"Berjuang memang mudah di ucapkan tapi sulit untuk di lakukan. Maka dari itu, jika kamu masih memiliki kekuatan, berusaha! bertindak! apa yang kamu bisa capai, berjuanglah!"
Selamat Baca^^
...
Syeira terkekeh kecil saat Andara memanggilnya dengan "Putriku.."
"Kenapa Pah? apa Papah merasa bersalah?" tanya Syeira dengan kekehan mirisnya.
"Sopan sedikit sama Papah kamu Syeira!" bentak Dartika.
"Mamah diem aja! Apa yang Mamah tau tentang Syei!" bentaknya pada Dartika.
"Syeira!" suara Andara berubah menjadi dingin.
"Apa? Papah mau pukul Syei? Papah mau nampar Syei? Tangan Papah kan ringan kalau mukul Syei, pukul aja Pah!" ucap Syeira menatap Andara sendu.
"Papah hanya ingin kamu bersikap sopan sama yang lebih tua, Syeira!"
"Kalau Papah ingin Syeira bersikap sopan dan menghargai yang lebih tua, apa Papah bisa memahami dan menghargai Syeira?" telak Syeira membuat Andara bungkam.
Nara menggeram kesal melihat Syeira yang sepertinya sedang mencari perhatian pada Andara. Ia tidak suka kebahagiannya di rebut oleh Gadis lemah di hadapannya kini.
"KENAPA SEMUA DIAM!" teriak Syeira.
"APA KALIAN TAU BAGAIMANA SAKIT YA SYEI ALAMI!?"
"SYEI MATI-MATIAN MENAHAN LAPAR HANYA KARNA PAPAH NGELARANG SYEI BUAT MAKAN CUMAN KARNA MASALAH YANG PAPAH TIDAK TAU! APA PAPAH TAU BAGAIMANA TAKUTNYA SYEIRA SAAT AKAN KEHILANGAN MAHKOTA SYEIRA!"
Deg!
Jantung Andara berdegup kencang, ada rasa sakit di dadanya saat mendengar semua keluh kesah putrinya. Apa, ia terlalu jauh selama ini?
"BAHKAN SAAT ACARA PERKUMPULAN PAPAH DENGAN REKAN PAPAH, PAPAH HANYA MENGAJAK MAMAH DAN KAK NARA! Apa Papah tau, disini," Syei menunjuk dimana letak hatinya. "Ada rasa sakit yang begitu hebat tertanam sejak hari itu."
"Maa-"
"Kapan Syeira bisa bahagia? apa saat menyusul Bunda, Papah akan merasa kehilangan?"
"Bicara apa kamu Syeira!" bentak Andara. Ia tidak menyukai lontaran yang Syeira katakan barusan.
"Harusnya Papah senang dong!" kekehnya mengelap air matanya.
"Percuma Syei hidup, kalau setiap hari di bunuh secara perlahan!" Syeira pergi meninggalkan Andara yang menatapnya kosong. Fikiran Andara melayang pada saat dimana ia berjanji pada mendiang istrinya, untuk menjaga putri semata wayang mereka.
"SYEIRA!"
...
"Bunda! Jemput Syeira Bunda!"
"Syeira mohon! ajak Syeira bersama Bunda!"
Syeira menatap langit-langit di balkon kamarnya. Ia tidak menyukai takdirnya yang seperti ini, kenapa harus dirinya yang merasakan sakit seperti ini.
Matanya menatap miris paha yang terpoles dengan sayatan yang ia buat. Selain pukalan dari keluarganya, ia pun berinisiatif menambah lukanya sendiri, ia menyukainya. Tidak perduli bagaimana lagi bentuk tubuhnya, ia tetap akan melakukannya. Dirinya sudah kecanduan dengan menyakiti dirinya sendiri.
"Bunda, Apa Bunda bisa liat Syei dari atas sana? Bunda ga kasihan liat putri kesayangan Bunda sakit gini?" ucapnya memperlihatkan luka di pahanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SYEIRA [SUDAH TERBIT]
Teen Fiction[SEBAGIAN CHAPTER SUDAH DI HAPUS. JIKA MAU BACA SILAHKAN, KARENA CERITA INI BENAR-BENAR MEMBUAT KALIAN HALU DAN GREGETAN. VERSI NOVEL LEBIH BAGUS LAGI.] "Kapan Syeira bisa bahagia? Apa saat menyusul Bunda, Papah akan merasa kehilangan?" Syeira Laris...