Damcilnya bobok dulu ya, kita ketemu sama Ian yuk😌. Kenalan sama Dami sebelum ketemu Queenze~.
Author Pov.
Queenze duduk termenung di sebelah ranjang Damian, kecelakaan yang mereka alami cukup parah. Tapi untungnya tidak ada yang tewas di dalamnya.
Hanya saja luka Damian cukup serius karena dia melindungi Queenze dari benturan. Kepalanya mengeluarkan banyak darah dan harus mendapat 15 jahitan.
Queenze menggenggam erat tangan Damian, informasi yang Dokter katakan tentang Damian membuat Queenze sedikit terpuruk. "Dami..bangun sayang.." Bisik Queenze.
Dia tak berharap ini terjadi, Queenze sudah meminta pada Gerald untuk mencari tau siapa pelaku yang sudah merusak rem mobil Damian. Queenze masih ingat permintaan Damian padanya.
"Queen jangan tinggalin Dami"
"Yang ada, kamu yang ninggalin aku Dami.." Lirih Queenze. Sesak tiba-tiba mendera Queenze, dia segera mengatur pernapasannya agar tidak memperparah sesaknya.
Bahunya bergetar, dia tak yakin bisa berada di samping Damian terus. Queenze tak yakin.
Lama dengan kesunyian yang ada, pergerakan jari Damian menyentak Queenze. Dia menarik napas dalam dan menekan tombol diatas ranjang.
Menunggu hal yang tak ingin diterima Queenze. Dia melepas genggamannya dan berdiri, sedetik kemudian kedua kelopak mata Damian terbuka. Menunjukan 2 manik hitam kecoklatan yang sayu.
Mengerjab berulang kali, sesekali meringis saat nyeri mendera kepalanya "Anda sudah sadar, Pak Damian" Ujar Queenze formal.
Damian menoleh sedikit, tatapan matanya dingin dan asing. Queenze menahan nyeri di hatinya, mata yang biasa terlihat lembut, manja dan menatap penuh cinta pada Queenze kini hilang.
"Dimana aku?" Bisik Damian bertanya dengan suaradatar seraknya. Queenze mengangguk sekali, bersikap layaknya Sekretaris "Anda ada di rumah sakit Pak. Lebih baik anda istirahat, Dokter sudah datang" Ujar Queenze kemudian berbalik.
Menunduk dan berusaha menahan air mata agar tidak turun. Damiannya..tak akan ingat, bahwa Queenze adalah kekasihnya.
Queenze berjalan menuju sofa dan duduk, membuka laptop yang diambilnya dari kantor dan mengerjakan pekerjaan Damian.
Sedangkan Dokter tengah memeriksa keadaan Damian sekarang.
"Sebaiknya anda beristirahat Tuan Damian, kondisi anda belum terlalu pulih" Ujar Dokter Tedi. Dokter muda berusia 25 tahun yang memiliki visual mematikan.
Anak dari Dokter Theo yang menjabat sebagai kepala Rumah Sakit disini.
Damian hanya mengangguk, dia merasa asing dengan wanita yang duduk di sofa sana. Matanya sembab tapi dia berusaha bersikap biasa saja.
Setelah Dokter Tedi keluar, Damian dan Queenze tak ada terlibat pembicaraan. Damian hanya duduk dan memandang lekat Queenze, jantungnya berdegup cepat tanpa tau alasannya.
Queenze yang merasa diperhatikan mendongak.
"Anda ingin sesuatu Pak?" Tanya Queenze tenang. Tatapan matanya teduh dan menenangkan, membuat kinerja jantung Damian semakin cepat.
Damian menggeleng pelan, dia menyenderkan tubuhnya di kepala ranjang. Bersidekap dada "Coba kau kemari, ada yang ingin kutanyakan" Perintah Damian dingin.
Queenze mengangguk dan berdiri, berjalan perlahan menuju ranjang Damian.
Setelahnya berdiri tenang di sebelah ranjang Damian "Apa itu Pak?" Tanya Queenze lagi.
Damian menatap intens Queenze.
"Aku ingat siapa aku dan siapa keluargaku, hanya saja aku tidak ingat siapa kau." Ketus Damian disertai tatapan sinisnya.
Sudah dia tebak ini akan terjadi setelah Damian sadar.
"Saya adalah Sekretaris anda Pak, nama saya Queenze Agata" Queenze memperkenalkan dirinya kembali.
Senyum hangat diberikannya, Damian terpaku sejenak melihat senyum asing namun familiar itu.
Tapi kemudian tatapan penuh intimidasi dan arogan terbentuk.
"Heum, lakukan tugasmu dengan baik. Dan jangan coba-coba mendekatiku" Perkataan dingin penuh perintah itu menusuk hati Queenze.
Dia menunduk dan senyum getirnya terbentuk.
"Saya akan melakukan tugas semampu saya, dan saya tak akan melewati batas antara Bos dan bawahan Pak" Ucap Queenze pelan dan sedikit bergetar.
Damian mengangguk puas, walau secuil perasaan sesak dan menyakitkan menyergap dada Damian.
Tapi dia menepisnya karena Damian tak pernah percaya dengan Cinta dari orang asing.
Baginya, cinta dari Papa dan Mamanya sudah cukup "Ingatlah posisimu Nona Agata" Ujar Damian datar kemudian merebahkan tubuhnya ke kasur.
Kepalanya terlalu pusing untuk dibawa berfikir keras. Nama Queenze Agata terus tergiang di kepalanya, Damian tak tau, hanya saja nama itu seakan selalu tersemat dikepalanya.
"Dan jangan pernah panggil aku Dami, kau bukan siapa-siapa bagiku dan kau hanya orang asing. Panggil aku Ian"
Peringatan itu, kembali menghantam Queenze pada kenyataan pahit dan kehidupan baru yang menyakitkan.
Tak masalah, karena Queenzs juga akan pergi dari hidup Damian.
Pergi, jauh dan menjauh. Sampai akhirnya hilang dari hidup seorang Damian Aelion yang baru.
Aku berjanji tak akan meninggalkan Dami, tapi kalau Ian. Aku tak pernah membuat janji pada seorang Ian, jika Dami ku tak lagi ada disana. Maka untuk apa lagi aku bertahan, dia bahkan menganggapku orang asing.
Maaf Dami, nampaknya Queenze tak bisa berada disamping Ian dalam waktu lama.
Tbc..
Syalalala

KAMU SEDANG MEMBACA
Mawkish Damian [End]
RomanceCool in Publick, cengeng in Private. Ceo galak nan jahat bisa berubah jadi cengeng nan Manja kalau bersama pawangnya, siapa lagi kalau bukan Damian. Dami si bayi gede nya Queenze. Don't do the copyright! Walaupun ada tulisan Right yang artinya benar...