huhuuuu maafin Dami..huaaaaaa Dami nakal..hiks..maaf Dami nakal..huaaaaa Queen jangan cuekin Damiiiiiii" Oke semua, telinga Queenze tak bisa berpura-pura tuli lagi.
Tangisan memekak yang Damian keluarkan sedikit mengusik ketenangan di dalam mobil. Queenze menghela napas kasar dan menatap Damian dingin.
"Diam" Ucapnya datar. Damian diam, matanya mengerjap polos dengan sisa air mata diujung bulu mata lentiknya. Bibirnya berkedut dan mata kembali berkaca-kaca.
"Hiks..QUEEN GAK SAYANG DAMI LAGI! HUAAAAAAAAAA MAAFIN DAMIIIIIII" Tangisnya histeris seraya mendekat dan langsung memeluk Queenze. Dia tak mau diabaikan Queenze walau hanya 3 menit saja.
Damian menangis di bahu Queenze, dengan suaranya yang memekakan telinga Queenze. "Huhuuu Queen gak sayang Dami..huaaaaaaa Queen gak sayang Dami!! hiks..QUEEN JAHAT!" Racauan yang diakhiri teriakan terdengar.
Damian masih menangis disana, dengan ingus yang sudah menempel di bahu Queenze. "Jangan nangis lagi deh, ntar gak aku kasih nenen" Ancam Queenze.
Bukannya berhenti menangis, Damian malah semakin menguatkan tangisannya. "HUAAAAAAAA NENENNYA DAMIAN! HUAAAAAA QUEEN JANGAN GITU! Hiks..itukan sumber nutrisi Dami!!" Bayi besar itu mengamuk.
Karena perkara Nenen.
Queenze hilang cara, dia memilih memejamkan matanya dan membiarkan Pria besar ini menangis sepuasnya. Nanti juga diam.
"Jahat..hiks..Queen jahat..Queen gak sayang Dami lagi..hiks" Lirihnya masih menangis, Damian mengeratkan pelukannya pada Queenze.
Isakan masih mengisi suasana mobil, sebelum akhirnya hening menyapa kembali. Dalang melirik dari kaca spion tengah.
"Lucunya, gemesin banget sih kalian. Jadi pengen cubit ginjalnya deh" Gumam Dalang gemas, Damian sudah terlelap di bahu Queenze.
Dengan bibir yang menghisapi leher putih Queenze. Menghisapnya bagai menghisap tebu, sedangkan Queenze tak terusik sedikitpun.
Dia lelah dan hanya mau tidur, terserah apapun yang Damian lakukan. Asal tidak mengusik tidurnya.
"Huuh, jadi kangen Opah.." Gerutu Dalang, dia mau minta jatah sama Istrinya sepulang kerja nanti.
Sampai pagi kalau bisa di gas sama dia hohoooo.
Tbc..
Syalalalala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mawkish Damian [End]
RomanceCool in Publick, cengeng in Private. Ceo galak nan jahat bisa berubah jadi cengeng nan Manja kalau bersama pawangnya, siapa lagi kalau bukan Damian. Dami si bayi gede nya Queenze. Don't do the copyright! Walaupun ada tulisan Right yang artinya benar...