"Lo? Lo ngapain di rumah gue?!"
Lea menoleh, ia mendapati Agasta yang sudah berdiri di ambang pintu. Saat melihat dahi Agasta, Lea melihat sebuah plester di sana. Mungkin, itu karena kemarin Agasta jatuh dari kasur karena hendak berbuat yang tidak-tidak padanya. Dengan cepat, Lea menarik Agasta untuk cepat masuk, lalu menutup kembali pintunya sebelum Mamanya tahu.
"Lo mau maling, kan? Ngaku lo cewek aneh!"
Lea menarik Agasta lalu menutup mulut Agasta dengan tangannya, jika Agasta terus saja berteriak layaknya orang bodoh, maka Mamanya akan mengetahuinya. Dan semuanya pondasi yang ia bangun sejak tadi, harus hancur.
"Lo bisa diem bentar gak sih, Kak?!" seru Lea, ia berlari menutup gorden hingga tidak ada celah untuk siapapun yang di luar bisa lihat ke dalam. Lea akan pulang, tapi nanti sore di waktu jam pulangnya. Kalau sekarang, yang ada Mamanya akan tahu kalau ia bolos.
"TANTE GHANA, LEA ADA DI--"
GREP!
Lea langsung mendorong Agasta hingga ke dinding, ia menutup mulut Agasta dengan tangannya lagi. Keduanya saling bertatapan, Lea pun merasakan hawa panas menyelimutinya.
Dari arah lain, Rensa datang dengan satu mangkuk sup krim yang telah ia buat untuk Lea. Namun saat ia melihat Agasta dan Lea yang tengah berdekatan seperti itu, Rensa memilih kembali ke dapur. Entahlah mengapa, yang jelas saat melihat Lea bersama Agasta ia merasa sedikit kesal.
Agasta menepis tangan Lea, "Tangan lo bau bawang."
Lea terkekeh, "Oh ini, tadi abis kupas bawang bombai. Gimana, enak nggak?"
"Mata lo enak, lo cium sendiri aja kalo enak."
Lea benar-benar mencium telapak tangannya sendiri, dan memang masih bau bawang di tangannya. Lea tersenyum miring, "Nih, wangi, mau nggak?"
"Jangan deket-deket!" Agasta menepis tangan Lea untuk menjauh, namun gadis bebal itu masih saja mencoba untuk menempelkan tangannya di hidung Agasta. "Menjauh lo, kalo lo nekat deketin gue. Gue bakalan teriak biar Tante Ghana tau, bahkan semua orang tau kalo lo berniat memperkosa gue."
Lea menjauh, ia melirik Agasta sinis. "Lo kira gue Tante girang yang kekurangan kasih sayang? Lagian, gue bakalan pilih-pilih kalo memperkosa orang."
Agasta tertawa, "Yakin lo, pilih-pilih kalo perkosa orang? Gamau perkosa gue? Hm?" Agasta sedikit maju membuat gadis itu ikut mundur karena takut. Namun niat jahil Agasta semakin besar ketika gadis itu kelihatan ketakutan. Agasta malah semakin mendekat ke arah Lea dengan senyuman miring.
"Mundur gak lo!" teriak Lea sembari meletakkan kedua tangannya di depan dada, ia benar-benar takut ketika melihat Agasta tersenyum miring seperti itu. Tanpa sadar, pinggang Lea sudah menempel pada headboard sofa. Lea menunduk takut, ia sama sekali tidak memiliki keberanian apapun.
Sementara Agasta, laki-laki itu semakin mendekati Lea. Bahkan saat tubuh bagian atas Lea sudah menjorok ke sofa, ia masih saja menghimpit gadis itu. "Lo mancing gue terus, gimana gue nggak kepancing, Lea Marissa Ayu?"
"Lo bukan ikan, mana bisa kepancing." Lea menjawab dengan mata tertutup.
"Cewek ngeyel, aneh kayak alien, ngeselin, bebal, dan pinter ngejawab kayak lo malah bikin gue semakin--"
"Semakin apa?!" Lea sudah tidak kuat, ia mendorong Agasta untuk menjauh. Setelah itu, ia berlari ke dapur untuk meminta pertolongan pada Rensa. Namun saat ia sampai ruang makan, Agasta berhasil menangkapnya.
"Lepasin nggak!"
"Nggak."
"Sumpah deh, gue udah kayak perawan nikah dan gamau dijamah sama suaminya. Lepas!" Lea berusaha melepaskan tangan Agasta, namun cengkraman Agasta lebih kuat.
Agasta tertawa mendengar itu, ia pun melepaskan tangannya dan membiarkan gadis itu melarikan diri. Agasta menatap gadis itu yang sudah berlari entah kemana, dengan kaos hitam kebesaran yang membuat tubuh mungilnya semakin terlihat kecil, dan celana training yang juga kebesaran gadis itu tampak terlihat menggemaskan. "Lucu."
***
Lea sudah berada di kamarnya setelah tadi mengalami beberapa masa sulit. Ia memakan snack sembari memutar musik di music players.
Gadis itu membuka sosial medianya untuk melihat-lihat saja, namun ia terkejut ketika melihat foto dirinya yang hampir saja di peluk oleh Agasta tadi siang. Namun foto itu di ambil dari sudut ruangan, itu artinya bukan Rensa ataupun Agasta yang melakukannya.
