[1] |sindrome putri tidur|

2.1K 169 62
                                    

Sindrome Putri Tidur
_______
perhatian 1179 kata
<○○●●●_____■_____●●●○○>

~AFTER ORION~

"Semua organ vital anak Bapak dalam keadaan baik. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan,"

"Tapi kenapa dia tidak bangun-bangun juga? Apa kalian tidak bisa menyembuhkan keponakan saya? Heumm??!!" remehnya karena terlampau kesal.

"Katanya rumah sakit terbaik se-Indonesia, nyatanya nyembuhin satu orang pasien saja kalian gak becus!" amuknya kepada seorang dokter paruh baya di hadapannya.

Dokter hanya bisa menunduk, dia mengaku pasrah dengan kondisi pasiennya yang satu itu. Selama berpuluh-pulih tahun menangani kasus pasien, baru kali ini Dokter itu mendapatkan kesulitan atau bahkan kebuntuan dalam mendiagnosa pasiennya.

"Sabar Mas,"

"Sabar jidatmu itu!! Heran banget aku! Kamu bisa sesantai ini menghadapi anakmu yang gak bangun selama berbulan-bulan. Ayah macam apa kamu!!" sentak yang lebih tua dan berotot kepada yang lebih muda.

Pria yang menjadi adiknya itu sudah kewalahan kalau menghadapi kakaknya yang sedang marah, apalagi itu menyangkut keponakannya.

"Seharusnya kamu ini nurut sama Mas. Kita bawa anakmu ke Rumah sakit luar negeri. Kalau perlu ke Amerika sekalian."

"Maaf Mas." cicit sang adik seraya menunduk 'mengheningkan cipta dimulai'.

Sang kakak mendengus sebal.

"Jadi apa yang bisa kamu katakan sekarang?!" katanya seraya berkacak pinggang.

"Saya hanya bisa menyimpulkan kalau pasien mengalami sindrome putri tidur. Ini penyakit langka dengan memiliki gejala khas, penderitanya bisa tidur dalam jangka waktu lama atau hipersomnia." jelas sang Dokter dengan raut serius. Namun sayang itu justru dianggap lelucon oleh kakak wali pasien.

"Ck. Yang benar saja. Keponakanku itu laki-laki. Apa Dokter tidak bisa membedakan laki-laki sama perempuan. Oh perlu saya tunjukan milik keponakan saya." ujarnya menantang.

"Mas!! Jangan ngaco! Mas mau melecehkan anakku!!" sergah sang adik.

"Dasar sinting!"

"Maaf Pak. Sindrome putri tidur itu tidak mengenal jenis kelamin. Bahkan kebanyakab penderitanya adalah remaja laki-laki. Sindrome ini tidak belum diketahui penyebabnya secara pasti, karena kebanyakan itu bersifat keturunan." jelas sang Dokter.

"Yak!! Jadi kau menyalahkan silsilah keluargaku!" sang kakak melotot, dua bola matanya hampir keluar. "Dia enggak tahu siapa kita," ujarnya pada sang Adik.

Sang adik yang sudah mendapatkan sinyal bahaya itu pun langsung mendorong paksa tubuh kakaknya untuk keluar dari kamar VVIP anaknya.

"Silakan lanjutkan pemeriksaannya Dok. Saya akan mengurus kucing beranak ini dulu," ujar ayah pasien dengan senyum menahan malu.

"YAK apa katamu!!" protes sang kakak yang sudah tidak bisa melawan lagi.

Sang Dokter pun kembali mendekati pasiennya. Sejenak ia menilik kembali wajah damai anak lelaki yang selama enam bulan ini menjadi pasiennya.

"Apa benar dia laki-laki?" sang Dokter mulai terpancing, kala inderanya menangkap raut cantik dari bingkai wajah sang pasien.

"Hah!! Ngaco aku!! Bisa gila lama-lama kalau terus menangani pasien dengan wali orang rabies seperti mereka. Mungkin aku harus memaksa dokter muda untuk menangani anak ini. Sudah gak kuat mentalku," monolog sang Dokter seraya geleng-geleng kepala lantas berlalu meninggalkan pasien yang masih pulas menyelami mimpi indahnya.

AFTER ORION [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang