31 - I Found You

8 1 0
                                    

BOOM !

Lea terdiam di tempatnya, menatap mading dengan sedikit terkejut ah ralat, sangat terkejut. Di tatapnya foto-foto yang sama persis seperti foto yang di upload oleh anonymous account itu. Menyebar luas ke seluruh penjuru kampus Pelita Bangsa. Seluruh mata tertuju padanya, apalagi Wendy dan Thea yang menatapnya dengan tatapan sinis dan mengintimidasi.

"Sumpah deh, tuh junior makin kesini makin ngelunjak aja."

"Kemarin di balkon, sekarang malah udah di ranjang."

"Open BO kali?"

"I don't know, kayaknya sih iya. Lagian tipe Agasta murahan banget sih, sekelas teri. Walaupun cuma cewek bookingan juga pilih yang setara lah, masa iya mau sama jamet kuproy kek gitu."

"Dia gatau Wendy apa gimana sih? Berani banget tuh anak."

"Si Lea tuh definisi jalang, ke Agasta mau ke Rensa mau."

Lea berjalan mundur dengan perlahan, air matanya juga hampir turun di kala para seniornya itu menyebutnya sebagai jalang, sangat menyakitkan. Selain Lea benci ketika ada orang lain yang mengata-ngatai orangtuanya, Lea juga tidak suka di sebut seperti itu. Apalagi ia memang tidak melakukan itu, sama sekali tidak. Malam itu ia hanya membantu Agasta untuk melepaskan rasa cemasnya, hanya itu. Namun kenapa malah beda cerita seperti ini, seperti ada yang sengaja memotret mereka dan mengada-ada cerita. Siapa dalang di balik semua ini?

Entahlah, ia juga pusing dengan semua ini.

Lea berlari ke arah rooftop, ia duduk di salah satu kursi yang tersedia dengan tangisan yang sudah tidak dapat ia tahan lagi. Beberapa waktu lalu saja —karena fotonya bersama Agasta di balkon tersebar— Wendy berani menyiramnya dengan alkohol, apalagi ini? Yang ada, Wendy akan membuat Lea keluar dari kampus. Apalagi ia tahu kalau Wendy adalah anak dari Bu Jelita yang notabenenya adalah rekorat.

"Kenapa gue jadi lemah gini cuma karena kata-kata itu?" gumam Lea sembari mengusap air matanya, menahan isakan yang begitu menyakitkan. Lea menunduk lesu, menompang wajahnya dengan tangan. Apakah dekat dengan laki-laki itu bisa di sebut jalang? Apakah bermain dengan laki-laki sudah bisa di sebut jalang? Begini, banyak di luar sana gadis yang lebih banyak memiliki teman laki-laki di banding gadis juga, dan itu memang pure hanya teman, tidak untuk bermaksud lain. Kalau di tanya mengapa Lea tidak memiliki sahabat sejak kecil, jawabannya adalah karena ia merasa nyaman berteman dengan laki-laki. Sikap pertemanan antara laki-laki dengan perempuan itu berbeda, bahkan sangat jauh. Lea merasa, berteman dengan perempuan itu hanya toxic belaka. Selalu membicarakan keburukan orang lain, ngumpul sampai larut malam, tidak menjaga ucapan,  menggoda banyak laki-laki. Itulah alasan mengapa kebanyakan penghuni neraka adalah seorang perempuan. Ia juga belum menjadi orang yang baik, tapi ia mencoba untuk menjauhi siapapun yang akan menyeretnya ke jurang keburukan.

"Nangis cuma nenangin lo, tapi nggak nyelesaiin masalah." Rensa, laki-laki bertubuh tinggi itu berdiri di dekat Lea dengan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku almamater. "Lo sendiri yang masukin diri lo ke jurang, tapi lo sendiri yang nangis."

"Kalo lo gabisa nenangin dia, sesenggakan gausah bikin Lea makin kepikiran lah, Ren." Tiba-tiba saja Dinda datang dan langsung memeluk tubuh Lea, mengusap punggung gadis itu dengan lembut. "Udah Le, gapapa, ntar gue bantuin selesaiin masalahnya, ya. Don't be so sad, it's gonna be okay! Gue bakalan selalu ada di samping lo."

"Buat apa gue bantuin dia kalo dia sendiri yang ngelempar jaring dan malah dia sendiri yang kena perangkap." Rensa melenggang pergi setelah mengatakan itu, berjalan menjauh dengan tanpa bersalah. Menurutnya, Lea juga salah dalam urusan ini. Mengapa setelah mengetahui kalau ada yang menguntitnya gadis itu malah semakin saja mendekati Agasta. Maksudnya, mengapa gadis itu tidak menjauh saja dari Agasta, ini namanya sudah jatuh tertimpa tangga pula.

ReasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang