[4] |bapak rektor dan si peneror|

974 134 68
                                    

Bapak Rektor dan Si Peneror
____
|perhatian 1600 kata|
<○○●●●____■____●●●○○>

~AFTER ORION~

"DIKIRA nyari istri semudah nyari tukang bakso di alun-alun apa?" dumel Zuli sambil mengaduk-aduk kuah bakso di dalam mangkoknya.

Duda satu anak itu sekarang sedang berada di kantin tradisional yang disediakan perusahaan kakaknya. Sinarmat Entertainment, perusahaan yang bergerak dibidang hiburan pertelevisian juga perfilman. Industri ini merupakan industri terbesar yang ada di kancah hiburan Indonesia dengan pasaing abadinya MMC Group Entertainment.

"Ini lagi WIFI lemot banget, instal aplikasi satu aja bertahun-tahun lamanya." gerutu Zuli sambil membanting ponsel pintar yang dibintangi brand ambassador grub idol pemilik single Dynamite itu.

"Hadeehh!!" seseorang datang dan langsung mengeluh tepat di samping telinga Zuli.

"Bikin kaget aja lo!" Zuli mengelus dada kala mengetahui siapa yang sedang duduk di kursi kosong sampingnya.

"Capek gue!"

"Yeee Lo dateng-dateng main ngeluh aja. Gak tahu nih gue lagi badmood!!"

"Halah gaya lo sok kayak anak muda aja. Inget umur Pak!!" tegur pria lengkap dengan jas dan dasi hitam khas orang penting.

"Udah lah gak usah nambah jelek mood gue."

"Emang lo kenapa? Ada masalah? Bukannya anak lo udah sadar, seharusnya lo seneng dong!"

"Iya itu letak permasalahannya. Gue bersyukur banget akhirnya si bangor itu sadar juga dari tidur panjangnya, tapi masalahnya dia itu berubah Fa!" ujar Zuli dengan mata membulat tak terima.

"Berubah gimana? Jadi jelek apa makin b*go, atau miring lagi otaknya,"

"Gue siram sambel juga mulut lo!" Zuli menggeram dan itu merupakan moodboster bagi seseorang yang akrab disapa Alfa itu.

"Ckck. Abisnya lo ngomongnya ambigu. Kan gue jadi mikir yang enggak-enggak. Lagian anak lo kan emang nyebelinnya tingkat dewa, aneh pula,"

"Nah itu tuh yang berubah!!" ujar Zuli heboh sambil mengunyah satu pentol di mulutnya.

"Bah!! Muncrat Bro!!" sembur Alfa.

"Hidih dikit gak apa. Anggep aja hadiah dari gue,"

"Najis!!"

"Lo tahu, itu anak gue bangun-bangun dari komanya malah nanyain adek sama bunda. Maksudnya apaan coba. Kan lo tahu sendiri, istri gue meninggal saat ngelahirin Fian,"

Alfa yang baru saja mendapatkan kopi pesanannya pun sampai kesiram, karena kaget.

"Aduh!"

"Heran gue. Masa pegang cangkir kopi aja gak bisa lo!" cibir Zuli.

"Heh gue kaget denger omongan lo,"

"Halah gak usah ngeles.. emang dari dulu kan lo ceroboh orangnya. Pantesan anak bungsu lo sering banget ngerusak fasilitas kampus gue,"

"Malah bahas anak gue lagi. Ini masalah anak lo belum kelar, Zuli,"

"Eh iya. Nah enggak itu aja. Anak gue tuh sekarang jadi kalem banget tahu. Polos gitu. Biasanya kan bar-bar, sering kelayapan, bantah aja kalau dibilangin. Nah ini enggak, nurut, sopan terus rajin salat lagi. Gimana tuh," ujar Zuli menggebu dan dibalas tawa oleh Alfa.

"Ckck. Ya seharusnya lo bersyukur dong, kalau anak lo udah berubah. Bukannya itu yang lo minta setiap kali berdoa sama Tuhan?"

Zuli memanyunkan bibirnya.
"Iya juga sih. Au ah. Bingung gue. Tambah lagi si Mas Zidan yang tanpa kesepakatan udah nyiapin hotel, tempat resepsi buat nikahan gue. Boro-boro nikah, calon aja kagak punya. Emang dia pikir nyari cewek itu gampang. Mana instal aplikasi jodoh dari tadi kagak bisa-bisa lagi," cerocos Zuli.

AFTER ORION [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang