.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
."Wajahmu pucat sekali"
Salah seorang temannya memandang Minju dengan cemas ketika Minju mendudukkan diri di kursinya.
Tadi dia hampir terlambat dan setengah berlari ke mesin absen.
Minju memegang pipinya, memang terasa agak panas.
Apakah dia demam?
Dan kepalanya juga pusing sekali. Tapi tetap dipaksakannya tersenyum.
"Engga apa-apa kok, mungkin karena belum sarapan, nanti setelah minum teh hangat pasti agak baikan."
Tapi ternyata tidak, rasa pusing itu makin menusuk nusuk di kepalanya terasa nyeri, bahkan untuk menolehkan kepalanya saja terasa sangat sakit, badannya juga sama saja, rasanya nyeri di sekujur tubuh seperti habis dipukuli.
Minju bertahan dengan tidak bergerak di kursinya, tapi rasa sakitnya makin tak tertahankan.
"Minju coba kesini sebentar, lihat draft pemasaran ini bagaimana menurutmu?"
Salah seorang rekannya memanggilnya. Dengan mengernyit Minju mencoba berdiri, tubuhnya limbung sejenak, tapi dia berdiri dan bertahan sambil berpegangan di tepi meja.
Lalu setelah menarik napas dalam-dalam, dia melangkahkan kaki ke meja rekannya.
Tapi tiba-tiba rasa nyeri tak tertahankan menyerang kepalanya dan semuanya menjadi gelap.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
."Pingsan??!"
Yujin setengah berteriak kepada Yena yang menyampaikan kabar itu padanya.
"Kapan?! Dimana?!"
Yujin mulai berdiri dari balik meja besarnya. Yena hanya duduk santai di sofa kulit hitam di ruangan kantor Yujin.
"Tadi dalam perjalanan ke sini aku kan mengambil arsip di sebelah klinik, ada keributan di luar, gadis itu sedang digendong salah seorang rekannya ke klinik dan di antar beberapa rekannya yang lain juga, dalam kondisi pingsan, dia pucat sekali seperti kelelahan ", tambah Yena penuh arti.
"Digendong?" kali ini wajah Yujin menegang karena marah.
"laki-laki?" Yena tiba-tiba saja tidak bisa menahan tawanya.
"Simpananmu pingsan dan kau meributkan siapa yang menggendongnya?", Tawa Yena kembali terdengar tak peduli pada wajah Yujin yang marah.
"Tentu saja laki-laki, mana mungkin perempuan?"
Yujin mendengus marah dan hendak melangkah keluar ruangan, tapi Yena berdiri dan menahannya.
"Kau pikir kau mau kemana Yujin?"
Yujin menatap tangan Yena yang menahan lengannya dengan marah.
"Tentu saja melihat Minju!"
"Dan membuat kehebohan di luar? Seorang CEO perusahaan yang jarang terlihat saking sibuknya, yang bahkan untuk berkonsultasi dengannya harus melalui perjanjian temu yang sulit, tiba-tiba saja turun menjenguk seorang staff biasa? Ku ulangi seorang staff biasa, yang tidak ada hubungan apapun dengannya"
Yena menatap Yujin tajam.
"Dan bahkan dengan wajah pucat pasi lebih pucat dari yang pingsan kalau boleh kutambahkan"
Yena mulai terkekeh geli. Yujin melotot marah padanya, tapi kemudian menarik napas dan tersenyum skeptis.
"Kau benar, aku tak bisa"
KAMU SEDANG MEMBACA
Romantic Story About Jinjoo
FanfictionFF INI REMAKE DARI NOVEL SANTHY AGATHA! Yang udah baca ya gapapa asal jangan report😉 Yang mau baca ya baca aja :v Saya greget soalnya versi kapal lain udah banyak :v tapi jinjoo belum ada :v 🔞🔞🔞