19

1.5K 136 28
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Pagi itu Yujin duduk di kantornya dengan muram.

Hari masih pagi, para karyawan belum datang ke kantor, tapi Yujin sudah ada di situ. Dia tak tahan berada di kamar apartemen itu sendirian.

Tanpa Minju.

Dia terbangun pagi-pagi sekali, karena terbiasa mencari Minju untuk dipeluk, tetapi yang ditemukannya hanya bantal kosong.

Dengan marah Yujin langsung bangun dan murka.

Berani-beraninya pelacur itu meninggalkannya?

Tetapi kemudian, kertas yang diletakkan di bantal Minju itu agak meredakan kemarahannya. Sebuah pesan singkat sederhana yang ditulis dengan huruf yang sangat rapi.

Minju bilang “Sampai jumpa di kantor besok pagi” jadi Yujin menahan diri dari kemarahannya dan memutuskan bersiap-siap dan berangkat ke kantor saat itu juga.

Sekarang dia duduk sendirian di ruangannya, memikirkan perbuatannya semalam dan mulai merasa cemas.

Ia terlalu kasar.

Ia tahu itu.

Ia terlalu kuat dan Minju terlalu rapuh untuk menahan kemarahannya.

Tapi tidak tahukah Minju kalau pemandangan Minju yang sedang dipeluk dan dicium oleh Yena itu benar-benar membuatnya marah?

Seharusnya hanya dia yang boleh memeluk Minju!

Seharusnya hanya dia yang boleh mencium Minju!

Saat itulah pintu diketuk dengan pelan.

Yujin terdiam penuh antisipasi, dia sudah menunggu.

Siapa lagi yang datang sepagi ini kalau bukan Minju?

"Masuk."

Pintu itu terbuka pelan, dan Minju muncul disana. Hati Yujin langsung bagaikan dihantam oleh palu ketika melihat keadaan Minju.

Gadis itu masih memakai pakaiannya yang semalam meskipun kelihatan segar setelah mandi.

Tapi wajahnya kelihatan pucat dan rapuh. Dan bibirnya sedikit lebam akibat ciuman-ciuman kasarnya kemarin.

Kenapa kau pucat sekali sayang?

Yujin berdehem, menahan perasaannya. Detik itu juga Yujin memutuskan dia akan memaafkan Minju.

Dia tidak bisa menyalahkan Minju karena merayu Yena, tidak ada yang bisa melarangnya kan?

Tidak ada tertulis dalam perjanjian mereka bahwa Minju tidak boleh menjalin hubungan dengan lelaki lain, disitu hanya tertulis bahwa Yujin berhak memiliki Minju sesuka hatinya.

Oleh karena itu dia akan segera memastikan adanya klausul tambahan dalam perjanjian itu, bahwa Minju tidak boleh disentuh lelaki lain, bahwa tubuh Minju adalah hak eksklusifnya, miliknya.

Untuk sekarang, Yujin yakin Minju akan memohon maaf padanya, dan itu bukan masalah, Yujin siap memaafkan Minju atas pengkhianatannya semalam.

Dia siap menerima Minju lagi.

Dia belum mau melepaskan Minju.

"Duduk." perintahnya, berusaha sedatar mungkin.

Dengan patuh Minju duduk, tapi gadis itu tidak berkata apa-apa, hanya meremas tangannya dengan gelisah.

"Sebenarnya kau ingin bicara apa hingga harus menunggu sampai di kantor?"

Dimana kau tidur semalam?

Romantic Story About JinjooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang