Kartu Undangan

140 4 0
                                    

Keesokan harinya

Sahil dan Kavita datang ke rumah keluarga Maheswari. Sahil lalu membunyikan bel dan Sanskar yang membukakan pintu.

"Hai kalian, Ayo masuk," kata  Sanskar.

Mereka pun masuk dan duduk  di ruang tamu.

"Tolong buatkan teh untuk mereka," kata Sanskar pada pelayan.

"Baik Tuan," kata pelayan lalu pergi.

"Kaua tidak perlu repot-repot Sanskar," kata Sahil.

"Enggak repot kok. Kan cuma buatin minum," kata Sanskar.

"Oh ada tamu ya," kata Swara yang baru datang dan duduk disamping Sanskar.

"Sebenarnya apa yang membuat kalian kesini," kata Sanskar.

"Kami ingin mengundang kalian ke pernikahan kami," kata Sahil memberikan kartu undangan.

"Wah, ini kabar bagus. Aku sejujurnya enggak menyangka kalau kalian akan menikah," kata Swara.

"Itu semua berkat kalian berdua," kata Kavita.

"Maksud kalian," kata Swara bingung.

"Kami boleh jujurkan, tapi kalian jangan marah ya," kata Sahil.

"Kami enggak akan marah kok," kata Swara.

"Ayo cepat ceritakan," kata Sanskar.

"Sebenarnya dulu kami ingin memisahkan kalian berdua...," kata Sahil terpotong.

"Berani-beraninya kau melakukan itu," kata Sanskar marah.

"Sanskar kau jangan emosi dan marah. Kita dengarkan dulu cerita mereka," kata Swara meredakan kemarahan Sanskar.

"Baiklah, sekarang lanjutkan," kata Sanskar.

"Kami berdua sudah melakukan berbagai cara untuk memisahkan kalian. Tapi cinta kalian begitu kuat sampai kami selalu gagal. Sampai akhirnya aku menyadari itu semua salah karena Kavita ingin memulai hubungan denganku. Lama-kelamaan kami mulai saling mencintai. Dan 5 hari lagi kami akan menikah. Jadi kalian memaafkan kami kan," jelas Sahil.

"Kalian tidak marah kan," kata Kavita.

"Aku enggak marah kok, lagi pula itu kan sudah berlalu dan kami memaafkan kesalahan kalian itu," kata Swara.

"Setelah aku mendengarkan penjelasan Sahil. Aku juga memaafkan kalian," kata Sanskar.

"Berarti kalian merestui hubungan kami," kata Sahil.

"Hei bodoh, minta restu itu sama orang tua kalian bukan sama kita," kata Sanskar kesal.

"Tapi kan kalian adalah orang yang membuat kami seperti sekarang. Makanya kami minta restu sama kalian," kata Sahil.

"Kalau kayak gitu kami merestui hubungan kalian. Lagi pula kan kalian adalah sahabat kami," kata Swara.

"Aku juga merestui hubungan kalian dan maaf soal tadi karena aku bilang kamu bodoh," kata Sanskar.

"Iya, enggak papa kok," kata Sahil.

"Tuan Nyonya ini tehnya," kata pelayan menaruh tiga cangkir teh.

"Hei kenapa cuma tiga," kata Sanskar.

"Udah enggak papa. Sekarang kau boleh pergi," kata Swara.

Pelayan pun pergi dari sana. Sanskar lalu mempersilahkan Sahil dan Kavita untuk meminum teh. Sahil dan Kavita lalu meminum teh.

"Teh nya buat kamu aja deh Swara," kata Sanskar.

"Buat kamu aja Sanskar," kata Swara.

"Buat kamu," kata Sanskar.

"Buat kamu," kata Swara.

Sedangkan Sahil dan Kavita hanya tertawa melihat kekonyolan mereka karena bertengkar hanya karena secangkir teh.

"Kalian lanjutkan bertengkar, kami akan pergi dulu," kata Sahil.

Sahil dan Kavita lalu pergi dari sana. Sanskar dan Swara pun menyadari kalau Sahil dan Kavita sudah pergi.

"Hei dimana mereka berdua," kata Sanskar.

"Udah pergi pastinya," kata Swara.

"Mereka kan udah pergi jadi sekarang kau minum tehnya setelah itu aku," kata Sanskar.

"Baiklah," kata Swara.

Swara meminum teh dan setelah itu Sanskar juga meminum teh. Saat Swara akan meminum teh lagi, cangkirnya sudah kosong.

"Kenapa kau habiskan tehnya. Aku kan tadi hanya meminum sedikit," kata Swara.

"Kamu tadi enggak bilang aku kalau jangan dihabisin," kata Sanskar.

"Yaudah enggak papa deh," kata Swara.

"Yaudah nanti aku buatin teh spesial buatan aku sendiri," kata Sanskar.

"Aku maunya sekarang," kata Swara.

"Baiklah istriku tercinta," kata Sanskar.

Aku Mencintai Bosku SWASAN [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang