~Happy Reading~
"Jihan Hanindya putri apa kamu tidak mendengar pertanyaan papah?" Tanya Bramantyo dengan nada meninggi.
Situasi seperti ini cukup menyebalkan untuk Jihan. Papahnya benar-benar tidak bisa sedikit pun bersikap lembut. Apa perlu bertanya dengan nada membentak seperti itu? Jihan sudah dewasa, dan lagi pula apa perduli papahnya dengan segala sesuatu yang dia lakukan.
"Aku habis dari rumah Rachell" Jawab Jihan setenang mungkin. "Kalau papah nggak percaya boleh tanya ke Jayden, aku uda izin sama dia"
Beruntung sebelum pergi ke rumah Titan dia sudah memberitahu Jayden bahwa Jihan akan pergi ke rumah Rachella untuk belajar bersama. Jihan harap kali ini dia bisa terselamatkan dengan alibi yang ia buat.
Bramantyo menatap Jayden coba memeriksa jawaban dari sorot mata putranya. "Diantara kalian bertiga, selama ini hanya kamu yang selalu menuruti dan tidak pernah membantah perintah papah. Jadi papah akan mengajak kamu untuk ikut bersama dengan papah ke rumah baru kita"
Seluruh keluarga sontak menatap ke arah Bramantyo secara bersamaan, tak terkecuali Jihan. Sesuatu yang baru saja terlontar dari mulut Bramantyo bisa didefinisikan sebagai hal langka. Seluruh anggota keluarga tau bagaimana Bramantyo tidak pernah berlaku baik dan lembut pada Jihan, tapi sekarang dia malah meminta Jihan untuk ikut dengannya.
Hanin berjalan mendekat ke arah dimana Bramantyo dan Jihan berdiri. Dengan kasar dia melepaskan cekalan tangan Bramantyo dari putrinya.
"Anak anak saya tidak akan ada yang ikut dengan kamu, Mereka akan tetap dengan saya. Kamu boleh mengambil rumah ataupun perusahaan karena buat saya semua itu tidak lebih berharga daripada ketiga anak saya" Kata Hanin.
"Ini semua sudah menjadi keputusan di pengadilan, jadi Tidak usah memperumit keadaan" Bramantyo kembali menatap Jihan. "Cepat berkemas, malam ini juga kamu akan ikut dengan papah!"
Jihan menggeleng tegas. "Gak! Aku gak mau! Kemanapun mamah dan Jayden pergi aku akan ikut dengan mereka"
"Kamu sudah berani membantah papah?! Ayo kita bereskan barang barang kamu dan pergi dari sini" Tangan Jihan ditarik paksa oleh Bramantyo yang kini menggeret Jihan untuk pergi kekamar putrinya.
"LEPASIN TANGAN DIA BAJINGAN!!"
Teriakan Jayden dan hempasan tubuh Bramantyo ke lantai membuat pria itu semakin geram. Anak laki lakinya sekarang bersikap layaknya pelindung untuk Jihan dan mamahnya.
"Anak kurang ajar!!! Berani kamu dengan papah mu?!" Bramantyo bangkit berdiri dan ingin segera melayangkan pukulan pada Jayden.
Tangannya tertahan di udara. Hanin yang kini berdiri di hadapan Bramantyo membawa Jayden dan Jihan untuk mundur dibelakangnya. Jika kemarin dia bisa menerima pukulan yang Bramantyo beri untuk anak anaknya, karena alasan mendidik, kali ini dia harus pasang badan untuk melindungi ketiga anaknya.
"Jangan pernah sekali kali menyentuh anak anak saya lagi. Pergi dari sini sekarang!!" Titah Hanin sambil melepaskan pegangan tangannya yang tadi menahan tangan Bramantyo.
"Jihan tetap akan ikut dengan ku!! Minggir atau aku juga akan berbuat kasar kepada kamu"
"APA HAK KAMU MEMBAWA JIHAN?! DIA MEMANG ANAK MU, DARAH DAGING MU! TAPI APA KAMU INGAT KALAU DIA ADALAH ANAK YANG BEBERAPA TAHUN LALU TIDAK KAMU INGINKAN?!! ANAK YANG INGIN KAMU BUNUH SEWAKTU DI DALAM KANDUNGAN!! ANAK YANG KAMU KATAKAN PEMBAWA SIAL?! JADI BERI TAHU SAYA DIMANA LETAK HAK ITU SETELAH SEMUA YANG KAMU LAKUKAN!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
STORY WITH MANTAN {END}
Fanfiction"Perpisahan kita menyakitkan Han, Ketika cerita belum usai tapi lo uda nutup kisahnya." ~Titan "Gue sama lo hanya perlu jeda untuk gak lagi merasakan luka tan." ~Jihan