"Ini kenapa jadi creepy sih?" Lea mengecek akun yang memposting foto itu, namun sialnya akunnya diprivatisasi bahkan sang pemilik akun mematikan komentarnya. Saat Lea mengecek siapa saja yang menyukai foto itu, ia terkejut ketika seluruh mahasiswa-mahasiswi di universitas Pelita Bangsa sudah melihat foto itu. Bahkan Wendy juga menyukai foto itu.
"Mampus gue."
Apa yang harus Lea lakukan sekarang? Ia sama sekali tidak tahu, siapa seseorang dibalik akun anonymous itu?
Lea memutuskan untuk ke rumah Agasta, ia akan mengklarifikasi ini semua dengan laki-laki itu. Saat ia sampai di rumah Agasta, pintu bagian depan rumah itu terbuka. Lea sudah berkali-kali mengetuk pintu itu namun tidak ada satupun yang membukanya. Jadi, Lea memutuskan untuk menelepon Agasta saja.
"Halo, Kak, turun buruan. Gue di depan rumah lo."
"Naik aja ke kamar gue, gue males."
"Gamau! Apa-apaan sih lo. Gue pengen ngomongin foto gue sama lo yang kesebar di akun anonymous itu, lo juga udah liat kan?"
"Yaudah masuk dulu, jangan berpikiran gue bakalan ngapa-ngapain lo. Lo sama sekali bukan tipe gue."
Baik, bukankah itu sebuah penghinaan? Lea menggeram kuat, ia menatap layar handphonenya kesal. Terpaksa, ia masuk dan naik ke lantai atas untuk bertemu dengan Agasta. Kalau bukan laki-laki itu yang memintanya, ia juga sama sekali tidak mau. Bahkan Lea enggan untuk ke sana.
Lea mengetuk pintu, "Buka!"
"Nggak di kunci, masuk aja."
Benar-benar menyebalkan, apakah laki-laki itu pikir Agasta adalah seorang asistennya yang sedang meminta izin untuk masuk? Tidak! Lea benar-benar tidak tahu lagi dengan Agasta, bisa-bisanya laki-laki itu terlihat santai di saat ada hal yang begitu aneh. Padahal foto itu tersebar luas, namun Agasta masih bersikap seolah tidak ada apa-apa yang terjadi.
Saat Lea masuk, ia mendapati Agasta yang tengah bertelanjang dada dengan celana boxer hitam selutut. Lantas, Lea kembali keluar dengan cepat. "Pake baju lo! Lo kira gue PSK yang disewa apa gimana sih?!"
"Sumpah ya, lo ribet banget jadi cewek. Lagian gue juga nggak bakal tergiur sama tubuh lo," celoteh Agasta sembari memakai kaosnya. Ia malas sekali, karena siang menjelang sore ini begitu panas dan lembab.
Lea masuk ketika Agasta menyuruhnya, ia berdiri dengan memperlihatkan foto itu, "Lo jelasin, kenapa ini bisa keupload?"
Agasta terkekeh sembari menoleh ke arah balkon, "Lo pikir gue yang bikin akun anonymous itu, terus foto lo sama gue yang hampir pelukan terus gue upload? Kurang kerjaan banget gue."
Sembari menahan kepalanya yang hampir meledak, Lea mendekati Agasta. "Kalo bukan lo, terus kenapa lo adem-ayem aja? Kenapa lo nggak nyari tahu sih! Capek gue tuh harus nerima perlakuan Kak Wendy! Gue capek harus pura-pura baik-baik aja buat nutupin semuanya! Gue cuma pengen kuliah dan hidup aman tanpa gangguan dari lo, Kak!" Lea berteriak sembari menahan tangis yang bahkan tidak bisa ia tahan lagi, ia mundur. Ia bersandar pada dinding lalu tubuhnya merosot sampai akhirnya Lea duduk sembari menangis. Kalau begini jalannya, Lea bisa mati di tangan Wendy. Bayangkan saja, sepuluh semester harus berada di bawah tekanan Wendy.
Agasta diam, ia mengerti siapa yang selama ini membully Lea. Ia bangkit, lalu berjongkok di hadapan Lea. Agasta memeluk tubuh Lea dengan erat, "Besok lo berangkat bareng gue, kita ketemu sama Wendy."
Lea mengangkat kepalanya, ia terkekeh remeh dan mendorong tubuh Agasta. "Gausah. Mau sekuat apapun lo ngomong ke Kak Wendy biar dia nggak ganggu gue lagi, dia bakalan tetep ganggu gue kalo gue nggak barengan sama lo. Lo tau kenapa tadi siang gue ada di rumah lo?"
"KARENA KAK WENDY NYIRAM GUE PAKE ALKOHOL!" Tangisan Lea semakin menjadi saja, ia sudah tidak kuat lagi kalau harus menutupi ini lagi. Ia benci, ia ingin semua ini selesai. "Untung ada Rensa yang bantuin gue."
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Reason
Fiksi Remaja"Jadi, selama ini Kakak menggunakan aku sebagai alasan untuk menjauh dari Kak Wendy?" "Justru itu, gue kemakan omongan gue sendiri, Le. Sekarang, gue malah cinta beneran sama lo. Bener kata orang, cinta itu beralasan." *28/08/2020*