Liuliuuu Leo majang alias mata keranjang mau lewat~
Author Pov.
Leo berhasil membawa Queenze kembali ke rumah sakit, dengan kata lain Queenze berhutang budi pada Leo. Tapi entah iya kalau dia ingat ya.
Mereka berdua berdiri di samping ranjang "Itu tubuhmu, sekarang kembalilah" Ujar Leo lembut seraya melepas genggaman tangannya.
Queenze tak bergeming, dia malah memandang penuh rasa bersalah pada Damian yang tengah tertidur dalam posisi duduk di samping kasur.
"Dia siapa?" tanya Queenze pelan, tangannya bergerak menuju kepala Damian dan hendak mengelusnya, tapi Leo menahan tangan Queenze dan malah mengecupnya singkat.
"Kau akan tau jawabannya nanti, sekarang kembalilah. Semoga kita bertemu lagi cantik" Ucapan hangat yang Leo keluarkan bukanlah godaan, itu murni dari dalam hatinya.
Queenze menarik tangannya "Baiklah, terima kasih bantuannya Leo. Jika aku mengingatmu nanti, akan kubalas kebaikanmu" Ucap Queenze tenang, dia memberikan senyum simpul sebelum akhirnya masuk ke dalam tubuhnya kembali.
Leo tersenyum sendu, itu tak mungkin terjadi. Kemungkinan mereka bertemu dan bisa saling mengingat hampir tak mungkin, sebab setelah mereka sadar dari koma.
Ingatan selama mereka menjadi arwah akan hilang dan lenyap.
Leo memilih pergi dari ruangan itu, dia harus menemui Niar dan memberikan berita baik ini.
Sedangkan Damian merasa terusik, sesuatu bergerak di dekat kepalanya dan menjalar ke rambutnya. "Eungh..Queen jangan nakal deh..rambut Dami bau..gausah dipegang.." Gumam Damian tak sadar.
Dia menepis lembut tangan yang ada di kepalanya. "Haaha..maaf..tapi kamu siapa?" Lirihan bingung bercampur gemas itu terdengar.
Damian membuka matanya dan bangun, memandang tidak percaya pada Queenze yang sudah membuka mata indahnya. Tatapan mata yang sayu, terlihat asing tapi binar lembut tak hilang disana.
Bibir Damian berkedut, air mata menggenang di kedua matanya. "Hiks..dokter..aku harus panggil dokter" Gumam Damian senang, dia berdiri dan menekan tombol merah diatas ranjang Queenze.
Tubuhnya lemas sekali, dia belum makan siang dan infusnya juga sudah mau habis. Damian kembali duduk di kursinya dan menggenggam erat tangan Queenze.
"Akhirnya..Queen sadar" Bisiknya senang, dia mengeluskan telapak tangan Queenze ke pipinya, lalu menciumnya lembut.
Queenze masih bingung, kenapa Pria tampan yang sayangnya terlihat lemah ini mencium tangannya. "Maaf tapi," Queenze menarik tangannya dari genggaman Damian.
Perasaan hangat di hati Damian langsung hilang begitu tangan Queenze tak lagi digenggamannya, dia mendongak dan menatap Queenze penuh tanya sekaligus sedih.
"Tapi apa Queen?" Lirih Damian dengan suaranya yang bergetar. Damian mendapat firasat buruk sekarang, sangat buruk bahkan untuk menjadi sebuah mimpi sekaligus.
Queenze menatapnya lembut "Tapi kamu ini siapa?" Tanya nya lembut.
DEG!
Damian membeku, matanya membulat dengan tatapan kosongnya. Matanya memanas dan bibirnya berusaha untuk tidak mengeluarkan isakan.
"Queen-"
Greek.
"Maaf Tuan Damian, silahkan keluar sebentar. Kami akan memeriksa keadaan Nona Queenze" Damian tak dengar, pikirannya kosong seketika mendapat kenyataan pahit.
Bahwa Queenze tak mengenalnya. Damian berjalan perlahan keluar dari ICU, menutup pintu kaca bening itu lalu duduk di kursi tunggu.
Menutup wajahnya dengan kedua tangannya, dan kembali menangis disana "Hiks..Queen..gak ingat aku.." Isaknya pilu.
Keterpurukan Damian menjadi kebahagiaan seseorang, Leo berdiri tak jauh dari sana. Dia bersidekap dada dan menatap puas Damian yang terpuruk. Senyum miring tercetak jelas di wajah pucatnya.
.
.
.
