~Happy Reading~
Pintu toilet tertutup rapat dan terkunci. Siapa lagi pelakunya jika bukan seorang Titan. Dia melangkah maju mendekati Jihan, yang gelagapan melihat seringaian tipis di wajah Titan. Perlahan Jihan memundurkan langkah, berusaha menjaga jarak dari Titan yang malah semakin mempertipis jarak diantara keduanya.
Jihan menelan ludahnya susah payah, tubuhnya mendadak gemetar saat langkahnya terhenti karena tubuhnya yang sudah mentok berada pada tembok dibelakangnya.
"L-lo mau apa?" Jihan tergagap karena tidak bisa mengatur rasa takutnya.
Titan semakin mempertipis jarak diantara keduanya, Jihan sudah tidak bisa lagi mengelak dari dirinya. Laki-laki itu mengarahkan tangannya yang mengepal ke wajah Jihan.
'Dugh'
Bunyi dentuman tembok membuat Jihan memejamkan matanya. Tapi tunggu, kenapa dia tidak merasakan kepalan tangan Titan di wajahnya? Perlahan Jihan membuka kembali matanya.
Mata setajam elang milik Titan bertemu dengan tatapan matanya, dengan sebelah tangan lelaki itu yang tadi terkepal berada di samping kepalanya. Jihan terkungkung. Dia bisa merasakan cowok di hadapannya ini sedang diselimuti amarah. Apalagi salahnya kali ini, pikir Jihan.
"Sengaja bawa pasangan baru lo itu kesini?! SENGAJA BUAT NYOKAP GUE NGERASAIN SAKIT LAGI?!!" Teriak Titan menggebu.
"Lo apa apaan sih marah marah nggak jelas? Gue gak ngerti tau nggak!" Ucap Jihan tak kalah emosi. "Memang salahnya dimana kalau kak Vito ikut gue buat jenguk tante Rani? Toh dari awal perjanjiannya, gue nggak ada larangan kan buat bawa siapapun selama bantu lo?"
"Orang yang lo bawa kesini adalah salah satu orang yang buat mamah gue sakit hati karena kecewa. Sampe sini lo paham kan maksud gue?!!"
Tanpa bisa dicegah air mata Jihan mengalir di pipinya. Dia selalu tidak bisa untuk tidak menangis jika sedang berhadapan dengan Titan, Karena selama ini tempat dia mengadu dan menumpahkan segala kesedihannya hanya orang yang dihadapannya ini. Bahkan untuk didepan sahabat atau pun keluarga nya sendiri saja dia tidak bisa se terbuka saat dia dengan Titan atau Rani.
"Dari awal gue udah bilang sama lo tan, buat bicara ke tante Rani soal hubungan kita yang uda berakhir. Tapi apa?!! Lo nggak mau jujur sama tante Rani, dan seperti yang gue bilang, semakin lama lo nyimpen kebohongan ini, semakin besar juga rasa sakit yang tante Rani bakal rasain" Jihan menunduk terisak, kenapa hanya dengan bentakan Titan dia bisa menjadi selemah ini.
Mungkin rasa sakit dari segala kebencian dan masalah yang dia terima beberapa hari ini tersalurkan dengan air mata dan isakannya sekarang. Boleh kah dia berharap Titan menenangkan dan memeluknya seperti saat dulu ketika Jihan menangis karena nilai ujiannya yang rendah. Saat itu ketakutan terbesarnya hanya papah dan mamahnya, tapi kali ini bahkan Titan menjadi salah satu di antara kedua orang tuanya.
Jihan mendongak, dia menarik kerah baju Titan dan memberi lelaki itu pukulan pukulan kecil di dadanya. "Sebutin salah gue dimana tan, hiks.. Hikss... Sebut! Gue perlu tau salah gue ada dimana?!"
Titan terdiam melihat perempuan yang dulu sangat ia cintai, jaga dan banggai didepan para sahabatnya kini menangis. Isakan gadis itu seolah seperti pisau yang menyayat hatinya, sangat perih untuk sekedar didengar.
Perlahan pukulan kecil di dada Titan melemah. Jihan menghapus air matanya kasar lalu mulai menatap tajam Titan.
"Benci dan Hina gue sepuas lo, gue akui gue salah. Tapi apa pernah lo cari tau alasan gue ngelakuin ini?! APA PERNAH TAN?! JAWAB GUE BRENGSEK!!" Jihan mendorong Titan sekuat tenaganya hingga laki laki itu terdorong mundur dan melepas kungkungan nya pada Jihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
STORY WITH MANTAN {END}
Fanfiction"Perpisahan kita menyakitkan Han, Ketika cerita belum usai tapi lo uda nutup kisahnya." ~Titan "Gue sama lo hanya perlu jeda untuk gak lagi merasakan luka tan." ~Jihan