01 - Day 1 Ospek

62 3 11
                                    

"Ma! Kunciran pita Lea mana?" Teriak Lea sembari mengobrak-abrik meja belajarnya, setelah mengetahui tidak ada, Lea beralih ke meja riasnya. Lea kembali membantai habis skincare dan make-up nya hingga berserakan di lantai.

"Ma!" Teriak Lea lagi, kali ini semakin keras karena Mamanya itu tidak menjawab.

"DI BALIK PINTU, LOH LE! CARI TUH PAKE MATA, BUKAN PAKE MULUT!" teriak Ghana, Mamanya yang sibuk dengan pekerjaan rumah.

Lea membalikkan pintu, dan mendapati apa yang ia cari sedari tadi. "Ngumpet ae lo, gue cariin juga."

Lea beralih berdiri di kaca besar sembari memakai kunciran pita-nya di sisi kanan-kiri. Inilah hal yang tidak Lea sukai, ospek.

Pada umumnya, seorang mahasiswa baru akan di gembeleng oleh senior untuk membangun keakraban dan juga kreativitas mahasiswa baru, namun ada pula senior yang memberikan perintah seperti tidak ada akhlak. Menyuruhnya ini-itu dengan seenak udelnya. Itu sangat Lea benci, tapi hal itu pasti akan terjadi.

Lea menatap isi kamarnya yang sudah berantakan bagai terkena badai petir, ia menatapnya dengan miris.

"Ntar aja gue beresinnya," ujarnya sembari membawa tas yang terbuat dari karung goni itu. Memalukan, memang.

Lea menuruni tangga dengan tergesa, bahkan ia sempat terpeleset dan hampir jatuh kalau ia tidak berpegangan pada besi penyangga.

"Hati-hati ngapa sih! Teledor banget!" Omel Ghana yang dibalas cengiran oleh putrinya itu.

"Papa udah berangkat, Ma?" Tanya Lea sembari celingukan keluar melihat mobil Papanya.

"Udah dari setengah jam yang lalu, kamu sih lambat."

"Aduh! Sekarang Lea yang terlambat, tau!" Lea segera mengambil dua lembar roti tawar, lalu berlari keluar dengan berteriak "aku berangkat!"

Lea harus berlari sampai ke ujung jalan untuk menemukan pangkalan ojek agar tidak makin terlambat, ia berlari cepat dengan kaki jenjangnya.

"Bang, kampus Pelita Bangsa!" Ujar Lea.

"Siap!"

Sesampainya Lea di kampus Pelita, ternyata gerbang sudah hampir di tutup. Dengan cepat, Lea berlari dan menyempil di gerbang yang hampir ditutup oleh salah satu senior.

"Telat! Baru jadi calon Maba aja udah dibiasain telat! Nggak niat kuliah lo?!"

"Maaf, Kak! Ngomelnya di delay dulu!" Teriak Lea sembari terus berlari menuju barisan para mantan, ah ralat, barisan para calon mahasiswa baru di universitas Pelita Bangsa. Baru jadi calon Maba tapi ia sudah berani melawan senior, urusan diomeli nanti saja yang penting sekarang adalah baris.

"Gue tandain muka lo!" Teriak sang senior dengan kesal karena calon Maba nya yang tidak memiliki sopan santun dan disiplin.

"Kenapa sih, Gas? Kesel amat keliatannya," tanya Jeffrey atau biasa di sebut dengan Jepri, salah satu temannya yang juga senior yang bertanggung jawab membina para mahasiswa baru.

"Tau ah! Kesel banget gue kalo ada yang telat. I want to eat your pancreas." Agasta berdecih sembari memasukkan tangannya kedalam saku almamater berwarna biru navy nya.

"Kebanyakan makan daging kambing ya, Gas? Ngomel mulu kerjaan lo!" Sindir Yuda, temannya.

Yang di panggil tidak peduli, dia melanjutkan langkahnya menuju mimbar untuk menyampaikan beberapa informasi mengenai ospek beberapa hari kedepan.

Semua mahasiswa menatap Agasta dengan tatapan kagum, bagaimana tidak? Agasta menjabarkan informasi dengan sangat detail dan tenang, ditambah wajahnya yang begitu tampan dapat menarik seluruh calon mahasiswi baru, dan juga Agasta adalah ketua BEM yang sangat disegani.

ReasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang