[34]-Obssesion

108 21 3
                                    

Seorang lelaki bertubuh tinggi dengan pakaian rapih berjalan di sepanjang koridor yang mulai sepi, dia bersiul seraya menarik kedua sudut bibir membentuk senyumam bahagia sembari menyembunyikan sebuket bunga tulip berwarna merah di belakang punggungnya.

Dia tak dapat menyembunyikan rasa bahagia ketika membayangkan betapa cantiknya wajah gadis yang selalu terbayang di benaknya. Pertemuan tak terduga berawal dari terjebak dalam hujan musim panas di halte bus dari situ dia tak dapat melupakan senyum manis yang di tunjukkan bahkan surai hitamnya semua yang ada pada gadis itu.

Jatuh cinta pada pandangan pertama memang benar adanya, mereka sudah mencapai masa pendekatan selama satu semester lebih berada di kampus yang sama meskipun berbeda tingkatan. Dia merasakan hal berbeda ketika berada di dekat gadis itu rasanya tak dapat di ungkapkan dengan kata-kata. Ialah gadis yang telah mencuri hatinya tanpa permisi, dia bahkan memikirkan masa depan dengan pujaan hatinya kelak. Bahkan sampai semua fantasi ini mengalihkan Hyunsik dari kehidupan sehari-hari.

Dari arah berlawanan, seorang gadis berambut pendek melambaikan tangan sembari berlari kearahnya ditemani buku berukuran tebal dalam pelukannya.

"Heh Lee Hyunsik, mengapa kau tersenyum sendiri seperti orang gila begitu hah?" Lelaki itu, Hyunsik meringis pelan ketika gadis itu memukul kepalanya dengan salah satu buku di tangan dia.

"Appo, dasar Kim Minji bodoh!" Gadis yang bernama Minji itu tersenyum sembari berjinjit mengintip sebuah benda di belakang Hyunsik.

"Apa itu? Wah, kau ingin menyatakan perasaan?" goda Minji, Hyunsik hanya menggaruk tengkuknya yang tak gatal sama sekali.

Pria itu memilih kembali melangkahkan tungkai menuju tempat tujuan daripada membuang waktu sebelum semua murid pulang. Tak tinggal diam Minji mengekorinya, dia masih ingin tahu siapa orang yang menjadi pujaan hati sahabat karibnya sejak sekolah pertama itu.

"Siapa orang nya eoh?" Hyunsik tak menjawab, dia segera mengeluarkan permen dari saku celananya lalu memberikan pada Minji supaya gadis itu tak berikicau seperti burung.

Minji menerima peremen itu lalu memakannya. Namun rasanya dia masih penasaran meskipun Hyunsik sudah menyogoknya. "Rahasia."

Minji menghentakkan kakinya kesal, dia berjongkok memperbaiki tali sepatunya yang terlepas karena kesusahan dia pun meminta bantuan pada Hyunsik untuk memegang bukunya sebentar. "Tolong bantu aku."

Tak ada sahutan, Minji pun mendongkak menatap Hyunsik yang mematung di radius sekitar satu meter di depannya. Dengan terpaksa dia pun menyimpan bukunya di atas lantai.

Setelah selesai dia kembali menghampiri Hyunsik, lelaki itu masih dengan posisi yang sama. "Hey, kau ingin menjadi mannequin?" Hyunsik terdiam seribu bahasa, Minji pun mengikuti arah pandang Hyunsik.

Harapan Hyunsik hancur sesaat dalam hitungan detik, rencana melamar gadis yang sangat ia cintai hilang begitu saja ketika melihat dua insan yang sedang berpelukan didepannya di barengi dengan suara tepuk tangan dari beberapa penonton yang berkerumun.

Lelaki itu meremas buket bunga dalam genggamannya dengan sekuat tenaga, hatinya terasa dicabik berkali-kali. Bahkan dia tak sanggup melihat gadisnya sudah menjadi milik orang lain, rencana yang selama ini ia buat terbuang sia-sia telah hancur menjadi bertjuta kepingan.


"Selamat Hain-ah, Jinwoo-ah semoga kalian berbahagia."

"Jangan lupa undang aku."

"Hari ini traktir aku."



Trap In The WagerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang