D-5

60.3K 4.4K 153
                                    

Hola!.

Author Pov.

Suasana di dalam ruangan Damian terasa dingin dan mencekam. Pasalnya Queenze baru saja meminta seorang karyawan Divisi lain untuk menjadi Asistennya.

"Nah Pak Damian, kenalin dia adalah Jerome dari Divisi 4." Ucap Queenze memperkenalkan Jerome. Damian hanya diam bersidekap dada dan menatap penuh permusuhan pada Jerome.

Sedangkan Jerome pucat, bukan takut pada Damiannya. Melainkan pada hantu dibelakang Damian "Mohon kerja samanya Pak" Ucap Jerome pelan kemudian membungkuk.

Queenze menepuk bahu Jerome 2 kali, membuat si bayi besar melotot tidak percaya "Heh! Apaan tuh sentuh-sentuh" Sengitnya.

Matanya memicing tajam, membuat Queenze maupun Jerome tertawa kikuk "Ruangan kamu ada di sebelah ruangan saya, tenang aja. Disana gak ada hantunya" Ucap Queenze.

Jerome mengangguk "Terima kasih Buk" Ucapnya.

"Uda kan? Yaudah. Queen ambilkan aku kopi hitam" Damian memerintah dengan nada ketus dan sebalnya. Bibirnya sedikit mengerucut melihat kedekatan antara kekasihnya dan parasit baru.

Queenze memiringkan kepalanya dan menatap bingung Damian. "Tapi anda kan gasuka ko-"

"Halah! Uda cepat ambilin"

Queenze mendengus kesal, dengan cepat dia berjalan menuju pintu dan keluar. Meninggalkan kedua pria tampan berbeda jabatan yang saling mengeluarkan aura tak mengenakan disana.

Damian berjalan mendekati Jerome, pria itu yang awalnya memasang wajah penuh keluguan dan ketakutan, kini memandang datar Damian "Cih, pake topeng ternyata" Sinis Damian.

Jerome menunduk, dengusan menjengkelkan terdengar. "Haha," Tawanya pelan kemudian mendongak, menyugar rambut kepirangannya itu dan menatap remeh Damian.

Damian melebarkan seringainya, sudah lama Damian yang sebenarnya tak muncul. Selama ini Dami selalu mendominasinya, ya itu semua dilakukan agar Queenze tak takut padanya.

"Pak Damian, saya hanya ingin memperingati anda" Ujar Jerome santai. Kedua tangannya dimasukan ke saku celana, dia mendapatkan kelemahan terbesar Damian.

Damian sendiri menaikan sebelah alisnya "Aku tak perlu peringatan darimu" Ujarnya datar. Jerome tak perduli, karena ini menyangkut hidup dan matinya Queenze.

"Tapi, anda akan menyesal seumur hidup anda. Sebab ini menyangkut dengan Buk Queenze yang sangat saya kagumi" Sepanjang Jerome berbicara, binar gelora penuh gairah muncul saat menyebut nama Queenze.

Damian terdiam, apapun yang menyangkut tentang Queenze adalah hal penting. "Katakan" Jerome tersenyum penuh kemenangan.

"Tapi ini tidak gratis Pak" Jerome berjalan perlahan menjauhi Damian, kini kedua tangannya berada di balik punggungnya.

Damian mendecih, sudah pasti ada harga dibalik apapun itu. "Berapapun akan kubayar" Ucap Damian dingin.

Oke, Jerome sudah mendapat kartu emas. Dia tak berbalik dan memunggungi Damian "Anda sering membunuh orang kan" Ujarnya santai seraya sedikit menoleh dari punggungnya.

DEG!

Damian menegang, bagaimana Jerome tau. Selama ini tak ada yang mengetahui rahasia itu selain anak buah Damian "Bagaimana kau tau" Gumam Damian shock.

Jerome tertawa pelan sampai bahunya naik turun "Saya bisa melihat, banyak roh di belakang anda. Salah satunya adalah roh seorang gadis dengan dendam yang amat besar" Ingatan Damian dipaksa bekerja.

Damian...pernah membunuh seorang gadis dimasa sekolahnya dulu. Penyebabnya tak lain adalah karena gadis itu sudah membuat tangan Queenze berdarah.

Damian menggunakan alat untuk pahat kayu, dan menggunakannya di seluruh tubuh gadis itu. Seakan dia sedang memahat di sebuah kayu.

Jerome dapat merasakan aura gelap yang sangat besar pada roh itu. Keadaannya mengenaskan dan mengerikan, berulang kali Jerome melihat roh itu menatap tajam pada Queenze.

"Lalu..apa yang harus aku lakukan" Bisik Damian, sepertinya permasalahan tentang penyakit Queenze harus tergeser. Ini lebih bahaya.

Pertanyaan itu melebarkan senyum Jerome. "Anda, harus menjaga jarak dari Buk Queenze. Jika anda terus berdekatan dengan Buk Queenze, roh gadis itu akan semakin ganas dan berakhir dengan kematian"

Mendengar kata kematian, membuat Damian gemetar. Air mata sudah tergenang, membayangkan kematian yang sudah pasti tertuju pada Queenze.

"Kematian..." Bisiknya penuh kekosongan. Jerome mengangguk penuh dan berbalik, seringai disertai tatapan penuh gairah terbentuk "Yahhh, kematian Buk Queenze akan terjadi. Dan penyebabnya,"

Jerome menyentuh dagu Damian, dan mendongakan wajahnya. Air mata Damian sudah turun, mata penuh kepedihan bertemu dengan mata penuh gairah.

"Tak lain adalah kau, Damian Aelion. KAU AKAN MENJADI PENYEBAB KEMATIAN QUEEN!!"

"Aak..Q-Queen..a-aku..penyebabnya..ti-tidak..hiks.."

Yah, mental Damian sudah jatuh. Ini memudahkan Jerome untuk melangkah ke rencana selanjutnya. Yaitu menarik Queenze menjauh dari penyebab kematiannya sendiri.






























Tbc..

Kalian terlalu riweh sama penyakit Queenze, tanpa tau jika yang akan menjadi alasan Queenze mati tak lain adalah Damian😌.

Mawkish Damian [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang