23 - Dituduh

23.4K 2.1K 210
                                    

"Bagaimana jika kalian di posisiku? merasakan betapa beratnya beban yang aku pikul. Berharap pahlawan yang aku banggakan, akan percaya padaku. Ternyata itu semua hanya sia-sia, kepercayaannya untukku, sudah hilang dari nya."
-Syeira Larissa Anindia.

Selamat Baca^^

...

Nafas Syeira keluar-masuk secara tak beraturan. Ia menetralkan detak jantungnya. Hampir saja dirinya ketauan.

"Kak Nara dan Om Adrian?" gumamnya tak percaya.

"Apa kak Nara tau ke kejian Om Adrian?"

"Tapi, Syei bisa apa? membantu Kak Nara?"

Kini Syeira dilema. Bagaimana caranya memberi tau Nara, bahwa Adrian adalah orang yang begitu kejam. Jika dirinya menghampiri mereka berdua, sama saja ia menyerahkan nyawanya secara percuma.

Tuk!

Tuk!

Suara langkah kaki yang begitu besar terdengar sedang berjalan ke arah kamarnya. Syeira panik, dengan cekatan ia mengunci pintu kamarnya. Ia menatap was-was pintunya, takut jika pintu itu berhasil di buka.

Syeira menatap knop pintu yang sedang di putar-putar. Sepertinya pintu kamarnya sudah terkunci, membuat seseorang yang di balik pintu mendesis pelan.

"Sial! Kenapa pintunya di kunci!"

Bulu kuduk Syeira mendadak berdiri saat mendengar desisan Adrian. Ia menjadi semakin takut untuk bertemu dengan Adrian.

"Sayang sekali! bukan rezeki saya untuk bermain dengan adiknya."

Helaan nafas pelan keluar dari bibir mungil Syeira. Ia sangat bersyukur dirinya bangun tengah malam gini, dan masih sempat untuk menjaga mahkotanya.

"Syei bingung Bunda harus bagaimana."

...

Kini Agam dan lainnya, sedang memainkan ludo! Sebelumnya mereka sudah merencanakan untuk menginap di markas, dan begadang bersama. Tanpa di sangka mereka bermain selama ini.

Mereka membagi 2 kelompok untuk bermain ludo. Untuk kelompok pertama ada Agam, Jasir, Lery, dan Geral. Untuk kelompok kedua ada Adit, Dafa, Jefra, dan Ansel. Sedangkan Reza, sebagai tim hore saja.

"Nah babak terakhir kalah lo!" ucap Lery semangat. Dengan senang hati mereka mencoret wajah Jasir menggunakan lipstick Safiyya. Jangan tanyakan bagaimana mereka mendapatkannya, hanya satu lipstick saja! mereka harus mengeluarkan uang lima ratus ribu rupiah.

"Agam jan macem-macem lo!" desis Jasir saat melihat wajah kesenangan Agam.

Tangan Agam mulai gencar memoles bibir Jasir, sepertinya ia memiliki bakat terpendam. Seperti mempoles orang.

Mereka semua tertawa melihat hasil lukisan masing-masing. Jasir hanya cemberut kesal saja, sedari tadi bermain ia kalah terus dari Lery. Niatnya yang ingin mengalahkan Lery, malah sebaliknya.

Jam sudah menunjukkan pukul 05.00 pagi. Tak terasa sudah pagi saja.

Agam mengambil ponselnya, ia ingin menge-cek bahwa gadisnya sudah bangun apa belum. Ia tersenyum saat melihat gadisnya sedang aktif di Whatsapp. Lebih baik ia videocall gadisnya saja.

SYEIRA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang