[10] |pertemuan kedua : bebas melepas rindu|

782 114 45
                                    

Pertemuan Kedua : Bebas Melepas Rindu
____
|perhatian 1890 kata|
<○○●●●___■___●●●○○>

~AFTER ORION~

PERPUSTAKAAN pusat kampus menjadi tujuan utama Zulfian masuk hari ini. Tak ada mata kuliah tak lantas membuatnya absen dari kunjungan ke kampus. Hari ini dia ditemani oleh Nando.
Untuk Adit dan Gama, dua orang itu dipaksa masuk kelas oleh Zulfian. Awalnya mereka menolak dengan beragam alasan, tapi ancaman Zulfian yang berniat membubarkan BOLOFIB membuat mereka menyerah.

Sebenarnya Zulfian hanya menggertak saja. Dia ingin memperbaiki sesuatu yang salah. Dia ingin memulai semuanya dengan berlandaskan ketenangan dan kedamaian, bukan lagi nafsu, kekuasaan atau sekadar kepopuleran. Zulfian ingin membuat nama Zulfian Pratama Diraja yang kini disandangnya menjadi lebih baik.

"Ndo, ruangan yang lesehan ada nggak di sini?"

"Ada. Di lantai dua Fi! Tapi gue harus ke LIB dulu mau nyalin data sekalian ngeprint buat tugas Linguistik."

"Oh okay. Ya udah kita pisah di sini ya,"

Nando mengacungkan ibu jarinya. Merekapun berpisah di depan anak tangga. Zulfian naik ke lantai dua sedangkan Nando berjalan masuk ke ruang LIB di lantai satu.

Zulfian berjalan masuk melewati dinding kaca transparan yang menunjukkan bagian luar perpustakaan. Ia cukup takjub dengan pemandangan di luar sana, sampai tanpa sengaja ia menabrak seseorang yang membawa tumpukan buku di tangannya.

BRUKH

"Eh maaf-maaf!" Heboh Zulfian sambil membantu memunguti satu per satu buku yang berhamburan itu.

"Fian!"
Seseorang itu memanggil namanya. Tapi Zulfian tak lantas mendongak, sebab rungunya menangkap getaran suara yang sama dari seseorang di masa lalunya.

Mungkinkah? Jika iya aku harus lebih bisa mengontrol diri.

Zulfian memantabkan hati, lantas mendongak, melihat lurus pada seseorang yang kini berdiri membungkuk di depannya.

"Bang Dylan," lirihnya pelan sekali. "Eh maaf tadi saya tidak sengaja, ini bukunya Pak, saya permisi," ujarnya tergesa karena sudah tak sanggup menahan binar bahagia yang hampir memburamkan matanya dengan genangan air.

"Zulfian!" panggil Dylan.

Deg.

Zulfian menghentikan langkahnya kala ia menyadari adanya perbedaan reaksi yang ditunjukkan Dylan.

"Bang Dylan memanggil namaku?" lirihnya lagi.

Dylan meletakkan bukunya di atas nakas kecil yang menempel di tembok, lalu ia berjalan mendekati Zulfian.

"Iya Abang manggil kamu," kata Dylan dan sukses membuat air mata Zulfian mengalir deras dari pelupuknya.

"Bang Dylan!" panggilnya lalu berbalik dan dilihatnya Dylan sudah merentangkan tangan di hadapannya.
Sontak Zulfian memeluk tubuh tegap berwibawa sang kakak yang dirindukan.

"Bang... Bang ..."

"Hey! Abang di sini. Kenapa hmm? Rindu sama abang?" Dylan mengusap pucuk kepala Zulfian.

Ia meletakkan dagunya diatas kepala Zulfian. Jujur Dylan sangat bahagia melihat salah satu adiknya masih mampu mengenali dia. Selama ini sudah cukup Dylan tertekan karena tak ada satupun bintang Orion yang mengingat dirinya, termasuk kembarannya sendiri.

AFTER ORION [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang