Chapter 14

1.6K 265 18
                                    

~Happy Reading~

Pagi ini Jihan, Jayden, dan Hanin tengah sarapan bersama dengan keheningan yang menyelimuti suasana diantara ibu dan anak itu.

Hanin sedari tadi memperhatikan Jihan dan Jayden yang tengah menghabiskan sarapannya. Sejak ia kembali, tidak ada sapaan atau senyuman hangat dari mereka berdua untuk menyambut kepulangannya.

Bahkan keduanya terasa semakin menjauhi Hanin. Dengan menghembuskan nafas berat, ia coba untuk mengalah. Bagaimanapun dia tidak bisa terus terusan seperti orang asing dirumah ini.

"Kalian gak ada jadwal apapun kan hari ini?" Tanya Hanin tersenyum.

Tidak aja jawaban. Jihan dan Jayden masih tetap diam dengan wajah datar mengabaikan pertanyaan sang mamah.

Wanita itu masih tetap berusaha membujuk anak anaknya agar mau berbicara dengan dirinya, "Mamah mau ajak kalian jalan jalan. Hari ini kan hari minggu, kita bisa kemana aja yang kalian mau" Hanin berucap semangat, memegang sebelah tangan Jihan dan Jayden bersamaan yang duduk di kanan dan kiri dirinya.

Tangan sang mamah yang menahan keduanya, membuat Jihan dan Jayden kompak menghentikan kegiatan sarapan. Mereka saling memandang satu sama lain lalu beralih memandang Hanin yang kini tersenyum menunggu jawaban.

"Jihan gak bisa, udah janji pergi bareng temen" Kata Jihan.

Walaupun sedikit kecewa dengan jawaban putrinya, Hanin tetap menganggukan kepala tidak ingin memaksa. Dia mengalihkan pandangan ke arah Jayden, berharap putra nya memberi jawaban yang membuat dirinya senang.

Jayden lemah jika melihat wanita tersayang nya menatap dengan tatapan penuh permohonan seperti ini. Meski ragu ia tetap menganggukan kepala, "Yauda sama aku aja"

Hati Hanin sedikit lega, Setidaknya dengan begini pelan pelan dirinya bisa mengambil hati Jayden. Ada rasa tidak rela melihat putranya lebih banyak menghabiskan waktu dengan suaminya. Aneh memang, tapi mengingat hubungan dirinya dengan sang suami yang sekarang jauh dari kata baik, membuatnya tidak ingin jika suatu waktu perpisahan menjadi pilihan akhirnya, anak anaknya lebih memilih untuk ikut dengan sang papah.

"Mah, Jihan mau bicara sesuatu ke mamah"

Gadis itu melepaskan tangan Hanin dari tangannya, lalu menatap ke arah Jayden dengan memberi isyarat agar adiknya itu memberikan ruang agar ia bisa berbicara berdua dengan sang mamah. Mengerti maksud tatapan Jihan, Jayden bangkit meninggalkan ruang makan menuju kamar.

Jihan kembali menatap Hanin yang sudah menunggunya membuka suara. "Mamah tau soal perjodohan aku dengan Vito, anaknya om Bachtiar?"

Pertanyaan Jihan membuat Hanin sedikit terkejut, Dia tidak tahu menahu soal perjodohan yang dimaksud putrinya.

Melihat ekspresi terkejut Hanin, membuat Jihan yakin bahwa mamahnya tidak terlibat dalam rencana papahnya. Mungkin ia bisa membujuk Mamahnya untuk menghentikan perjodohan konyol ini. Awalnya Jihan memang menyetujui soal perjodohan ini pada Irena saat di restoran. Namun sangat lah tidak baik menurut Jihan, Jika ia menerima Vito hanya karena ingin lepas dari bayang bayang masa lalu. Hal itu sama saja seperti menjadikan Vito sebuah pelampiasan.

Dia ingin sembuh dengan sendirinya. Sembuh karena memang dirinya sudah benar benar mengikhlaskan, bukan berusaha membohongi diri sendiri seperti yang Lista katakan.

STORY WITH MANTAN {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang