8

2K 135 3
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Minju terbangun merasakan sinar matahari menerpanya, dia mengernyitkan alisnya dan membuka matanya pelan-pelan.

Sinar matahari memang sudah mengintip malu malu dari balik gorden jendela balkon kamar apartemen itu.

Minju menyadari ada tangan kekar yang memeluk perutnya dengan posesif.

Yujin masih tidur, napasnya terasa naik turun dengan teratur di punggung Minju.

Mereka berbaring miring seperti sendok dan garpu, dengan Minju membelakangi Yujin berbantalkan salah satu lengan Yujin, sementara lengannya yang lain memeluk Minju erat, menempelkan punggung Minju sedekat mungkin dengan dadanya.

Mereka telanjang, dan selimut tebal yang seharusnya menyelimuti mereka sudah tertendang oleh Yujin entah kemana.

Seharusnya Minju kedinginan, tapi tidak, karena Yujin memeluknya dengan begitu eratnya.

Tiba-tiba sengatan rasa bersalah seperti memukulnya, disinilah dia berbaring nyaman dalam pelukan laki-laki yang membelinya sementara Chaewon.....

Helaan napas Minju pasti membangunkan Yujin karena lelaki itu terasa mulai bergerak, lalu sebuah kecupan lembut mendarat di pelipis Minju.

"Selamat pagi"

Suara lelaki itu terdengar serak tapi sarat dengan kepuasan sensual yang dalam.

Tentu saja lelaki itu puas, dia hampir tidak membiarkan Minju tidur semalaman.

Minju tidak menjawab, tetapi berusaha menarik selimut yang terlempar jauh di kakinya untuk menutupi ketelanjangannya.

Usahanya gagal karena Yujin mempererat pelukannya di pinggangnya sehingga Minju tidak bisa bergerak.

"Tidak perlu selimut sayang, aku sudah mengenal setiap jengkal tubuhmu secara intim, tak ada yang terlewatkan.... begitu juga sebaliknya hmmm?"

Wajah Minju memerah sampai semerah-merahnya, bahkan telinganyapun memerah dan Yujin terkekeh melihatnya.

Lalu tiba tiba tawa itu hilang dan Minju merasakan gairah Yujin bangkit lagi, dengan bingung dia menolehkan kepalanya dan langsung bertatapan dengan mata biru Yujin yang menyala penuh gairah.

"Lagi?"

Minju tanpa sadar mengucapkan ketakjubannya, sebegitu cepat Yujin menginginkannya lagi setelah semalam?

Hanya Tuhan dan dirinya yang tahu bagaimana bergairahnya Yujin semalam, Minju pikir Yujin sudah terpuaskan, tetapi sepertinya dia salah.

"Aku juga tidak menyangka", gumam Yujin parau.

"Sepertinya kau akan menjadi penyebab kematianku"

Kemudian Yujin meraih Minju lagi ke dalam pelukan penuh gairahnya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Minju hampir saja terlambat kerja, dia menarik napas panjang melihat jam absennya.. hanya kurang satu menit.

Dengan segera dia melangkah masuk ke mejanya, teman-teman seruangannya sudah mulai sibuk bekerja.

Minju pun mulai berkonsentrasi, tapi matanya hanya menatap kosong ke layar komputer, pikirannya mengingat ke kejadian semalam dan dia mengernyit.

Dia merasa murahan sekali, menjual diri kepada laki-laki itu tetapi terlena dengan rayuannya.

Mau bagaimana lagi, lelaki itu adalah jelmaan Eros penakluk wanita dengan segala pengalaman dan keahliannya, sementara Minju baru pertama kalinya bercinta.

Romantic Story About JinjooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang