23

1.6K 136 11
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Dia sadar."

Yujin menyesap minumannya sambil berdiri terpaku menatap ke pemandangan dari jendela lantai atas kantornya.

Sakura, yang masih bersama Yena hanya diam terpaku.

Yujin sudah menceritakan semuanya kepada mereka tadi, tentang sadarnya Chaewon dari komanya.

Dan sekarang lelaki itu hanya terdiam dan mengulang-ulang kata 'dia sadar' 'dia sadar' sambil menatap keluar.

Sakura menarik napas mulai tak sabar, sedangkan Yena hanya mengetuk-ketukkan tanggannya di lutut.

Yujin masih belum menunjukkan tanda-tanda memaafkannya jadi dia memilih diam dan tidak mengatakan apa-apa.

"Kurasa karena perkembangan baru yang tidak terduga ini, kau akhirnya memutuskan untuk melepaskan Minju?"

Pertanyaan Sakura itu membuat Yujin mendadak memutar tubuhnya dengan tajam menghadap Sakura dan menatapnya dengan mata menyala-nyala.

"Dia belum memilih," gumam Yujin setengah menggeram.

"Detik terakhir sebelumnya, dia menerimaku dalam pelukannya, membalas pelukanku dan aku yakin akan menerima ajakanku untuk pulang bersamaku."

"Sudahlah Yujin, sekarang kan tunangannya yang setia ditungguinya selama dua tahun sudah sadar, kau tidak bisa......" tanpa sadar Yena bersuara memberikan pendapat seperti kebiasaannya sebelumnya.

Tapi langsung berhenti mendadak ketika menerima tatapan tajam penuh permusuhan dari Yujin.

"Aku....aku hanya mencoba memaparkan kenyataan di depanmu." suara Yena hilang tertelan karena tatapan Yujin makin tajam.

Sakura menghela napas sekali lagi.

"Yujin, Yena benar, sadarnya Chaewon ini bukankah merupakan tujuan hidup Minju selama ini? Biarkan mereka berbahagia Yujin, mereka pantas mendapatkannya setelah tahun-tahun penuh penantian dan ketidakpastian yang menyiksa."

"Tidak!" Yujin tetap bersikeras.

"Aku tidak bisa menyerah begitu saja dan membiarkan Minju salah memilih. Dia mencintaiku. Perasaannya pada Chaewon mungkin hanya kasihan."

"Kenapa kau tidak bisa berpikir kalau perasaannya kepadamulah yang mungkin hanya perasaan sesaat karena keadaan yang dipaksakan? Kau pernah dengar apa itu Stockholm Syndrome?" sela Sakura jengkel.

Yujin tercenung, tentu saja dia tahu apa itu Stockholm Syndrome, dan menyakitkan kalau menyadari bahwa perasaan Minju kepadanya mungkin ditumbuhkan oleh situasi keterpaksaan.

Dengan gusar diusapnya rambutnya.

"Aku akan menanyakan langsung padanya. Nanti. Setelah kondisi tunangannya lebih baik."

Sakura tidak berkata-kata. Dan Yena hanya diam, tak tahu harus bicara apa lagi.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Dua hari kemudian, Minju berdiri di depan ruangan perawatan Chaewon dengan cemas, tangannya menggenggam tangan suster Eunbi setengah menangis.

Matanya semakin berkaca-kaca ketika mendengar suara teriakan dari dalam. Teriakan Chaewon.

"Suster...." hati Minju terasa di iris-iris, menyadari bahwa suara pertama yang dikeluarkan Chaewon setelah 2 tahun adalah teriakan kesakitan.

"Tidak apa-apa Minju, itu pertanda bagus, Chaewon memang kesakitan, mereka sedang melepas selang di tenggorokan dan di dadanya, tetapi kalau Chaewon bisa mengeluarkan suara, itu pertanda kondisinya sudah semakin membaik."

Romantic Story About JinjooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang