.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Yujin mengusap mulutnya yang terasa panas, dia merasa sedikit bodoh, karena bertindak begitu impulsif di kantor, dimana banyak orang bisa menyebarkan gosip.
Yujin menarik napas dalam-dalam dan berusaha menghilangkan getaran di tubuhnya. Ciuman tadi terasa begitu nikmat, sudah lama sekali Yujin tidak merasakan ciuman yang begitu membakar gairahnya sampai ke tulang sunsum.
Hanya sebuah ciuman dan dia terbakar, Yujin mengernyit, tidak begitu menyukai kenyataan itu. Selama ini dia dikenal sebagai kekasih yang sangat ahli diranjang, selalu mampu mengendalikan pasangannya dan tidak pernah lepas kendali.
Dan sekarang, dia lepas kendali, semudah itu.
Masih mengernyit Yujin menghempaskan tubuhnya ke kursi.
Tapi jika gadis itu seperti yang kupikirkan, kenapa dia semarah itu? Seharusnya gadis itu bahagia bukan kepalang atas tawaran yang dia berikan.
Apakah dia salah? Dan apakah dia telah menyinggung gadis itu,
Tidak! Dengan cepat Yujin menyingkirkan keragu-raguannya.
Semua gadis sama saja, Yujin tidak pernah salah, Beri gadis-gadis itu kemewahan dan dia akan takluk padamu.
Mungkin tawarannya masih kurang bagi Minju, Yujin mungkin harus menambahkan akomodasi penuh jalan-jalan keliling eropa misalnya.
Atau mungkin, Minju hanya mencoba jual mahal. Wajah Yujin menggelap mengingat kata hinaan Minju barusan, Menjijikkan katanya??
"Lihat saja Minju, setelah kau menyadari betapa banyaknya yang bisa kuberi padamu, kau akan datang merangkak padaku dan aku yang akan mempermalukanmu", sumpah Yujin dalam hati.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Suasana hati Minju benar-benar buruk hari itu. Kemarahan, rasa terhina, kebencian bahkan kesedihan karena dia begitu tidak berdaya campur aduk dalam hatinya.
Minju merasa tubuhnya begitu kotor akibat pelecehan yang dilakukan Mr. Yujin tadi siang, dan dia masih menahan tangis ketika memasuki ruang perawatan intensif di Rumah Sakit itu, yang sudah sangat familiar dengannya.
Apapun yang ada dipikirannya tadi langsung buyar begitu melihat Suster Eunbi menyongsongnya dengan wajah pucat pasi.
"Kemana saja kau nak?!, aku mencoba menghubungimu sejak dua jam tadi, tapi
kau tak bisa dihubungi!"Wajah Minju langsung berubah seputih kapas, secepat kilat dia berlari menelusuri lorong menuju kamar tempat Chaewon dirawat. Suster Eunbi tergopoh-gopoh berlari mengikuti di belakangnya.
Minju terpaku di depan ruangan Chaewon dengan napas terengah-engah, dokter dan perawat masih ada di ruangan itu, sedang berusaha menstabilkan kondisi Chaewon.
Suster Eunbi tiba dibelakang Minju dan menyentuh pundaknya lembut, mencoba menenangkannya.
"Dia sudah tidak apa-apa Minju, kondisinya sudah stabil. Tadi dia mengalami serangan lagi tapi dokter sudah menanganinya dengan cepat, kenapa kau tadi tidak bisa dihubungi? Aku mencoba menghubungimu saat Chaewon dalam kondisi paling kritis, saat itu kau pasti ingin bersamanya",
Air mata mengalir di pipi Minju. Tadi baterainya habis dan karena sibuk dengan pikirannya, dia tak sempat mengisinya. Astaga, betapa bodohnya dia.
Chaewon kelihatan stabil dan baik-baik saja dan Minju mulai lengah, melupakan bahwa serangan bisa terjadi setiap saat. Ya Tuhan, seandainya tadi Chaewon....
Minju memejamkan mata rapat-rapat, air matanya mengalir semakin deras, dia tak berani membayangkan semua itu.
Suster Eunbi memeluknya dengan penuh keibuan sementara Minju menumpahkan air matanya. Ketika dokter datang, tatapan hati-hatinya malah membuat hati Minju makin cemas.

KAMU SEDANG MEMBACA
Romantic Story About Jinjoo
FanfictionFF INI REMAKE DARI NOVEL SANTHY AGATHA! Yang udah baca ya gapapa asal jangan report😉 Yang mau baca ya baca aja :v Saya greget soalnya versi kapal lain udah banyak :v tapi jinjoo belum ada :v 🔞🔞🔞