SPECIAL LETTER

664 63 44
                                    

sebelumnya aku minta maaf.
Spesial letter ini ada karena komen beberapa readers pada chap Bahagia sebelumnya. Tepatnya di slot para cast.

Jadi nona mohon maaf kalau ada yg komentanya tidak nona masukkan. Karena yang nona masukkan hanya di slot cast AO pada chap BAHAGIA





















DOR... EKEK




















































Special Letter
__

|Hallo ada yang kangen nona enggak?? atau kangen sama Bang Fian? Adek Zulfan? atau cast AO lainnya?
Ya dah lah, pokok Nona kembali untuk menepati janji nona buat kalian... Yeyyy|

<○○●●●___■___●●●○○>

~AFTER ORION~

🎶Like an arrow in the blue sky.. Ha ro ga to na ra ga ji.. on my pillow on my table.. yeah life goes on .. Like this again🎶

SENANDUNG menggelitik gendang telinga dan bergerak menghangatkan kalbu itu bersumber dari pria usia dua puluh lima tahunan.

Ia mengenakan mantel tebal, guna meminimalisir terkikisnya kehangatan tubuhnya akibat udara dingin di sekitaran. Kepulan uap hangat keluar dari setiap embusan napasnya, pertanda memang suhu sedang menurun sekarang.

"Ayah!!"

Pria itu menoleh ketika seorang bocah lelaki tiga setengah tahunan memekikkan panggilan 'ayah' tak jauh di belakangnya.

"Zaki jangan lari," katanya langsung bangkit dari dudukan kursi kayu dan melangkah menghampiri bocah bernama Zaki itu.

Hap. Tubuh bocah itu berhasil ditahan oleh si pria.

"Ayah endong." rajuk si kecil Zaki.

"Hmm? Kiss dulu pipi Ayah." suara berat itu  mengalun memberikan efek kenyamanan di gendang telinga bocah bernama Zaki.

muach

"Zakiii!!! Ternyata kamu lari ke sini!" suara sang Ibu dari Zaki itu membuat kedua lelaki itu menoleh.

"Ayah.. endong.. endong. Zazi ngga mau sama Ndaaa.." rengek Zaki.

Lelaki itupun menurut. Ia menggendong tubuh gempal Zaki  dan menepuk-nepuk pantat anak itu.

"Mengadu apa dia sama kamu Fian?"

Aryani, sang bunda dari Zaki itu pun berkacak pinggang. Si lawan bicara yang sedang ditatapnya penuh kekesalan itu, hany tersenyum kikuk.

Dia Zulfian. Zulfian Pratama Diraja, putra sulung Zuli Diraja sekaligus kakak tiri dari Zulfan dwi Diraja, itu lantas menyerahkan Zaki kepada Aryani.

"AYAAHH!!!! ENGGA... AYAHHH.. MAU AYAAHHH!!" pekik si kecil.

"Sstt. Sayang, Zaki mandi dulu ya. Baunya asem banget nih. Ayah enggak kuat. Zaki bau," Zulfian mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah ---pura-pura sedang mencium bau tak sedap.

"Eum? Zazi bau?" tanya si kecil dengan mata bulatnya yang jernih.

"Iya. Mandi dulu ya. Setelah itu Zaki boleh main sama ayah."

"Eum.. Zazi mandi. Ndaa ayo mandii.." rajuknya dalam gendongan Aryani.

Aryani hanya menatap sendu putra sematawayangnya. Tak lama senyum hangat menyimpan sejuta luka itu pun terbit di wajah keibuannya.

AFTER ORION [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang