.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Ketika Minju membuka mata dia sudah ada di ranjangnya, mengenakan salah satu piyama sutra hitam milik Yujin.
Lelaki itu sedang duduk di ranjang di sebelahnya, bersila dengan menghadap notebooknya, wajahnya serius sekali.
Minju merasa pusingnya sudah hilang, tapi rasa nyeri di tubuhnya belum hilang juga, sepertinya dia masih demam.
Seolah merasakan gerakan Minju, Yujin menoleh, dan tersenyum.
"Tadi aku mencari piyama untukmu, ternyata kau tak punya piyama ataupun gaun tidur ya? Aku tidak tahu sebelumnya karena aku selalu menelanjangimu sebelum tidur"
Wajah Minju memerah, bisa bisanya Yujin memilih kata-kata itu sebagai kalimat sapaan pembukanya.
"Kenapa aku tiba-tiba sudah di rumah? Jam berapa ini?"
Yujin mengangkat alisnya.
"Kau tidak tahu? Tadi pagi kau pingsan lalu dokter Sakura menyuntikmu dengan obat yang membuatmu tidur, tapi aku harus mengajukan komplain karena sepertinya dosisnya terlalu besar, kau tertidur hampir sepuluh jam... sekarang sudah jam delapan malam"
Minju terperangah, "Jam delapan malam?"
Yujin tersenyum.
"Besok-besok kalau kau merasa tidak enak badan jangan memaksakan diri untuk masuk, kau sangat merepotkanku, aku terpaksa pulang setengah hari untuk menjagamu"
Wajah Minju memucat, dia telah mengganggu kesibukan Yujin! Padahal lelaki itu punya jadwal yang sangat padat dan terpaksa meninggalkannya hanya gara-gara dia pingsan.
"Ma...maafkan aku...", suara Minju terdengar lemah, penuh penyesalan.
Yujin menoleh mendengar nada suara Minju, lalu menutup notebooknya dan meletakkannya di meja samping ranjang.
"Aku tidak memarahimu, lagipula sudah lama aku tidak mengambil cuti"
Dengan lembut Yujin meletakkan tangannya di dahi Minju.
"Sudah mendingan, tadi kau panas sekali tahu, aku sampai mengkompresmu dengan air es"
Minju memejamkan matanya merasakan tangan Yujin yang sejuk di dahinya.
Kenapa lelaki ini begitu lembut dan penuh perhatian?
Sudah lama sekali rasanya sejak ada yang memperhatikan dirinya.
Setelah kedua orang tuanya meninggal, Minju selalu berjuang sendirian, tidak pernah sama sekali mengijinkan dirinya menjadi lemah.
Sekarang, perhatian yang begitu lembut dari Yujin entah kenapa membuat dadanya sesak.
"Kau sudah bisa minum obatnya? Dokter Sakura membawakan obat untuk kau minum, tunggu sebentar"
Yujjn bangkit dari ranjang dan melangkah keluar kamar, tak lama kemudian dia kembali membawa nampan, meletakkannya di meja samping ranjang dan membantu Minju duduk.
"Kau harus makan dulu sebelum minum obat"
Aroma kuah yang sangat menggoda itu benar benar membuat air liur menetes, Minju menoleh ke atas nampan yang diletakkan di pangkuannya.
Semangkuk sup jagung dan daging yang masih panas dengan aroma yang sangat enak.
"Itu bukan bubur ayam, jadi kuharap kau tidak memuntahkannya" ada nada geli dalam suara Yujin.
Mau tak mau Minju tersenyum karena ternyata Yujin masih teringat percakapan mereka kemarin.
Dengan pelan dia berusaha mengangkat sendok sup itu, tapi Yujin menahannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Romantic Story About Jinjoo
FanfictionFF INI REMAKE DARI NOVEL SANTHY AGATHA! Yang udah baca ya gapapa asal jangan report😉 Yang mau baca ya baca aja :v Saya greget soalnya versi kapal lain udah banyak :v tapi jinjoo belum ada :v 🔞🔞🔞