D-10

38.5K 3.2K 519
                                    

Liuliu Damcil mau lewat~

Author Pov.

Semua terjadi terlalu cepat, Damian tidak bisa berfikir lebih jernih dan mencerna apa yang sudah terjadi.

Gerald berdiri di depannya dengan tatapan membunuh yang teramat kental dirasa.

Tante Amira dan suaminya sudah menangis melihat jasad Queenze yang sudah ditutupi selimut putih.

Sedangkan Alisyah dan Ziyel terpukul dengan kenyataan jika Putra mereka sudah membunuh kekasihnya sendiri.

"Lo..LO BRENGSEK! PEMBUNUH!! BALIKIN NYAWA KAKAK GUE SIALAN BALIKIN!!!" Gerald berseru pedih, walau dia marah tapi air mata tetap turun dari kedua matanya.

Dia berulang kali mengutuk Damian yang sudah merenggut nyawa kakaknya.

Damian sendiri masih memandang kosong tubuh Queenze yang sudah tak bernapas itu.

Senyum miring terbentuk begitu saja "Hahaha, ini pasti bercanda kan? Queen pasti bercanda. Dia gak mungkin mati" Ujar Damian santai.

Dia berkacang pinggang dan menatap santai tubuh yang sudah diselimuti kain putih itu, seluruh keluarga terhenyak mendengarnya.

Apa kepala Damian terbentur sampai berkata seperti itu.

Gerald menggeram emosi, kedua tangannya mengepal kuat.

Buagh!

"SADAR BANGSAT! KAKAK GUE MATI YA KARENA LO!! KEMATIAN BUKAN BERCANDAAN!!" Teriak Gerald emosi setelah berhasil memukul pipi Damian kuat.

Membuatnya terhuyung ke belakang dan memuntahkan darah. Damian menyeka darah di sudut bibirnya dan menatap nanar Gerald.

"Queen..benar-benar..pergi?" Tanya nya linglung.

Dia berjalan terhuyung mendekati tubuh Queenze dan mengguncangnya

"Sayang..kamu..bercanda kan? Kamu gak bener-bener pergi kan?" Lirih Damian pilu.

Tubuhnya sampai merosot karena tak sanggup menahan beban di hatinya.

Bahunya bergetar, air mata kembali menetes dengam derasnya.

"QUEEN!! KAMU BERCANDA KAN!? KAMU GAK MUNGKIN NINGGALIN AKU LAGI!!" Raung Damian. Dia mendorong-dorong kuat ranjang Queenze karena masih tidak percaya.

"QUEEN!! QUEEN MAU NINGGALIN AKU LAGI!! HUAAAAAAA QUEEN MAAFIN DAMI! HUAAAAAAA DAMI SALAH..hiks..DAMI SALAH QUEEN, TAPI BUKAN DAMI YANG BUNUH..hiks..Dami gak mungkin sanggup bunuh kamu.."

Kedua keluarga itu hanya mampu diam menyaksikan keterpurukan seorang Damian Aelion. Pria pemarah berhati batu yang sudah ditaklukan oleh Queenze Agata.

Yang saat ini sudah pergi karena ulah Damian sendiri. "HUAAAAA QUEENZE!! BAWA AKU JUGA..hiks..BAWA AKU JUGA!!!" Raung Damian histeris dan semakin histeris.

Gerald mendecih, "Bawa jenazah kakak saya Dok, segera di mandikan" Ujar Gerald datar pada Dokter yang sudah menunggu.

Mereka mengangguk. "Demit itu semakin menjadi. Aku bahkan sudah tak melihat roh Wanita itu lagi" Lirih Leo yang melayang di sebelah Niar.

Keduanya menyaksikan keterpurukan Damian dari luar.

"Ya..ini mengerikan.." Bisik Niar dengan nada penuh kekosongan. Kemudian Niar pergi dari depan kamar inap Queenze diikuti Leo di belakangnya.

"Maaf tuan, tapi kami harus memandikan jenazah" Ujar salah satu perawat seraya mendorong kasur Queenze. Damian mendongak cepat dan menggeleng.

"Enggak..hiks...GAK BOLEH!! JANGAN BAWA QUEENNYA DAMI!! HUAAAAAA PAPAAAA QUEENNYA DAMI DIAMBIL..hiks..PAPAAAAAA" Damian mengamuk dan menghalangi para perawat yang hendak membawa tubuh Queenze.

Ziyel menarik Damian dan menahan tubuh anaknya yang masih meronta. Meronta dan berteriak histeris agar tubuh kekasihnya tidak dibawa pergi.

"QUEENZE!! QUEENZE JANGAN TINGGALIN DAMIAN..QUEENZEEEEEEE!!"

Semua orang seakan tutup telinga, mereka menulikan pendengaran mereka pada teriakan Damian. Mau dibuat apalagi, Queenze sudah pergi dan tak mungkin kembali lagi.


























































"Pak..."

"Pak Damian?"

"Pak Dami!!"

"DAMIAN!!"

Damian membuka matanya, suara yang meneriakannya barusan sangat mengagetkannya. Dengan peluh yang membasahi wajah dan tubuhnya, serta air mata yang mengalir deras.

"Dami, kamu kenapa sayang?" Damian mendongak dan menatap lekat Queenze yang berdiri di sebrangnya. Memakai kemeja putih gading dipadu dengan rok spannya.

"Queen?"

Queenze menatap bingung Damian "Kamu kenapa? Sakit? Aku bangunin juga dari tadi kok gak bangun" Gerutu Queenze heran. Damian semakin bingung, bukannya Queenze tadi mati ya?.

"Kamu...kok masih hidup?" Tanya Damian polos seraya menyeka air mata di wajahnya. Dia berusaha menenangkan debaran jantungnya yang amat cepat karena mimpi buruk itu.

Queenze merengut "Kamu doain aku mati ya?" Tanya Queenze datar. Damian langsung menggeleng panik dan berjalan mendekati Queenze.

Dia menerjang gadisnya dengan pelukan erat, menghirup rakus aroma vanilla yang menguar di tubuh gadisnya.

"Syukurlah..itu cuma mimpi..aku takut kalau kamu beneran ninggalin aku.." Lirih Damian.

Queenze menghela napas pendek, dan menepuk lembut punggung Damian

"Aku gak kemana-mana, tenanglah itu cuma mimpi." Bisik Queenze. Damian mengangguk pelan dan mendusel di ceruk leher Queenze.

"Aku takut.." Cicit Damian, dia takut. Takut jika mimpi yang dia mimpikan tadi akan jadi kenyataan mengerikan.

"Oh iya, aku mau rekomendasikan 1 karyawan buat dijadiin Asisten aku"

Damian terhenyak, di dalam mimpi panjangnya tadi, ini pernah Queenze katakan padanya. Bahwa dia akan merekomendasikan 1 karyawan yang bernama.

"Namanya Jerome"

Jerome...awal kehancuran terjadi itu berawal dari kedatangan Jerome. Queenze yang jatuh dari tangga, Damian yang masuk rumah sakit karena kopi dan radang tenggorokan.

Queenze kecelakaan, koma, sadar. Lalu Queenze yang mati karena Damian membunuhnya, ini semua berawal dari ucapan Jerome yang meminta Damian untuk menjauh dari Queenze.

Jika memang benar mimpinya akan menjadi nyata, maka Damian akan menghentikan dan merubahnya. Karena jika mimpi panjang dan dapat diingat, maka itu bukan sekedar mimpi.

Itu adalah sebuah pesan "Enggak Queen, aku gak setuju dengan apapun yang menyangkut Jerome. Dan kamu akan pindah ke ruanganku, tidak ada bantahan karena sekarang aku berbicara sebagai Ceo disini" Ujar Damian tenang dan penuh wibawa.

Dia melepas pelukannya dan mengelus pipi Queenze "Aku harap kamu menghargai keputusan aku ini." Ujarnya lembut.

Queenze terpaku, sedetik kemudian dia mengangguk dan mengecup singkat bibir Damian.

"Oke bos. Sudah mau jam makan siang. Ayo kita keluar dan makan" Damian tersenyum lembut dan mengangguk.

Menggenggam lembut tangan Queenze dan menariknya "Ayo, kemana pun kamu pergi. Aku bakalan mengikutimu" Ucapnya lembut.

Queenze malu, Damian jarang bersikap gentle seperti ini. Sepertinya mimpi yang Damian alami tadi membawa perubahan baik pada dirinya.






















Tbc..

Yosh, Ryn ini adalah Author yang suka nge prank😎. Bukannya banyak yang uda jadi korbannya, dan korban terbanyak jatuh pada book My Ceo😂.

Btw semua itu cuma mimpi Damian, iya cuma mimpi. Mimpi yang bermula dari masuknya Jerome ke ruangan Damian chapter Q-5 atau D-5 kalau gak salah ya, Jadi gabakal ada yang koid, untuk sekarang.

Mawkish Damian [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang