[22] |code blue|

803 101 46
                                    

Code Blue
__
|perhatian 1068 kata|
<○○●●●___■___●●●○○>

~AFTER ORION~


DYLAN melajukan tungkainya ke rumah kedua keluarga Alfa. Rumah minimalis sederhana yang diserahkan Alfa kepada Hafis untuk ditinggali.

Ada satu kotak susu, tiga botol cola dan juga empat cup mie instan yang masih mengepul asapnya itu, Dylan bawa menggunakan keranjang buah. Cari nampan tidak ada katanya.

"Assalamualaikum," katanya sambil menendang pelan pintu rumah.

BRAK

Tiga orang yang sedang duduk menikmati siaran televisi itu terlonjak kaget akibat benturan keras dari pintu.

"Waalaikumussalam,"

"Pelan-pelan Lan. Ngegas mulu!" tegur si kembar tak identiknya.

"Perasaan gue tadi juga pake tenaga kecil kok. Tuh pintu aja yang lebai." sahut Dylan tak acuh seraya meletakkan keranjang berisi makanan di meja.

Hafis mengambil satu cola, Raffa pun demikian. Sedang Dylan mengambil satu cup mie instannya.

"Fan makan dulu nih. Gue buatin mie," kata Dylan.

Lelaki bergigi kelinci itu hanya mengangguk. Ia masih sungkan dengan hubungan yang dibilang persaudaraan ini.

Seminggu lebih, Zulfan dan Aini menetap di rumah kedua keluarga Alfa, demi menghindari Agust yang semakin gencar mendatangi dan menyiksa keduanya.

Terakhir kali Zulfan hampir mati dicekik oleh Agust karena membela sang Bunda. Saat itu kondisi Zulfan baru saja pulang dari rumah sakit. Beruntung saat itu Dylan meminta kembali ke rumah Aini sebab ponselnya yang tertinggal.

Jadi setelahnya Dylan, Raffa, Hafis, juga Alfa memberikan pelajaran kepada pria setengah gila itu. Dan dari sanalah sebab musabab mereka dipaksa pindah ke rumah Alfa demi keselamatan mereka.

"Gue mau ke belakang dulu Bang, Mas." pamit Zulfan lantas melagkahkan kakinya ke dapur.

Kaki Zulfan sudah kembali normal seperti sedia kala. Gips nya baru dilepas dua hari yang lalu, tapi ia sudah bisa berlari marathon hari ini.

"Gimana udah mau masuk kuliah tuh anak?" tanya Dylan kepada Hafis.

"Belum Bang. Dia masih gak mau bahas itu." jawab Hafis.

"Kayaknya tuh anak masih dirundung rasa bersalah deh." tebak Raffa.

"Iya Bang. Gue sering banget lihat dia linglung gitu, kadang juga nangis di kamar malam-malam, sampai Bu Aini gak tidur gegara jagain dia. Eum... Apa kita pertemukan dia sama Fian aja. Biar dia lega," usul Hafis.

Dylan menelan kunyahan mie-nya.
"Zulfan emang pengen ketemu Fian, Fis. Cuma lo tahu sendirikan Om Zidan itu gimana. Dia pasti gak akan ngebolehin Zulfan ketemu Fian. Bu Aini saja diusir dan dikata-katai waktu nanya sama Om Zuli tentang Fian."

"Lo tahu dari mana?" Raffa bertanya.

"Papa waktu itu yang bilang."

Hafis dan Raffa manggut-manggut.

"Oh ya tadi Kak Arsha nelpon Bang, Mas. Nanyain tentang Zulfan."

"Lo kasih tahu gimana?" tanya Raffa.

"Ya gue kasih tahu sejujurnya. Kalau Zulfan masih gak mau keluar dari rumah."

"Oke bagus. Biarin tuh perusahaan Om Ryan turun saham. Salah dia sendiri mainnya licik." gumam Raffa da langsung mendapatkan tepukan sayang dari kembarannya.

AFTER ORION [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang