D-End.

45.3K 3.1K 207
                                    

Yosh, kita uda ending~

Author Pov.

Damian memberontak, Ziyel hendak membawanya ke Psikolog karena 3 hari ini dia berusaha untuk memotong nadi di lehernya.

Ziyel bahkan harus memasung kedua kaki Damian dan merantai kedua tangannya. Tiada hari tanpa berteriak, menangis dan meraung di kamarnya. Dia sudah menyayat pergelangan tangannya sebanyak 20 kali.

"AKU GAMAU!! AKU GAK GILA!!" Raung Damian seraya mengigit tangan Ziyel kuat. Membuat Pria paruh baya itu meringis kesakitan dan menarik paksa tangannya.

Damian menggeleng kuat "Hiks..Dami gak gila Pa..huaaaaaaa Dami cuma mau Queen Dami balik..hiks..Queen balik..hiks..Queen tega ninggalin Dami....huhuuuu Queen balik.." Rengek Damian diselingi tangisannya.

Dia menghentakan kedua kakinya ke lantai dan menggerakan tubuhnya. Tingkahnya persis seperti anak kecil yang merajuk karena mainannya hilang. Ziyel tak menggubris dan memilih kembali memasung kaki Damian.

Dan merantai tangannya, Damian merontak dan membuat gemercik rantai terdengar "PAPAAAAAA LEPASIN DAMI!! DAMI GAK GILA!! DAMI CUMA MAU QUEEN BALIK!! PAPAAAAAAA!!" Damian berteriak histeris.

Dia menarik rantai dengan sekuat tenaga yang dia punya. Air mata kepedihan kembali mengalir "Hiks..Papa kok jahat..hiks..Dami kan gak gila..huhuuuu Dami cuma mau Queen balik..itu doang..hiks.." Racau Damian.

Dia bersender di dinding, menangis..sedetik kemudian tertawa sarkas penuh kepedihan "Haha..HAHAHAHAHAH QUEEN MAH BERCANDANYA KELAMAAN....Hahaha..iya..benar..ini pasti bercandaan doang..hahahah" Damian tertawa seperti orang gila.

Sepertinya, keputusan Ziyel untuk membawa Damian ke Psikolog benar. Batin dan mental Damian sedikit terguncang.

Dia diam, menangis dalam diam di kamarnya yang gelap. "Queen..apa kesalahan aku sangat besar..sampai kamu ninggalin aku..padahal aku cinta banget sama kamu.." Lirihnya dengan tatapan kosong menyedihkan.

"Queen..aku janji..bakalan lakuin apapun yang kamu mau..asal kamu balik.." Lirihnya lagi, dia memiringkan kepalanya. Kemudian tertawa pelan lagi.

"Hihi, Queen..kamu tuh cantik banget, aku sampai harus bunuh mereka yang berusaha deketin kamu. Bahkan demit bgst yang ada di mimpi aku, dia juga aku bunuh loh" Racau Damian lagi.

Dia menggerakan kedua kakinya seperti halnya anak kecil, bibirnya merengut sebal "Tapi kamu malah pergi, gapapa deh. Nanti juga kamu datang pas pemakaman aku nanti" Racaunya semakin gila.

"Hihi, benar. Nanti kan kalau aku mati kamu pasti datang, kasih bunga lili putih di makam aku, terus kamu pasti nangis disana. Hahahah aku gasabar deh"

Damian terus meracau, tanpa sadar jika ada yang memandangnya penuh sirat kerinduan dan perasaan bersalah yang besar. Dia masuk ke kamar Damian tanpa membuat si empunya sadar.

"Terus, terus kalau aku mati. Kamu pasti nyesel dan mau nyusul aku, terus kita bareng-bareng lagi deh~" Racaunya. Senyum lebar yang manis sampai membuat eye smilenya terbentuk "Hihi..aku gasabar.." Lirihnya.

Air mata semakin deras, dia menggigit bibirnya kuat "Hiks..aku gasabar..hiks..tapi aku gakuat..aku gakuat lagi kamu tinggalin Queen..hiks..aku gakuat..." Dia kembali menangis terisak.

Kenapa hidupnya terasa tidak adil sekali, kenapa. Kenapa semua harus terjadi disaat Damian sudah merasakan kebahagiaan yang dia dambakan selama ini.

"Queenze...Agata..kamu tau, aku tuh...bisa jadi jahat..tapi juga bisa jadi bodoh..sayangnya selama aku sama kamu, aku jadi bodoh banget..hehehe..aku kayak orang idiot yang ngerengek, nangis, dan manja sama kamu..kamu pasti risihkan"

Mawkish Damian [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang