32 - Putus?

28.2K 2.1K 125
                                    

"Aku berusaha untuk bertahan. Tapi, saat melihat sosok pahlawan yang kita banggakan mengabaikan kita. Rasanya aku ingin menghilang saja."

Selamat Baca^^

...

Kini Syeira berada di kamarnya dengan sosok wanita yang baru saja tiba di rumahnya. Air mata Syeira masih membekas di pipi nya, rasa sakit di kepalanya pun tak kunjung hilang. Ia menatap Wanita yang sedang mengobatinya dengan senyum mengembang.

"Masih sakit sayang?" tanyanya pada Syeira.

"Udah mendingan aunty," jawab Syeira tersenyum. Yap, Mauren lah yang datang ke rumahnya.

"Maaf aunty terlambat datangnya," ujarnya menangis.

Syeira merasakan sesak saat Mauren menangis di depannya. Tangannya mengusap lembut air mata di pipi Mauren yang berjatuhan.

"Aunty datang aja Syei udah bahagia kok," ucap Syeira tersenyum.

"Biar nanti mereka, aunty aduin ke Mas Andara!" geramnya mengingat bagaiman perlakuan Dartika dan Nara ke Ponakannya.

Syeira menggeleng membuat Mauren menghela nafas kasar. Kenapa Ponakannya yang satu ini baik sekali. Tangannya membuka lebar, pertanda ia ingin di peluk oleh keponakan tersayangnya. Dengan senang hati Syeira berhamburan ke dalam pelukan Auntynya.

"Aunty gak pergi lagi kan?" tanya Syeira lirih.

"Engga, ada yang harus aunty selesaikan di sini," ucapnya menatap kosong kedepan.

Syeira melepaskan pelukannya, menatap bingung Mauren. "Maksud aunty?"

"Tidak ada, yuk makan! Aunty masakin buat kamu," ajaknya bangkit menarik lembut tangan Syeira.

"Ayok! Syei kangen masakan aunty!"

Mereka berdua turun ke bawah dengan senyum mengembang, tak lama senyum itu luntur saat melihat Andara, Dartika, dan Nara di meja makan sedang bercanda gurau.

Mauren menoleh ke arah Syeira, yang ia lihat kini adalah raut sedih ponakannya. Ini tidak bisa di biarkan, ia harus melakukan sesuatu agar ponakannya tidak sedih.

"Kenapa saya dan Syeira tidak di ajak ikut makan malam?" tanya Mauren menuruni tangga dengan tangan menarik lembut Syeira.

Semua arah mata menatap Mauren, Andara dengan keterkejutannya dan Dartika, Nara dengan wajah kesalnya.

"Sejak kapan kamu pulang dari Bandung, Mauren?" tanya Andara lembut.

"Sejak Syeira jatuh dengan kepala berdarah di belakangnya," sindir Mauren ke kedua ibu dan anak yang sibuk mengalihkan pandangannya.

"Maksud kamu?" tanya Andara bingung.

Mauren terkekeh. "Kenapa Mas tidak menanyakannya pada mereka berdua," tunjuk Mauren ke Dartika dan Nara.

"Apa-apaan kamu Mauren!" geram Dartika menatap tajam Mauren.

"Udah aunty, Syei gapapa," bisikmya menenangkan Mauren.

"Kamu mengatakan apa pada Mauren, Syeira?" tanya Andara dingin.

"Dia tidak mengatakan apa-apa, tapi saya yang melihat nya langsung!" desis Mauren melirik Dartika.

"Dasar bermuka dua!" Mauren beranjak ke arah bangku yang kosong, di sampingnya ada Syeira yang terduduk menunduk.

"Sudah-sudah makan saja yang tenang," ujar Andara tegas.

SYEIRA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang