10 - I'm in Dangerous

13 1 0
                                        

Sore yang cerah ini, seluruh Maba sudah resmi menjadi mahasiswa dan mahasiswi di universitas Pelita Bangsa. Banyak kebahagiaan, kesedihan, dan juga kenangan selama tiga hari belakangan ini.

Mereka semua menghela nafas lega, akhirnya mereka tidak lagi mendapat marahan atau bahkan hukuman dari seniornya. Suasana lapangan kala itu telah ricuh, ramai dan rusuh layaknya mahasiswa yang tengah demo membela keadilan.

"Lo ambil FK apa, Le?" Tanya Dinda sembari menggenggam tangan sahabat barunya, Lea.

"Hukum! Sejak SMA gue emang suka banget sama hukum, karena suruhan dari Papa gue juga sih." Lea menjawab dengan senyuman.

"Fix! You're in dangerous!"

"Wait, dangerous?"

"Karena.. treng teng treng teng! Kak Agasta juga di FK hukum."

Langkah kaki Lea terhenti, membuat Dinda juga ikut berhenti. Wajahnya terlihat pucat dengan manik wajah yang perlahan menatap Dinda, tatapannya menatap lurus, "Boleh pindah FK nggak, sih?"

"Setahu gue sih, disini mah nggak bisa. Jadi kalo awalnya lo ambil FK itu, ya harus lo selesaiin dan sekarang lo dalam masalah besar karena setiap hari lo bakalan ketemu sama Kak Agasta terus, Lea."

"Mampus."

"Kelar hidup gue."

"Heuh, selagi gue nggak deket-deket sama Kak Agasta, gue nggak bakalan kena damprat Kak Wendy," ujar Dinda mengikuti cara bicara Lea, lalu tertawa terbahak-bahak.

"Din! Lo mah, ah!" Lea memukul kepalanya pelan, lalu matanya tak sengaja menatap seorang laki-laki yang tengah berjalan—ke arahnya. "Mampus!"

Lea kalap, ia berlari kesana-kemari mencari sesuatu yang bisa ia jadikan sebagai tempat bersembunyi. Namun, tak ada pilihan lain. Lea mengumpat di tubuh Dinda, yang bahkan sama sekali tidak bisa ia jadikan sebagai tempat bersembunyi dan mengisyaratkan pada Dinda agar diam.

"Woi, lo liat Lea nggak?"

"H-hah? Nggak! Nggak lihat!" jawab Dinda cepat, sungguh ia juga dalam keadaan panik. Berhadapan dengan Agasta ternyata tidak semudah apa yang ia pikirkan. Semendebarkan ini.

"Kan tadi pagi Lea sama lo, masa nggak lihat?"

Ini seriusan? Dia nggak lihat gue? - Batin Lea.

"I-iya, Kak! Saya beneran nggak lihat Lea dimana."

Agasta berkacak pinggang, matanya sempat melihat Lea yang tengah berjongkok di balik tubuh Dinda. Ia sengaja, gadis itu sudah berani bersembunyi darinya, dan sekarang Lea sudah masuk ke dalam permainannya.

Agasta menggerak-gerakkan tangannya, mengintruksikan untuk Dinda bergeser ketempat lain. Ah, bahkan Agasta menyuruh Dinda untuk pergi dari sana.

"Kemana ya tuh cewek? Awas aja kalo ketemu, nggak bakalan gue lepasin. Kalo bisa, gue karungin dan gue lempar ke laut biar dimakan paus." Agasta bergumam sembari berdiri di dekat Lea. Sementara Lea masih tidak sadar bahwa Dinda sudah pergi dan di gantikan oleh Agasta.

Woi, ini seriusan si Agasta nggak liat gue? Batin Lea lagi, sungguh pikirannya sudah tidak enak. Padahal, tubuh Dinda tidak begitu besar, dan tubuhnya juga tidak kecil, tapi mengapa Agasta tidak melihatnya?

Lea meraba kaki Agasta, lalu memegang tangan Agasta tanpa menyadarinya. Ia pikir, itu adalah Dinda. Tapi, sedari tadi ia tidak mendengar suara Dinda.

"Din, si Agasta beneran nggak liat gue?" bisik Lea dengan sangat lirih, tapi sialnya Agasta masih bisa mendengarnya.

"Iya, dia nggak denger. Budeg kali dia," balas Agasta dengan menirukan suara cewek lalu ikut berjongkok di samping Lea.

ReasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang