04 - Minimarket

12 1 0
                                    

Lea bersimpuh di depan pintu rumahnya, menatap kenop pintu dengan nanar. Untuk meraihnya saja, Lea sudah tidak mampu. Apalagi kalau bukan karena berjalan sejauh 4,5 kilometer sampai rumahnya karena dia menolak tawaran Rensa, hingga laki-laki itu meninggalkannya tanpa adanya basa-basi memaksa.

Tangan-tangan kecilnya mengetuk pintu kayu jati yang tebal itu, berkali-kali, sampai dia merasa lelah sendiri.

"Ma!"

"Neng Lea? Ngapain disitu?" Tanya seorang ibu paruh baya bertubuh gemuk dengan rambut cepol yang sudah menjadi tetangganya selama beberapa tahun terakhir ini tak sengaja lewat dan melihat Lea yang terkapar di dekat pintu.

"Air!" Lea berteriak, membuat ibu rambut cepol itu sedikit tersentak.

Dengan cekatan, ibu paruh baya itu berlari ke arah kran air yang berada di sudut teras rumah Lea, mengambil ember yang sudah terisi penuh dan berlari mendekati Lea karena takut tetangganya itu kenapa-napa karena melirih meminta air.

Byurr!

Tubuh Lea membatu, dia membulatkan bibirnya menatap dirinya yang sudah basah kuyup, bahkan dalamannya pun ikut basah.

"Gimana, neng? Masih butuh air?"

Lea menyibak rambutnya, menatap ibu paruh baya itu yang tersenyum ke arahnya, seperti tidak merasa bersalah.

"Mama!" Teriaknya kesal, membuat ibu paruh baya itu memegangi telinganya.

***

Lea keluar dari kamar mandinya sembari mengusap-usap kepalanya dengan handuk. Setelah kejadian sore tadi, Lea benar-benar dibuat kesal setengah mati. Mengapa hari ini begitu banyak masalah?

Gadis itu duduk di tepi kasur, mengambil handphonenya untuk melihat apakah ada pengumuman untuk ospek besok. Mengingat ospek, Lea kembali teringat pada Agasta.

"Tiktok? Mana punya gue aplikasinya," gumam Lea. Gadis itu mulai merebahkan tubuhnya di atas kasur, meletakkan handphonenya di samping kepala dan mulai menatap atap kamarnya.

Namun sedetik kemudian, Lea mengunjungi AppStore dan mengunduh aplikasi tiktok. Lea ingin masalahnya dengan senior itu selesai, masalah harus segera di selesaikan agar ia bisa jauh-jauh dari senior songong bernama Agasta itu.

Setelah selesai mengunduh, Lea mulai mencari lagu Loss Dol. Namun setelah Lea menemukannya, dahinya mengerut, bibirnya terbuka.

"Seriusan gue kudu joget kek gini?" Monolognya. "Sama Kak Agasta pula?"

"Haduh, mampus gue!"

"Mampus!"

"Kenapa kek gini, sih! Tuh senior gaada otak apa gimana dah?!"

Lea menepuk dahinya sendiri, frustasi. Dan langsung menyalahkan dirinya sendiri persoalan mandi lama dan pita yang hilang seperti apa yang terjadi tadi pagi.

Namun sesaat kemudian, ada notifikasi chat masuk di handphonenya, buru-buru Lea membukanya karena pesan itu berasal dari nomor tidak dikenal.

0821xxxx

| Lea kan?
| Gue dapet nomor lo dari grup Maba
| Jadi kapan kita tiktokan?

Dahi Lea mengernyit, Lea membuka profil yang baru saja membuatnya bingung, kosong, tidak ada fotonya disana, seperti orang depresi yang tidak memasang do WhatsApp.

Maaf, siapa ya? |

| Keknya Lo ga amnesia sama siapa yang lo ajakin tiktok tadi sore

ReasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang