[29] |chocolate|

636 94 70
                                    

Chocolate
____
|perhatian 1230 kata|
<○○●●●___■___●●●○○>

~AFTER ORION~

ZULFAN pulang ke rumah, dan langsung masuk ke dalam kamarnya. Ia hiraukan presensi Zulfian yang menyambutnya di anak tangga dengan rentangan tangan --Ingin pelukan maksudnya.

"Fan! Buka pintunya ya!"
Zulfian tidak putus asa. Ia punya seribu satu cara untuk membuat adiknya memperhatikannya.

Duk.. duk..
Zulfian terus mengetuk pintu kamar Zulfan dengan bernada.

"Zulfaann keluar lah. Abang punya sesuatu nih!"

"BERISIK!"

"Makanya keluar. Temuin Abang lah. Abang kangen nih sama kamu. Berapa hari kamu gak pulang, rasanya kayak berabad abad tau..
Zulfaann!"

BRAAAKK,

Zulfan melemparkan sepatunya ke pintu, berusaha membuat sang kakak menghentikan suaranya yang merusak gendang telinga.

"Fan lagi ngapain sih! Bukalah. Abang punya sesuatu nih. Zulfaaann.. Oh Zulfan.. adiknya Abang yang paling imut, paling manis dan paling liiiiiing liiiing baikkk.. buka ya!!" Zulfian keukeh memutar-mutar knop pintu kamar Zulfan sambil mengetuk-ngetuk pintunya.

"Pergi lo!"

"Gak mau. Buka dulu lah.. Abang punya sesuatu yang spesial nih!! Adekkk... Zulfaaann.. Oh Zulfan!!"

Lama-lama si pemuda kelinci itu tak tahan dengan suara sang kakak yang kelewat menyebalkan.

Dalam pertandingan kali ini Zulfan menyerah. Dia akhirnya membuka pintu kamarnya dan boxy smile sang kakak langsung menyambut dirinya.

"Mau apa?!" ketus Zulfan.

Zulfian buru-buru mengambil kotak dari kresek, yang berisi terang bulan di dalamnya.

"Ini! Kesukaanmu! Abang beliin tadi pas pulang dari agensi. Enak loh ini!"  Zulfian membuka satu kotak itu.

Aroma manis yang menggugah selera segera membuat Zulfan melumat bibir bawahnya. Kebetulan sekali sejak pagi perutnya belum terisi makanan sedikitpun.

Zulfan tak tahan dengan aroma menggiurkan itu, tapi gengsinya terlalu tinggi untuk menerima makanan dari sang kakak.

"Gak! Gue gak suka! Pergi sana jangan ganggu gue!"

"Yakin nih!! Hmm.. Ini tuh masih anget loh Dek. Cokelatnya lumeeer banget. Terus nih rotinya juga mentul-mentul loh. Lihat nih!"

Zulfian memencet-mencet roti terang bulan itu.

Oh tidak. Zulfian kamu sungguh nakal. Zulfan tidak tahan, berulang kali ia menelan salivanya. Mata bambinya membulat sempurna melihat terang bulan yang molek itu.

"Bodoamat!" ujar Zulfan lantas menutup pintunya kuat-kuat. Sampai membuat Zulfian terlonjak kaget.

"Fan!"

"Pergi!!"

"Ya udah. Abang taroh sini ya terang bulannya. Jangan lupa dimakan. Abang ke bawah dulu." kata Zulfian lantas pergi menuruni tangga menuju dapur untuk mengambil minuman dingin.

AFTER ORION [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang