7

2K 147 10
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Minju meletakkan barang belanjaannya di meja dapur, tadi dia mampir sebentar ke supermarket untuk membeli bahan makanan.

Kondisi Chaewon baik-baik saja dan cukup stabil, itu sudah membuatnya cukup tenang.

Operasi sudah dijadwalkan 1 minggu lagi, sekarang Minju hanya bisa berdoa dan menyerahkan semuanya pada Tuhan.

Dengan ragu, Minju memandang sekeliling apartemen, lalu menarik napas panjang, semua ini terlalu mewah, terlalu berlebihan untuknya tinggal seorang diri di tempat seluas dan semewah ini.

Tadi dia menyempatkan diri mengatur pakaiannya yang sedikit, sehingga hanya memerlukan waktu sebentar, setelah itu dia sempat terdiam lama bingung mau berbuat apa, apalagi ditempat yang luas begini.

Suasana terasa sangat lengang dan sendirian. Baru kemudian Minju menyadari bahwa dia belum sempat sarapan sejak tadi pagi, jadi dia memutuskan memasak makan malamnya.

Setelah mengatur belanjaannya yang sedikit itu di dalam lemari es raksasa, sehingga tampak menggelikan karena lemari itu terlihat kosong.

Minju mengeluarkan beberapa butir telur, sedikit sosis dan sayuran, dikocoknya dengan pelan sambil berdendang, lalu dituangnya adonan omelet sederhana ini ke wajan mungil yang sudah diberi mentega.

Aroma harum telur menyeruak ke seluruh dapur, "Baunya enak sekali"

Suara itu terdengar begitu tiba-tiba, tak disangka dan sangat menegejutkan sehingga Minju hampir menjatuhkan mangkuk bekas adonan telurnya.

Dengan gugup dia menoleh ke pintu dapur, Yujin bersandar di sana, mengenakan baju santai dan tampaknya habis mandi.

"I,,,iya, aku memasak makan malamku", jawabnya gugup lalu memusatkan perhatiannya lagi ke telurnya.

Yujin melangkah dengan santai masuk ke dapur, tak mempedulikan kegugupan Minju, dia berdiri dekat di belakang Minju, lalu menengok penggorengan.

"Apa itu?", tanyanya tertarik melihat masakan Minju.

"Eh, ini? Ini telur goreng kuberi campuran sosis dan sayuran", Minju berusaha bertingkah wajar.

"Seperti omelet?", kali ini Yujin tampak benar-benar tertarik.

"Ya seperti itu, tapi ini lebih sederhana"

Minju menjawab sambil melirik ke ekspresi Yujin, baru sekarang Minju sadar, ternyata lelaki ini tertarik pada hal-hal baru yang belum pernah ditemuinya sebelumnya.

"Buatkan aku satu ya"

Minju menoleh mendengar permintaan Yujin.

"Memangnya kamu mau?", tanyanya ragu.

Lelaki itu mengangkat bahunya, "Siapa tahu? Lagipula aku lapar sekali, setelah menyelesaijan urusan rumah, aku langsung kemari, kau kan masih penyesuaian diri disini, jadi aku ingin melihat kondisimu."

Dasar perayu ulung, Minju memaki dalam hati.

Orang seperti Yujin tidak segan-segan memanipulasi pikiran perempuan agar mau melakukan apapun yang dia inginkan, pura-pura mengkhawatirkanku, huh!

Yujin masih berdiri di belakangnya, napasnya terasa hangat di ubun-ubunnya karena Yujin memang jauh lebih tinggi dibanding Minju, tiba-tiba saja, tangan lelaki itu ,mencengkeram pundak Minju mendekatkannya ke belakang.

Kepalanya turun dan bibirnya mengecup leher Minju dari samping dengan kecupan selembut bulu dan panas, sehingga tubuh Minju bagaikan disetrum dari ujung kepala sampai ujung kaki.

Romantic Story About JinjooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang