22

1.7K 149 50
                                        

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Yujin menatap Minju sedih.

"Minju.... Aku...."

Yujin mengulurkan tangan hendak meraih Minju, tapi lalu tertegun ketika Minju mundur seperti ketakutan.

Kesadaran itu menghancurkan Yujin, kesadaran bahwa Minju takut dengan sentuhannya, mungkin akibat kekasarannya semalam.

Yujin mengusap rambutnya dengan kasar.

"Aku..... Mungkin semua sudah terlambat. Tapi aku harus mengatakannya..... Aku mencintaimu Minju, mungkin kau bertanya-tanya kenapa. Tapi aku juga tidak bisa menjawabnya. Aku juga baru menyadarinya. Itu terjadi begitu saja,"

Yujin menatap Minju yang hanya termangu dengan wajah pucat pasi.

"Tapi sekarang itu tak penting lagi bukan? Kesalahanku tidak bisa di maafkan semudah itu. Dosaku terlalu besar."

Dengan ragu Yujin melangkah ke arah pintu, terdiam sejenak.

"Semua hutangmu anggap saja sudah lunas. Aku tidak akan menuntut apapun darimu, aku akan menjauh darimu dan kau tidak perlu takut harus menghadapiku lagi. Kau bebas sebebas-bebasnya. Dan kalau kau masih mau bekerja di perusahaanku. Aku akan sangat senang....Tapi aku tidak akan memaksa. Aku sudah terlalu sering memaksakan kehendakku padamu. Sekarang tidak akan lagi,"

Punggung Yujin tampak tegang.

"Selamat tinggal Minju." gumamnya pelan sebelum membuka handle pintu.

Minju termangu menatap punggung yang begitu tegang itu. Pernyataan cinta Yujin begitu mengejutkannya hingga dia tidak bisa mengatakan apa-apa.

Memang Yujin telah menyakitinya, tapi ada saat saat dimana Yujin berhasil membuat hatinya terasa hangat.

Dan kalau dipikir-pikir, selama kebersamaan mereka itu. Tidak pernah sekalipun Yujin menyakitinya dengan sengaja, kecuali saat kemarahan menguasainya kemarin.

Sekarang ketika Minju menatap punggung Yujin, yang tampak begitu tegang sekaligus rapuh. Sebuah perasaan hangat menyeruak ke dalam hatinya, sebuah perasaan yang bertumbuh pelan tanpa dia sadari.

"Yujin," Minju bergumam pelan.

Tapi cukup untuk membuat Yujin membatu di tempat. Tetapi lelaki itu tidak menoleh, hanya berdiri di sana.

Membeku seperti patung.

"Yujin." kali ini Minju mengulang lagi, lebih lembut sehingga Yujin menoleh menatap Minju.

Entah karena mata Minju yang menatapnya penuh kelembutan, entah karena Yujin pada akhirnya sudah tidak bisa menahan perasaannya lagi.

Minju tidak tahu, yang pasti ekspresi Yujin berubah seketika.

Dia membalikkan tubuh.

Menatap Minju ragu-ragu.

Dan ketika dilihatnya Minju membuka lengan menyambutnya, Yujin mengerang. Kemudian melangkah tergesa ke arah Minju, tersandung-sandung menghampiri Minju.

Sejenak mereka berdiri berhadapan.

Lalu Yujin jatuh berlutut dan memeluk pinggang Minju, membenamkan wajahnya di perut Minjj.

Napasnya tersengal menahan perasaan.

Dengan lembut Minju memeluk dan mengelus rambut Yujin.

"Aku mencintaimu," Yujin berbisik dengan suara parau, wajahnya masih terbenam di perut Minju.

"Entah sejak kapan aku mencintaimu. Mungkin sejak pertama kali aku melihatmu, aku...." napas Yujin tersengal.

"Aku mungkin manusia paling kejam, paling jahat...tapi aku...Aku tidak....."

Romantic Story About JinjooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang