Gedek, pengen cekek Damian sumpah.
Author pov.
Damian duduk dengan tenang di samping ranjang Queenze, tangannya masih asik mengelus rambut sang istri yang lembab "Kamu tau Queen, sekedar membunuh orang bukan masalah bagiku" Ucap Damian santai.
Sudah banyak yang dibunuhnya, 2 diantaranya selamat. Sedangkan yang lain tidak "Teman kamu juga, laki-laki yang dulu bicara sama kamu juga. Siapa lagi coba yang tak bisa aku bunuh demi kamu" Ucap Damian lagi.
Dia berdiri, dan merapikan pakaiannya sebentar. Dia ada meeting dengan perusahaan besar saat ini, Damian membungkuk dan mencium dahi Queenze.
"Aku pergi kerja dulu, kamu jangan histeris nanti ya. Ada aku kok" Bisiknya diselingi senyum miring yang mengerikan. Setelahnya dia berjalan menjauh dan keluar.
Setelah suara pintu tertutup terdengar, Queenze membuka matanya dan memandang kosong langit-langit kamar. "Dami...kamu gak pernah sembuh sayang, mental kamu terganggu" Bisik Queenze.
Dia bangun dan berusaha turun, bertepatan dan pintu yang kembali terbuka dan menampilkan sosok Niar dengan bayi Edgar di gendongannya.
"Nyonya...ini bayi anda" Lirih Niar getir seraya mendekat. Sebelum melahirkan Queenze sudah menebak hal ini akan terjadi.
Pasalnya tingkah Damian sangat aneh disepanjang kehamilan Queenze, tatapan matanya sering berubah-ubah dan pastinya dia sedang merencanakan sesuatu.
"Terima kasih Niar, kamu boleh pergi. Siapkan kursi roda dan taksi, saya akan pergi dari sini sebelum dia kembali" Perintah Queenze dingin.
Queenze menggendong Edgar dan menatapnya hangat "Kita harus menjauh dari Daddy dulu nak, atau kamu bakalan mati" Lirih Queenze dengan air mata yang jatuh menetes ke pipi Edgar.
Membuat bayi itu terbangun dan sedikit merengek, Queenze tertawa pelan "Rengekan kamu, mirip sama Daddy..hiks..maafin Mommy yang belum sanggup ngelindungi kamu..hiks..kali ini kita pergi ya" Lirih Queenze.
Benar, dia akan menjauhkan Edgar dan Riel dari Damian, demi kemanan kedua buah hatinya. Walau Queenze harus berpisah dari Damian, tak masalah asal kedua anaknya tak terluka di tangan Daddynya sendiri.
.
.
.
.
Malatahari sudah menyongsong turun, bulan menggantikan cerahnya matahari dengan sejuknya bulan. Walau begitu, tak akan menjamin apa yang akan terjadi pada Pria bernama Damian ini.Dia baru saja sampai ke kamar inap Queenze, tapi yang terlihat adalah ruang kosong tanpa penghuni. Damian sudah mencari ke seisi ruangan tapi tetap saja tak ada.
"Permisi, apa pasien bernama Queenze Agata Aelion sudah pulang?" Tanya Damian pada Perawat yang berjaga di tengah.
Perawat itu mengecek nama yang tertera "Maaf pak, tapi yang tertera disini adalah Queenze Agata, tanpa adanya Aelion di belakangnya. Dia sudah keluar dari sini sedari jam 4 sore"
Damian terdiam, ulu hatinya serasa diremas mendengar jika tak ada nama Aelion di belakang nama Queenze. Dan wanita itu pulang tanpa mengabarinya terlebih dahulu.
"Terima kasih" Ucap Damian dingin kemudian berlari keluar dari rumah sakit. Dia langsung masuk ke mobilnya dan mengendarainya dengan kencang.
Tangannya sibuk memegang ponsel dan berusaha menelepon Queenze, tapi nihil. Tak tersambung sama sekali, nomer Damian sudah diblokirnya.
Brak!
"Queen..kamu ninggalin aku...haha..kamu ninggalin aku demi anak kamu, iya. Oke, aku bakal tarik kamu kembali" Bisik Damian datar dan dingin.
Cengkramannya pada stir menguat, dia sebisa mungkin menahan emosi yang sudah lama tak keluar. Dia selalu berusaha menahan emosinya, berusaha tak selalu marah. Tapi sekarang emosinya bercampur aduk.
Sedih, kecewa, marah, dan segalanya tercampur. Damian tak tau harus menangis atau berteriak marah saat ini.
Sesampainya dia di rumah, dia langsung masuk dan membanting pintu rumah. "QUEENZE!! QUEENZE DIMANA KAMU!! QUEENZEEEEEE" Teriak Damian menggema.
Dia naik ke lantai 2 dan memeriksa kamar mereka.
Brak!
Napas Damian menggebu, suasana kamar berantakan. Lemari pakaian kosong, koper diatas lemari tak ada. Ponsel Queenze ditinggalkan di meja, tubuh Damian bergetar.
Giginya bergemelatuk, matanya berkaca-kaca dan sedetiknya turun air dari sana "Kamu..lebih milih mereka daripada aku..hiks..Queen kamu ingkar janji lagi.." Lirih Damian.
Brugh!
Damian jatuh berlutut, dia meremat kuat kain di bagian dadanya dan meringkuk "Hiks..Queen jangan tinggalin Dami...hiks..Queen..Dami mohon..hiks..Dami janji gak akan nakal..Dami gak akan jahat sama Ed dan Riel..hiks..HUAAAAAAA QUEENZE MAAF!!"
Damian menangis sangat histeris, kekosongan mengisi sekelilingnya, tak ada tawa lembut istrinya, tak ada tawa mengejek dari anaknya. Tak ada...Damian sendirian disini.
"Hiks..Maafin Daddy..hiks..maaf Daddy jahat sama kalian..hiks..maaf..huhuuu maaf.."
Damian terus menangis di kesendiriannya.
Mampus, seneng banget aku hoho.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mawkish Damian [End]
RomanceCool in Publick, cengeng in Private. Ceo galak nan jahat bisa berubah jadi cengeng nan Manja kalau bersama pawangnya, siapa lagi kalau bukan Damian. Dami si bayi gede nya Queenze. Don't do the copyright! Walaupun ada tulisan Right yang artinya benar...