Haloooo.
Author Pov.
Yang jatuh dari tangga kemarin itu adalah Queenze, tapi yang sakit sampai masuk rumah sakit tak lain adalah Damian.
Lambungnya bermasalah, itu semua karena kopi.
"Huhuuuuu Queeeeen perut Dami saaakiiit" Rengekan itu kembali terdengar, Queenze yang sedang merapikan pakaian Damian di koper pun menghela napas.
Damian mengalami radang di lambung, karena kopi yang diminumnya selama 3 hari penuh. Ditambah dengan tenggorokannya yang juga mengalami radang.
Membuat suara Damian sedikit mengerikan, serak-serak gitu. Biasanya suara Damian itu berat tapi gak serak, tapi kali ini serak hampir habis.
Queenze sampai takut mendengar suara Damian.
"Jangan merengek, suara kamu serem" Ucap Queenze dengan sedikit ejekan.
Damian melengkungkan bibirnya ke bawah, matanya berkaca-kaca seketika.
"Hiks...Queen jahat..suara Dami gak serem..hiks.." isak Damian sedih, tapi di telinga Queenze itu terdengar seperti suara kakek-kakek.
Jadi Queeze sedikit takut mendengarnya.
Queenze berdiri dan menggeret koper Damian, meletakannya di sudut kamar inap Damian.
"Jangan nangis, suara kamu jelek" Ucap Queenze lagi.
Damian semakin melengkungkan bibirnya, isakan semakin kuat. Dia membanting tubuhnya ke kasur dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.
"Huaaaaaaa Queen jahat! Huhuuuu jahat-jahat-jahat!! Hiks..Queen gak sayang Dami lagi huhuuuu..hiks...uhuk!"
"NAH JANGAN NANGIS! NANTI MUNTAH LAGI!!" Queenze berseru panik, dia berjalan ke kasur Damian dan menarik paksa selimut putihnya.
Terlihatlah tubuh tegap Damian yang meringkuk di kasur, dengan cairan kehitaman yang menodai kasurnya.
Masih menetes sisanya dari bibir Damian, wajahnya memelas, hidungnya memerah dengan ingus yang meler.
Bibirnya bergetar.
"Hiks..muntah..hiks..Dami muntah..hiks..maaf.." Isaknya takut, dia takut Queenze memarahinya lagi karena muntah saat menangis.
Queenze menghela napas panjang, berusaha menahan emosinya.
Plak!
"Aduh! Hiks..Queen kenapa mukul pantat Dami! Hiks..kejam!"
Queenze mengedikan bahunya, dia berjalan menuju meja kaca yang ada di kamar ini, dan mengambil kain lap yang sengaja disiapkan pihak rumah sakit.
Wanita itu kembali membersihkan sisa muntahan Damian, sedangkan Damian meringkuk seraya memegang perutnya yang nyeri.
"Hiks..sakit...hiks..Queen perut Dami sakit.." Lirihnya pilu. Perutnya terasa ditusuk-tusuk, sakit sampai membuat Dami ingin menusuk perutnya sendiri.
Queenze selesai membersihkan muntahan Damian, dia mengelus kepala Damian kemudian naik ke kasur Damian yang besar itu.
"Sini, tidur di paha Queen, biar Queen elus" Ucap Queenze lembut.
Damian berusaha bangun dari ringkukannya, tapi dia tak sanggup
"Sakit...hiks..Dami gabisa bangun..hiks..bantuin" Rengeknya lagi.
Queenze membantu Damian untuk bangun dan duduk, tapi bukannya tidur di paha Queenze. Damian malah meringsek masuk memeluk Queenze, dan merebahkan tubuh mereka ke kasur.
Posisinya itu, Damian meluk Queenze dan wajahnya ada di belahan dada Queenze.
Queenze tau nih bayi lagi modus nih "Bobok ya, biar Queen elus perutnya" Bisik Queenze lembut.
Damian mengangguk pelan, dan mendusel ria disana. Queenze menaikan pakaian rumah sakit Damian dan memasukan tangannya ke dalam.
Dalam baju, bukan dalam yang lain.
Tangannya menyentuh kulit perut Damian yang panas.
"Panas banget perut kamu sayang" Gumam Queenze khawatir.
Damian hanya bergumam tak jelas, pakaian Queenze sudah habis di gigiti Damian.
"Nyann.." Begitulah suara yang terdengar dari kunyahan Damian.
"Habis baju aku kamu gigiti Dami" Gumam Queenze lagi.
Damian tak perduli yang penting dia gigiti baju Queenze. Queenze mengelus perlahan perut Damian.
Memastikan pria kesayangannya itu tidak kesakitan lagi. Sesekali Queenze akan mengecup dahi Damian yang terhalang poninya.
"Cepat sembuh kesayangannya Queen" Bisik Queenze lembut.
"Mahasih..Hueen.." Bisik Damian membalas ucapan Queenze.
Sepertinya saat ini mereka harus melupakan masalah Demit, tak ada yang lebih penting dari Damian saat ini.
Jika memang benar Damian pernah membunuh orang, pasti dia punya alasan dibaliknya.
"Kesayangan aku gak jahat, Dami anak baik" Lirih Queenze, mau bagaimanapun Dami pasti tak melakukannya. Pasti bukan Dami.
Queenze memeluk erat kepala Damian dan mengelus kepalanya, kemudian ikut memejamkan matanya.
"Yah...Dami anak baik.." Gumamnya.
Damian dengar itu, dia dengar bisikan dan gumaman Queenze yang masih mempercayainya.
Queen maaf..aku gak sebaik yang kamu kira. Dami anak nakal Queen..Dami nakal-Batin Damian penuh rasa bersalah.
Damian mengeratkan pelukannya "Hami..hakal..hueen.." Cicitnya tak jelas, untung saja Queenze tak dengar.
Yah, kita biarkan saja mereka. Queenze tak mau ambil pusing soal Demit kemarin, lagipula Demit tetaplah Demit. Hidup matinya bukan di tangan Demit bgst itu.
Preview Next chapter.
"Dami, maaf ya"
"Kenapa..hiks..kenapa Queen.."
"Maaf, ini semua demi kita"
"T-tapi Dami gamau..hiks..DAMI GAMAU!!"
"Tenanglah. Dami anak baik kan"
"GAK! DAMI ANAK NAKAL! DAMI NAKAL!! HUAAAAAA DAMI BUKAJ ANAK BAIK!!"
Tbc..
Aku nunggu yak, 100 vote 60 komen. Adiu~
KAMU SEDANG MEMBACA
Mawkish Damian [End]
RomanceCool in Publick, cengeng in Private. Ceo galak nan jahat bisa berubah jadi cengeng nan Manja kalau bersama pawangnya, siapa lagi kalau bukan Damian. Dami si bayi gede nya Queenze. Don't do the copyright! Walaupun ada tulisan Right yang artinya benar...