Jam sudah menunjukan pukul 10 malam, Queenze sudah dipindahkan ke ruang inap biasa. Keluarganya datang menjenguk sedangkan Damian memilih untuk duduk di luar.Memandang kosong halaman di depannya. Gelap gulita tak ada cahaya, sama seperti hidupnya sekarang.
Tiang infus bertengger di sebelahnya, tubuh Damian semakin kurus dan suaranya tak lagi keluar. Tangisan tadi sore adalah tangisan terakhir dengan sisa suara yang tersisa.
Damian menghela napas panjang, menghalau rasa sakit yang menyerang dadanya. Perutnya juga nyeri, tak berhenti sedari tadi.
"Aah..sakit.." Ucapnya tanpa suara, Damian menunduk dan membiarkan air matanya jatuh. Dia tak tau bagian mana lagi yang sakit, sebab seluruh tubuhnya sudah terluka.
Terluka di dalam sana. Ziyel menatap sendu putranya, apa ini karmanya karena dulu pernah jahat pada Zriel.
Krieet.
Damian mendongak, dia melirik ke samping dan melihat keluarga Queenze sudah keluar "Sabar ya Dami, pasti Queen akan inget sama kamu. Kamu itu yang paling berharga untuknya" Ucap Amira lembut, dan mengelus kepala Damian.
"Makasih...Tante.." Bisiknya halus.
Setelah keluarga Queenze pulang, Damian berdiri dan masuk ke kamar Queenze. Dia akan membuat Queenze mengingatnya kembali, mau bagaimanapun caranya.
Saat Damian masuk, dia melihat Queenze sedang duduk dengan buah di tangannya. Queenze memandang Damian dengan lembut "Kamu lagi" Ujarnya.
Damian tersenyum sedih, dia berdiri di samping ranjang Queenze dan mengelus kepalanya "Iya..aku lagi.." Bisiknya hampir tidak terdengar.
"Suara kamu kenapa?" Tanya Queenze bingung.
"Sakit"
"Ooh, oh ya. Nama kamu siapa?"
Damian diam, dia berharap ini hanya tipuan saja "Kamu..gatau nama aku?" Tanya Damian.
Queenze menggeleng "Dami, kamu bisa panggil aku Dami" Ujar Damian penuh kesedihan. Dia menunduk sebentar kemudian mendongak lagi.
"Damian, aku Damian..hiks..aku Daminya Queen.." Isaknya berusaha mengeluarkan suara lebih, Queenze panik saat pria tampan itu menangis.
"Kamu jangan nangis-"
"Inget aku Queen..hiks..huhuuuu aku Daminya Queen..hiks..aku Damian..hiks..jangan lupain aku..hiks..Queen..hiks..INGET AKU QUEEN! AKU DAMIAN!!"
Damian tak bisa tenang, dia berteriak di akhir dengan suara seraknya. Panas langsung menjalar tenggorokan Damian begitu dia teriak.
Damian merosot ke lantai, kedua tangannya masih memegang pinggiran kasur Queenze "INGET AKU! AKU DAMIAN!! HUAAAAAAA QUEEN INGET AKU KUMOHON!! KUMOHON INGAT AKU!!" Damian histeris.
Tak perduli dengan rasa sakitnya, dia tak perduli. Queenze panik menghadapi Damian "Dami-"
"Huhuuuu kamu jahat..hiks..uhuk!..jahat..kamu..jahat uda lupain aku..hiks..uhuuk.." Racaunya sambil terus menangis.
"Dami-"
"HUAAAAAAA INGAT AKU QUEEN INGAT!!"
"DAMIAN!!"
Damian tersentak dan mendongak, air mata mengalir deras dari matanya "Hiks..Queen.." Lirihnya, baru sekarang terasa sakit tenggorokannya.
Queenze menggenggam tangan Damian pelan "Aku ingat, kamu Damian Aelion," Ucapan itu bagai secercah harapan di hidup Damian.
Damian tersenyum lega sejenak, "Kamu bos aku di kantor, Gerald yang bilang itu tadi"
Damian merasa, semesta mempermainkan hidupnya sekarang.
Tbc..
Kalian tau julukan Ryn gak?
Ryn itu Author yang........
Siapa yang jawabannya benar, bakalan jadi karakter di ceritanya Niar dan Leo💞.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mawkish Damian [End]
RomanceCool in Publick, cengeng in Private. Ceo galak nan jahat bisa berubah jadi cengeng nan Manja kalau bersama pawangnya, siapa lagi kalau bukan Damian. Dami si bayi gede nya Queenze. Don't do the copyright! Walaupun ada tulisan Right yang artinya benar...