22 - Orang yang sama

24.1K 2.1K 381
                                    

"Jangan terlalu percaya dengan sikap baik seseorang. Dan bukan berarti kita suudzon dengannya. Hanya saja, kita harus waspada, karena kita tidak akan tau bagaimana kedepannya."

Selamat Baca^^

...

Semua arah pandang kini menatap Syeira yang begitu tenang. Seperti tidak ada rasa khawatir dan ketakutan di raut wajahnya. Sedangkan mereka kini, khawatir apa yang akan terjadi padanya.

"Syei ka-"

"Aku gapapa, jangan khawatir," Syeira memotong ucapan Agam. Ia tersenyum pada mereka yang khwatir dengannya.

"Aku baik-baik aja, kan ada kalian."

Semua tersenyum mendengar penuturan Syeira. Mereka jamin, tidak ada yang bisa nyakiti sosok malaikat seperti Syeira.

"Cctv," ucap Dafa singkat.

"Ah iya! biar gue salin ke laptop hasil rekamannya," ucap Agam yang hendak pergi ke ruangan cctv, tapi sudah di dahului terlebih dahulu.

"Gue aja," celetuk Aksa.

"Ck! Adek sama Abang sama aja!" dengus Jefra saat mendengar gaya bicara Aksa.

"Emang ada yang saudaraan disini, kak Jef?" tanya Syeira.

"Ada."

"Siapa?"

Jefra menunjuk sosok laki-laki yang sibuk sama ponselnya. "Batu itu!"

Puk!

"Dafa!" kesal Lery. Bagaimana tidak kesal, yang meledeknya Jefra, yang kena dirinya. Gaada akhlak memang.

"Gue.. Sengaja."

"Jefra yang ngeledek! bukan gue!" Belanya bersungut-sungut.

Puk!

"Jef.. Sengaja!"

"Dafa sialan!"

Semua terkikik melihat wajah kesal Jefra dan Lery. Raygon pikir, mereka akan canggung, ternyata tidak, Valderos memang se asik ini.

Aksa datang dengan tangan membawa laptop. Ia duduk bersimpuh di tengah-tengah, agar semua kebagian untuk melihatnya. Ia mulai memutar rekamannya.

Ada sosok perempuan yang memakai tudung di kepalanya, dan juga wajahnya sudah di tutupi dengan masker. Jadi, tidak begitu terlihat siapa yang melemparnya.

"Ga keliatan," eluh Jasir.

"Namanya juga pake masker, Sir," sahut Lery.

"Ini, tua apa masih muda?" tanya Adit.

"Dari postur tubuhnya benar-benar susah di tebak. Dibilang tua, engga juga. Dibilang muda, engga juga," tutur Jefra.

"Sebenernya ada masalah apa gam?" bisik Gino pada Agam.

"Nanti gue ceritain."

Drrtt.. Drrtt..

Ponsel Syeira berdering.

"Papah?" gumamnya kecil. Tak lama ia terkejut, jam sudah menunjukkan jam 7 malem. Ia akan kembali lagi ke gudang, Sepertinya.

"Gam, Syei harus pulang. Papah udah nelponin, Syei," ucapnya pada Agam.

"Yaudah ayok!"

Seperti biasa, Syeira di antar oleh kelima pangeran Valderosnya. Tapi, kali ini Gino ikut, ia ingin tau dimana rumahnya Syeira. Agar, jika ada sesuatu, ia bisa langsung datang tanpa menanyakan alamat terlebih dahulu.

SYEIRA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang