~Happy Reading~
Tik... tik... tik... Suara detak jarum jam terdengar jelas di kelas Jico, Juna, Yoga dan Titan. Murid murid sibuk berkutat dengan kertas ulangan sejarah. Disaat yang lainnya tengah fokus pada lembar ulangan, Jico malah sibuk melihat kanan kiri untuk meminta kiriman jawaban.
Titan, Teman sebangku yang biasa dia andalkan, Sudah lima hari tidak masuk sekolah dan hari ini pun sama. Dia tidak mengikuti ujian karena menjaga mamahnya di rumah sakit. Meminta pada Juna sama saja bunuh diri, Lelaki itu akan terlihat seperti musuh jika sedang ujian begini. Dan mengharapkan Yoga sama sekali bukan jalan keluar, Dia pasti akan di adukan ke guru oleh temannya itu.
"Jico!!" Bu Vera berteriak dengan suara keras. Murid-murid tersentak dan menghentikan kesibukan masing-masing.
Perlahan Jico mengarahkan pandangannya ke arah guru sejarah itu. "Sayang bu. Ehhh, maksudnya Saya ibu... " Ucapnya santai tanpa rasa bersalah dengan wajah yang dibuat sepolos mungkin.
"Kamu mau mencontek ya?"
"Nggak, Kata siapa?"
Bu Vera beranjak dari duduknya dan berjalan ke arah Jico, dengan tatapan dari para murid yang mengikuti gerak gerik sang guru.
SREEKK! Kertas ulangan Jico habis terbelah menjadi dua bagian.
"KELUAR KAMU DARI KELAS SEKARANG!!" Bu Vera berteriak sekuat tenaga hingga suara nya terdengar bergetar memecah keheningan kelas.
Jico berdecak. "Gitu dong bu...suruh saya keluar, Jadi kan gak perlu repot mikir" Ucapnya berjalan meninggalkan kelas.
'JEGERR' Jico menutup pintu dengan keras. Bu Vera menghela nafas kesal, anak itu benar benar selalu menguji kesabarannya. Jelas jelas dia sudah ketahuan mencari contekan, bukannya mengaku malah mengelak.
Pintu kembali terbuka. Menampakkan tampang Jico yang terlihat tenang seperti tidak sedang terjadi sesuatu. Bu Vera mengira lelaki itu akan mengakui perbuatan nya dan meminta maaf, Namun pemikirannya salah saat Jico berjalan melewati nya.
"Saya cuma mau ngambil bola basket saya" Ucap Jico. Ia mengambil bola basketnya di bawah kursi lalu melenggang pergi, Tidak lupa menutup kembali pintu dengan keras.
Yoga berbisik ke arah Juna yang tengah fokus menulis, tidak menghiraukan kejadian dikelas nya. "Sejak kapan tuh anak ikut ikutan lo sama Titan, Suka ngebantah guru?"
"Sejak dia gak dapet bahan contekan. Putus asa kali dia" Juna tersenyum miring, dengan masih tetap fokus menulis.
"Terlalu goblok! Jadi males gue berteman sama dia" Cibir Yoga.
-----------------------------------------------------------
Di Rumah sakit, Titan masih setia menunggu sang mamah untuk membuka matanya. Sudah lima hari, Sejak mamahnya dinyatakan koma oleh dokter. Sampai sekarang wanita itu masih tetap nyaman terlelap dalam tidurnya.
Sangat menyakitkan bagi Titan, Saat harus melihat kondisi Rani yang memprihatinkan. Kepala yang dibalur perban, tangan yang diinfus, hidung yang dibantu bernafas dengan selang oksigen, dan monitor yang memantau pacuan jantung wanita tersayang nya.
Lelaki itu menggenggam tangan Rani dengan lembut, Mengecupi nya penuh kasih sayang. Dia benar benar tidak siap jika harus berpisah dari sang mamah. Masih banyak rencana yang ia buat untuk dinikmati bersama dengan bidadarinya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
STORY WITH MANTAN {END}
Fanfiction"Perpisahan kita menyakitkan Han, Ketika cerita belum usai tapi lo uda nutup kisahnya." ~Titan "Gue sama lo hanya perlu jeda untuk gak lagi merasakan luka tan." ~Jihan